#4. Teman Berbagi Cerita

2.8K 431 51
                                    

****

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


****

Sebenarnya tidak ada yang salah jika sekalipun Wulan memutuskan untuk membiarkan Dava mendekatinya. Lagi pula, keduanya sama-sama tidak memiliki kekasih. Tidak ada yang di rugikan dari kedekatan keduanya. Namun, Dava adalah sebuah pengecualian. Di sekolah, ia seorang idola. Di gemari oleh banyak sekali gadis. Bahkan Wulan sempat mendengar mereka berbisik, jika Dava benar menjadi kekasih Wulan, maka hari dimana mereka jadian akan dinobatkan sebagai hari patah hati.

Dan Wulan juga mau tidak mau harus berhadapan dengan Selena. Seorang siswi populer dari kelas 11. Lebih tepatnya, ia adalah kakak tingkat Wulan  sendiri. Dimana saat itu, tahun 2012 sistem senioritas masih kental diterapkan.

Wulan memilih untuk menghentikan langkahnya, dan kembali putar arah menuju kelas. Padahal ia sudah sampai didepan pintu kantin. Tatapan penuh dengan kebencian dari Selena membuatnya malas untuk jajan.

Bukan karena takut sebenarnya, Wulan hanya menghidari apa yang membuat dirinya tidak nyaman. Cara orang menjaga mental kan berbeda. Jadi jangan dianggap cemen, jika Wulan memilih untuk menghindar.

Baru beberapa langkah berjalan, ia merasakan rambutnya ditarik keras sekali. Sampai-sampai ia hampir jatuh terjengkang.

"Aduh!" sentak Wulan, memegangi kepalanya sambil menjaga keseimbangan tubuhnya.

Saat mendongak, wajah Selena persis berada diatasnya. Membuat Wulan mau tidak mau harus menunduk untuk mencari celah supaya ia bisa kembali berdiri dengan tegak.

Saat sudah berdiri, Wulan merasakan pundaknya didorong beberapa kali. Kedua kakinya berjalan mundur mengikuti dorongan dari tangan cantik milik Selena.

"Jadi kamu, yang lagi deket sama Dava?" tanya nya, dengan nada angkuh.

Bukannya takut, Wulan justru menaikkan kedua halisnya, tersenyum miring sembari mengangguk. "Kalo iya, kenapa?"

Satu hal yang patut diacungi jempol dari Selena. Gadis cantik itu tidak membawa teman disisinya, pure itu adalah pertikaian antara dua orang saja. Biasanya, dalam urusan senior dan junior, pasti selalu ramai membawa bekengan. Tapi tidak dengan Selena. Gadis itu cukup pemberani.

"Apa kelebihan lo dibanding gue? Kalo lo bisa jawab, gue nggak akan ganggu lo lagi." Selena kembali mengajukan pertanyaan.

Wulan menatap ke arah lain, untuk memikirkan jawaban apa yang akan ia berikan kepada Selena. Sedangkan didepannya, Selena sudah bersiap menunggu jawaban.

"Kelebihan aku dibandingkan kakak simpel aja sih. Aku nggak akan gangguin cewek yang lagi dideketin sama cowok yang aku suka. Soalnya, mau gimanapun aku nggak berhak menghakimi. Toh cowok itu bukan siapa-siapa aku, dan hanya sekadar aku yang suka ke dia.."

"Nyindir ceritanya?" Selena nyolot.

Wulan menggeleng, kemudian sepersekian detik ia mengangguk. "Kalo kesindir ya, syukur. Kalo enggak berarti ada yang salah nih sama jalan pikiran kakak.."

Dava Bahari - Kilas Balik 7 Prajurit BapakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang