20

4.9K 400 1
                                    

"KAK ZIA!." teriak seorang cowok dengan sweater berwarna hitam putih itu kepada seorang gadis yang kini tengah memakan-makanannya dikantin bersama beberapa cowok.

"VAREN!." balas gadis itu dari kejauhan dan mengkode untuk mendekat. Varen, adik kelas Zia itu tampak malu-malu mendekat kearah Zia dengan senyum yang tak luntur dari bibirnya.

"Em Kak Zia, Varen mau bicara sebentar sama kakak, boleh? Tapi bukan disini tempatnya." cowok itu menatap Zia dengan binaran cerahnya.

"Gimana?." alis Zia terangkat menatap El yang kini menatapnya. El tampak terdiam sebentar sebelum mengangguk sebagai jawaban.

"Yaudah ayo."

"Varen, jaga baik-baik gadisku." tekan El menatap tajam Varen yang kini menganggukan kepalanya.

"Awas kalo sampai dia lecet, gue gorok lu." tambah Zayne yang juga ikut-ikutan menatap tajam Varen yang hanya dibalas anggukan lagi oleh sang empu.

"Ayo kak."

________

"Jadi, Varen mau ngomong apa?." tanya Zia ketika sudah sampai ditaman belakang sekolah. Varen yang melihat itu hanya menghela nafas pelan dengan degup jantung yang berdetak dua kali lipat.

"Varen..." ia tampak gugup sampai jari-jemarinya memilin sweaternya sampai kusut.

"Ga usah gugup, ngomong aja." Zia yang melihat Varen gugup memberi semangat dengan tepukan pada pundak cowok itu.

Varen mendongak dan menghirup oksigen dengan rakus.

"Varen suka sama kakak! Bahkan cinta sama Kak Zia!." ucapan spontan itu ia keluarkan membuat Zia membelalak terkejut. Jadi, ia sedang ditembak oleh bocil didepannya ini?.

Setelah mengatakan itu, Varen menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Tangannya mengepal, ia sangat takut jika pujaan hatinya menolaknya.

Varen--cowok itu rupanya sudah jatuh sedalam-dalamnya kedalam pesona seorang Ziare Quiana Xantara-kakak kelasnya disaat gadis itu mengombalinya. Jadinya, ia baper sejak itu dan selalu tergiang-giang gombalan, senyuman, wajah dan tawa cantik milik kakak kelasnya itu.

Varen lagi, lagi cowok itu menunduk takut melihat reaksi yang diberikan gadis itu.

"Gini ya Ren. Gue bukannya nolak atau mau nyakiti hati lo. Sebenarnya sih gue mau jadiin lo salah satu harem gue tapi mengingatkan lo masih bocil gue jadi black list lo dari perhareman gue. Gini aja mending lo cari cewek lain yang tentunya lebih baik dari gue, oke?." jelas Zia panjang lebar.

Varen yang mendengar itu terdiam dengan kepala menunduk namun tiba-tiba Zia terkejut.

"Kak Zia jangan black list Varen dari perhareman kakak! Varen ga mau cari cewek lain! Varen maunya sama kakak! Varen udah nyaman sama kakak!." bantah Varen keras. Zia menghela nafas kasar lalu menyugar rambutnya kebelakang.

"Varen mau jadi salah satu harem kakak." lirihnya menatap sendu Zia yang terdiam sembari menatapnya.

"Bocil, biar gue pikir dulu, oke?." Zia mengusap kepala Varen lembut.

"Oke." Varen tersenyum manis kepada Zia.

"Semoga kakak ga ngecewain Varen." gumam cowok itu lirih sampai Zia pun tak mendengarnya.

_______

"Eh Qilla ngapain disini?."

Qilla yang merasa suara itu familiar pun membalikan badanya menatap siapa yang bertanya kepada dirinya. Oh ternyata yang bertanya baby kecilnya yaitu, Ziare.

"Kau pikir?." ujarnya sembari melirik beberapa buku yang berada digenggamannya. Melihat itu Zia segera menganggukan kepalanya paham.

Kemudian tanpa banyak bicara Qilla segera keluar dari perpustakaan, ia baru saja meminjam buku dari perpus. Namun, berpapasan dengan baby kecilnya diperpus.

Zia yang tak tahu mau kemana lagi akhirnya dengan gabut mengikuti Qilla dari belakang.

"Kenapa ikut?." tanya Qilla setelah duduk dibangku yang kosong tanpa melihat gadis itu sama sekali.

"Bosen." jawab gadis itu jujur sembari duduk disamping Qilla. Qilla yang melihat itu hanya tersenyum kecil tanpa diketahui Zia.

"Lo sering baca buku disini?."

"Hm ya."

Zia sedikit mengernyit mendengarnya, didalam novel tak diceritakan bahwa Qilla sang tokoh protagonist wanita akan membaca buku disini. Bisa dibilang tak ada adegan dimana Qilla keperpus dan berakhir membaca buku disini.

"Kak Zia!." seseorang berteriak dari arah samping yang memanggil namanya. Sontak, Zia menolehkan kepalanya menatap siapa pelaku yang berteriak.

Aria?.

Melihat itu tanpa sadar Zia mendengus malas.

"Kak Zia kok ga masuk kelas?." tanya Aria sembari duduk ditengah-tengah keduanya yang mana membuat Qilla mendatarkan eskpresinya.

"Lo juga kenapa disini bukannya dikelas?." Zia bertanya balik sembari menatap Aria yang kini menyengir kuda.

"Kak mau ga jalan-jalan sama Aria?." tanya dengan mata mengerjap-ngerjap polos kearah Zia.

Tak

Qilla menutup bukunya dengan kasar lalu bangkit dari duduknya tanpa melihat reaksi kedua orang yang menatapnya bingung sekaligus heran.

"Ck, pengangu." gumam Qilla berjalan meninggalkan kedua orang itu dengan sorot mata yang kian menajam.

"Mau ya?." bujuknya dengan raut wajah yang kian memelas.

"Ck! Oke!." pasrah Zia.

Qilla yang belum terlalu jauh pun mendengar jawaban dari Zia membuat ia berdecak kasar dengan langkah yang semakin cepat.

'Ada apa dengan Qilla?.' batin Zia menatap kepergian Qilla yang kian menjauh dari pandangannya. Mengedihkan bahu acuh, ia menatap Aria yang juga menatapnya sangat dekat.

"Heh, bego! Lo kenapa masih disini?!." gadis itu terkejut dengan wajah Aria yang begitu dekat dengan wajahnya.

Aria hanya menangapi dengan senyum miringnya.

________

By:NVL.EL

ZIARE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang