BAB 10

1.3K 107 5
                                    

Tok..tok..tok

Secara otomatis kami pun memisahkan diri, wajah kami memerah karena malu. Apa kabar jantungku?mungkin sudah pindah ketenggorokan. Aku segera berdiri dan menuju pintu untuk membukanya dan kulihat sudah ada mbak Asih asisten rumah tangga kami yang sedang membawa nampan berisi minuman dan beberapa cemilan.

"Ibu nyuruh ngantar minuman buat temen mbak Dara." Kata Mbak Asih padaku. Aku sedikit tersenyum kikuk seperti belum sadar dengan apa yang barusan kulakukan tadi bersama Ashley.

"Yaudah biar aku yang bawa aja ke dalam mbak, makasi ya." Mbak Asihpun berlalu dan aku segera masuk lagi ke kamarku. Kulihat Ashley sedang melihat-lihat koleksi novelku.

"Minum dulu Ash." Tawarku padanya sambil meletakkan nampan di atas meja belajarku yang cukup luas.

Dia mengambil minumannya dan segera duduk di sampingku. Keadaan menjadi canggung, aku hanya memainkan jari-jariku sambil melempar pandangan ke luar jendela sedang Ashley fokus pada minumannya. Untuk beberapa saat kita fokus pada pikiran masing-masing namun tiba-tiba Ashley menggenggam tanganku. Aku sedikit terkejut dan menoleh padanya, kulihat dia tersenyum sangat menyejukkan padaku dan aku membalasnya dengan senyum malu-malu yang sangat memalukan ini.

"Tanganmu halus Ra." Aku hanya mengangkat kedua alisku sambil menatap heran padanya.

"Sepertinya ini akan jadi favoritku." Dia menunjukkan genggaaman tangannya padaku dengan cara mengangkat genggaman itu. Aku hanya tertawa melihat kelakuannya yang menggemaskan saat ini.

"Tanganmu pas sekali di genggamanku." Ujarku sambil menatapnya dengan senyuman lebarku.

"Hmmm nyaman bukan?" Ujarnya sambil memainkan jari-jariku dalam genggamannya.

"Kamu lucu Ash." Kekehku padanya.

"Tidak, aku menawan." Kali ini tawaku lepas mendengar perkataannya, bagaimana bisa dia sangat percaya diri mengatakan itu.

"Tapi kamu menggilaiku, artinya aku yang lebih menawan bukan?" Godaku padanya.

"Huh, sejak kapan kamu pintar menggoda seperti ini Ra?" Dia tersipu dan tersenyum manis padaku.

"Sejak Ashley menjadi kekasihku kurasa."

"Dasar wanita penggoda." Ujar Ashley sambil menyipitkan matanya.

"Hanya menggoda kekasihku, apa salahnya? Kalau kamu gak suka yaudah gak akan aku lakuin lagi." Mataku menatapnya malas sambil mengerucutkan bibirku karena kesal padanya.

"Aku suka, tapi janji hanya padaku seperti itu, kalau gak..."

"Kalau gak apa?" Potongku.

"Kalau gak, aku bakal buat kamu makin jatuh cinta denganku sehingga kamu hanya ingin menjadi gadis penggodaku saja." Kekehnya penuh percaya diri.

"Yakin bisa?"

"Kamu lupa siapa Ashley Ra, apa kamu meragukan pesonaku?" Benar saja tawaku pecah, bagaimana bisa kekasihku ini memiliki kepercayaan diri sangat tinggi seperti ini. Setelah tawaku reda aku menatapnya dengan penuh senyuman di bibirku.

"Kenapa liatin aku kayak gitu? Apa ada yang aneh di wajahku?" Tanyanya heran sambil meraba wajahnya.

"Aku beruntung." Kali ini dia yang tersipu mendengar ucapanku.

"Bee...?" Panggilnya.

"Ya sayang?" Jawabku.

"Apapun yang terjadi nanti, kita hadapi sama-sama ya, jangan sungkan untuk cerita keluh kesahmu padaku. Aku mencintaimu Ra, sangat!" Hatiku bergetar mendengar perkataan Ashley, terharu dan bahagia menjadi satu, entah kenapa mataku berkaca-kaca dan setetes air mata lolos dari mataku.

About HerWhere stories live. Discover now