32

3.3K 317 3
                                    

"Yaudah, ayo masuk dulu kita selesain masalah ini baik-baik." ajak Nyonya Arkatama kepada putranya dengan senyum lembut.

Marshen hanya menatap maminya sekilas, kemudian mengenggam tangan Zia erat sembari berjalan bersama kedalam kediaman.

Hati Nyonya Arkatama mencelos sedih kala putranya hanya menatapnya sekilas tanpa mau membalas senyum lembutnya.

"Mas..." Nyonya Arkatama mendongak dan menatap suaminya yang juga menatapnya. Suaminya yang bernama Arkatama itu hanya mengelus rambut istrinya dan mengajaknya masuk.

Tersisalah, Rachel yang saat ini masih diam ditempat dengan tatapam benci yang terus dilayangkan pada pungung seorang cewek yang dibawa Marshen.

"Dia itu calon suami gue! Dasar pelakor!." desisnya tajam dengan kedua tangan mengepal.

"Benci aku!."

Kemudian pergi menyusul kedua pasangan itu. Hanya dialah yang sepertinya tidak punya pasangan.

Rachel duduk disamping Marshen dan langsung mengedipkan matanya genit yang hanya dibalas tatapan tak suka dari cowok itu. Marshen mengeser agar menjauh dari cewek gila disampingnya itu.

Tak sampai disitu, Rachel bahkan mencolek lengan Marshen membuat cowok itu bergidig ngeri dan bahkan memeluk lengan Zia dengan erat.

"Ayang tolongin." memelas Marshen.

Zia hanya tersenyum kecil dan entah mengapa ada aura menusuk yang tertuju padanya. Ketika pandangan Zia menyapu dan terhenti tepat pada seorang cewek yang menatapnya permusuhan.

Kemudian tatapannya beralih pada bibir cewek itu yang berkomat-kamit tanpa suara.

"Jauhin Marshen. Dia calon suami gue! Gue sama Marshen bakalan nikah! Dasar pelakor!."

Alis Zia terangkat satu kemudian menunduk melihat Marshen yang tengah memilin jari-jemarinya.

"Ekhem, Marshen." dehem Nyonya Arkatama membuat Marshen menatap sekilas dan lebih memilih memilin jari-jemari Zia.

"Marshen." kali ini suara bariton yang berasal dari pria paruh baya yang menyandang status sebagai ayah Marshen.

"Hm." hanya respon itu yang Marshen berikan.

Karena gemas, dengan sengaja Zia mencubit perut kotak-kotak yang menurut Zia keras.

'Anjir, keras banget.' batin Zia tak percaya.

"AAwhh! Ayang sakit tau!." dengus geli Zia berikan membuat Marshen mengkerucut lucu.

Kedua paruh baya itu hanya terdiam dan tertegun karna baru kali ini Marshen bisa semanja itu kepada seorang perempuan dan lagi eskpresinya sering berubah ketika bersama cewek disamping Marshen.

Sepertinya Marshen benar-benar mencintai cewek itu.

"Mah." rajuk cewek berpenampilan ketat itu memandang tak suka kearah Zia. Bagi Rachel Zia adalah penghalang terbesar untuk mendapatkan hati seorang Marshen.

Seakan tersadar, Nyonya Arkatama mengangguk dan memberikan senyum menenangkan untuk Rachel.

'Kali ini lo ga bisa kabur lagi, Marshen. Lo itu cuma milik gue dan selamanya bakal milik gue! Cewek itu, gue bakal habisin dia karna udah ngerebut lo!.' batin Rachel dengan kilatan obsesi dikedua matanya.

"Marshen maafin mama yah? Mama tau mama salah tapi mama lakuin ini supaya kamu bisa milih pasangan yang baik dan benar. Rachel, itu pilihan mama, mama yakin kalau Rachel bakal jadi istri idaman kamu. Kamu mau ya nikah sama Rachel?."

Lagi, pertanyaan dan ucapan yang sama ketika ia pertama kali dipertemukan oleh Rachel.

"Marshen ga mau mah. Marshen udah punya Zia, dia calon istri Marshen." ucap Marshen menolak sembari mengelus rambut Zia.

'Berdosa banget gue. Maapin Zia yah pacar-pacar Zia yang ganteng. Janji deh cuman kalian yang ada dihati Zia.' batin Zia mendramatisir.

"Mending lo terima deh tawaran emak lo. Kasian juga gue liat tampang cewek itu yang kaya lagi nahan berak." bisik Zia membuat Marshen menegakkan badannya dan dengan tangan mengepal.

"Enggak!." tolak Marshen tegas membuat ketiga orang itu menatap Marshen heran.

"Kenapa, gak?."

Marshen merengkuh pingang Zia hingga keduanya sangat dekat. Bibir Marshen mendekat ke telinga Zia.

"Because I Love You." bisiknya sensual.

Brak!

________

Brak!

"Lo!." bogeman mentah Rachel layangkan pada tembok disampingnya. Ia menatap Zia yang ada didepannya-terpojok oleh dinding dan tubuhnya yang menghimpit Zia.

"Iya, gue kenapa?." tanya Zia sedikit terkekeh.

"Awas aja lo!." delik Rachel dengan wajah memerah menahan amarah yang sedikit lagi meledak jika dipancing terus.

"Awas? Disini ga ada motor atau pun becak dan juga jalan lebar-lebar gini kok. Katarak mata lo neng?." pancing Zia membuat Rachel meledakan emosinya dengan menarik kerah baju cewek itu.

"Mau jambak-jambakan nih ceritanya? Ayo gue jabanin!." seru Zia begitu bersemangat.

Rachel mendelik sinis saat tangannya menarik rambut belakang cewek itu. Namun, aksinya harus terhenti saat mendengar suara yang dikenalinya.

"Rachel..."

"Papa ga nyangka kamu ternyata..."

"Ayang!."

Marshen langsung merengkuh pingang Zia menjauh dari Rachel yang membeku ditempat.

Sialan! Image polos dan lugunya harus hancur didepan kedua orang tua Marshen!.

'Sial! Gue kecolongan!.' batinnya gelisah.

"Ma, pa, ini cuman salah paham kok. I-iya 'kan?." delik Rachel pada Zia.

"E-enggak tante di-dia mau bully Zia." tunjuk Zia pada Rachel yang menatap kedua orang tua Marshen.

"Papa putusin bahwa keluarga Arkatama memutuskan bekerja sama dan membatalkan pernikahan!." tegas Papa Arkatama melengang pergi diikuti oleh istrinya.

"A-apa?."

"Gak! Gak, gak mungkin!. Gak mungkin!." geleng ribut Rachel sembari menjambakkan rambutnya. Merasa bahwa ini tidak adil untuknya, ia berapa tahun hanya untuk menemui dan menunggu Marshen, calon suaminya.

Mengapa semesta tidak adil kepadanya?.

"Tos dulu dong." seru Zia.

"Tos!."

_______


By:NVL.EL

ZIARE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang