25

3.8K 350 52
                                    

"KAK ZIA!."

"I MISS YOU."

"Huek, jijik bangsat." ia bergidik ngeri menatap sang pelaku yang tengah berlari kearahnya dengan tangan merentang serta senyum lebar yang terus mengembang di mulutnya.

"Sadar, sadar, gue masih normal." Zia menepuk-nepuk pipinya.

"Hiih, serem deh liat muka tuh bocah." gumam Zia tampak jelas diwajah tertekannya.

Ck. Jika bukan karena ajakan dan janji waktu itu untuk ikut jalan-jalan bersama si Aria itu, Zia ogah untuk datang.

Jadi, saat ini kedatangan Zia karena terpaksa. Benar-benar terpaksa lahir dan batin.

Saat Aria semakin mendekat kearah dirinya Zia langsung menghindar hingga menyebabkan Aria berlari tak terkendali hingga jidatnya mengenai tiang listrik.

"Aduh." ringis Aria yang kini terduduk di aspal.

"HUWAAA JIDAT ARIA." teriak Aria menendang-nendang angin di depannya. Aria mengusap jidatnya yang memerah dengan mata berkaca-kaca.

"Mampus lo haha." Zia tertawa puas mendapati muka Aria yang akan menangis. Tak ada niatan dirinya untuk membantu gadis itu, biarlah siapa suruh ingin memeluknya.

"Aaa Kak Zia jahat!." Aria mendengus kesal terhadap Zia yang tertawa tanpa beban.

"Bodoamat."

"Jahat! Jahat!."

"Dih, noh minta tolong sama tiang listrik aja."

"Aaa enggak mau!."

"Btw, enak ga ciuman sama tiang listrik?." tanya Zia sembari menahan tawanya.

"Hissshhh pokoknya kita putus pertemanan!." Aria memalingkan mukanya dengan wajah memerah bak tomat busuk.

"Dih, emang kita temenan?." tanya Zia membuat Aria terdiam. Entahlah, Aria hanya merasa nyaman di dekat Zia.

"Zia?."

"Hah? Siapa?." Zia membalikan badannya menatap siapa yang memanggil namanya. Matanya terbelalak terkejut mendapati Qilla yang kini sedang menatapnya rumit.

"Qilla? Lo ngapain di sini?." Qilla mengedihkan bahunya acuh kemudian dia melogok melihat Aria yang masih terduduk di aspal mirip gembel pingir jalan.

Aria yang melihat kedatangan Qilla sontak saja ia berdiri sembari menepuk-nepuk rok pendeknya. Kemudian, dengan angkuh ia mengenggam tangan Zia erat.

"Eh, eh apenih, apenih?." Zia bergidik ngeri mencoba melepaskan genggaman Aria yang kini malah tambah mengerat.

Qilla berdecak sinis, memandang Aria yang juga memandangnya dengan tatapan tak suka.

Tak mau kalah, Qilla juga ikut mengenggam tangan sebelah kiri Zia yang masih nganggur. Seulas senyum tipis terbit di bibir Qilla namun masih samar-samar.

"Anjrit!."

"KALIAN BERDUA UDAH GA WARAS!."

"Yes." jawab Qilla.

"Ya." kini giliran Aria.

"GUE MASIH SUKA BATANG, ANJROT!."

"Gue juga."

"Sama, gue juga."

"YA TERUS NAPA LO PADA KAYA GINI KE GUE, HAH?!."

"Suka."

"Ya suka aja sih."

'Sistem huee tolongin gue.' batin Zia menangis.

"Maaf sistem sedang sibuk. Cobalah beberapa saat nanti."

'Aaa bangsat lu. Ga guna!.' batin Zia memaki.

"Sistem eror, sistem eror."

'Anjrot!.' umpatnya pilu.

"Sekali lagi. Sistem eror, sistem eror."

Mau pingsan aja Zia. Siapapun mau cogan kek apa tante tante tolong Zia. Dia tidak mau di posisi ini!.

________

"Lo mau bawa gue jalan-jalan 'kan?." tanya Zia penuh selidik.

"Iya." jawab Aria dengan anggukan semangat.

Zia yang mendengar jawaban Aria membuat ia tersenyum sumringah. Enak nih kalo ngerampok dikit uang Aria.

"Bagus!." ucap Zia membuat Aria hanya diam namun perasaannya tak enak. Ia meneguk ludahnya kasar sembari menatap Qilla yang tersenyum tipis melihat reaksi yang ditunjukan oleh Zia.

Kini ketiganya sedang berada di mall besar atas usulan dari Aria.

"Yaudah ayo!." kedua tangan Zia menarik pergelangan tangan Qilla dan Aria membawanya masuk kedalam menuju tempat yang ia inginkan.

'Cewek benar-benar merepotkan.' batin Qilla. Ia tipikal cewek yang tomboy sih.

'Tekor dah nih duit Aria.' batin Aria menangis pilu.

Saat sudah selesai berbelanja berbagai hal. Kini ketiganya sedang makan siang bersama. Qilla sendiri hanya membeli gelang dan jam tangan, sedangakan Aria memasang wajah masam saat uang didompetnya tinggal seribu rupiah.

Sementara Zia, cuman membeli baju empat set, gelang, jam tangan, dress sederhana dan simple, serta makanan dan kebutuhan yang lainnya.

"Makasih deh buat traktiran kali ini. Lain kali traktir gue ditukang seblak aja jangan disini, ga enak gue." ucapnya dengan wajah tak enak.

"Gapapa kok. Lagian Aria suka kok, jadi jangan ga enakan sama Aria." ujar Aria tersenyum.

Zia sedikit mengerjap saat menangkap kilatan obsesi dimata Aria. Ah mungkin hanya perasaannya kali, Zia mengeleng pelan mengenyahkan pikirannya yang sudah negatif thinking.

'Gue ngerasa aneh sama Qilla dan Aria.' batin Zia menatap keduanya yang tengah memakan makananya tanpa tahu bahwa Zia tengah menatapnya rumit.

Zia memutuskan untuk tidak memikirkannya kali ini bahkan terlihat sangat menikmati makanan yang dipesan.

Qilla melirik Zia yang begitu serius dengan makanannya. Sedikit menghela nafas pelan, sesuatu desiran aneh selalu ia dapatkan saat bersama Zia.

"Aria ijin ya mau kekamar mandi." Aria berdiri dan respon yang didapatnya hanya anggukan sekilas tanpa melihat orangnya.

"Mayan nih dibungkus buat bawa pulang." gumam Zia melihat makanan yang masih tersisa lumayan banyak.

Qilla hanya terkekeh mendengarnya.

"Tidak. Beli lagi." ucap Qilla.

Zia menatap Qilla.

"Eh serius lo?!." Qilla mengangguk.

"Gue bayar."

"Wah, wah, hari terberkah nih buat gue." gumam Zia berdecak.

_______




By:NVL.EL

ZIARE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang