CHAPTER 07

78 5 0
                                    

•PERUBAHAN ALDRICH

Hari kini berganti bulan, tepat pada saat usia pernikahan Aldrich dan Keisha yang kini sudah memasuki usia satu bulan. Tidak ada yang berubah, Aldrich masih enggan menerima Keisha sedangkan Keisha sendiri kini sudah pulih kembali dengan kondisi yang semakin membaik.

"Selamat pagi tuan," sapa Sakina melihat Aldrich yang keluar menggunakan kursi roda dari dalam lift.

"Hmm, di mana dia?" tanya Aldrich.

"Nona muda sedang menyiapkan sarapan untuk anda tuan," jawab Sakina.

Aldrich segera menggerakkan kursi roda nya ke arah ruang makan sebelum dirinya berangkat ke kantor hari ini.

"Pagi tuan," sapa Keisha dengan senyuman. Aldrich hanya diam menatap Keisha dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Sarapannya sudah siap tuan, saya permisi," ujar Keisha yang hendak pergi namun suara bariton Aldrich menghentikan dirinya.

"Ikutlah sarapan bersamaku," ucap Aldrich yang kemudian kembali fokus ke arah meja makan.

"Eh--- baiklah," balas Keisha segera yang kemudian menarik salah satu kursi yang berada dekat dengan Aldrich. Aldrich hanya diam dan menikmati sarapannya, merasakan hal yang agak menyenangkan saat seseorang menemani nya makan untuk pertama kalinya di mansion nya ini setelah kepergian Saqila dari hidupnya.

"Lumayan, kau bisa bukan memasakkan ku setiap hari?" tanya Aldrich yang menatap Keisha yang juga sedang menatapnya sekarang.

"Eh---bis---bisa tuan," jawab Keisha segera.

"Bagus."

Keisha yang tersenyum kikuk, merasa jika Aldrich berbuat sekarang ini. Tidak ada bentakan, tidak ada kata-kata hinaan ataupun perlakuan kasar darinya. Dia bukan Aldrich yang Keisha lihat pertama kalinya saat menikah. Melihat matanya yang tidak ada rasa kebencian membuat hati Keisha meleleh rasanya.

"Apakah tuan punya alergi atau anti dengan suatu makanan?" tanya Keisha yang kini memberanikan diri nya untuk bertanya terlebih dahulu.

"Hmm, saya hanya alergi dengan kacang. Itu saja, selebihnya tidak ada," jawab Aldrich seadanya. Ini lah yang Keisha mau, kehidupan sepasang suami istri yang saling bertukar pikiran, memberitahukan kebiasaan masing-masing serta memberitahukan hal-hal yang di hindari.

"Ingin saya buatkan makan siang nanti tuan?" tanya lagi Keisha kali ini gadis itu terlihat lebih rileks dari sebelumnya.

"Tidak usah, dan yah saya akan lembur jadi saya tidak akan makan malam di sini." jelas Aldrich yang kini sudah menyelesaikan sarapannya dan hendak beranjak pergi dari sana.

"Dan ini untukmu, gunakanlah! Kau bebas pergi ke mana saja, membeli apa saja dan berteman dengan siapa saya asalkan itu bukan laki-laki dan yah jika kau ingin pergi kai bisa meminta salah satu sopir mengantar mu jangan pergi sendirian apalagi menaiki angkutan umum. Saya pamit," ujar Aldrich yang meletakkan black card di depan Keisha yang nampak diam membisu. Bagaikan sebuah patung yang menatap Aldrich tanpa berkedip.

"Apakah aku bermimpi? Ak---aku kira ini tidak nyata! Aww!" Keisha mencubit keras pipinya hingga membuatnya langsung tersenyum senang.

"Ini--- ini benar-benar bukan mimpi! Dia--- dia peduli dengan ku!" ucap Keisha dengan bahagia. Sampai-sampai dirinya tidak menyadari jika kini dia sedang menangis bahagia. Bukan nya lebay tetapi gadis itu benar-benar merasa sudah di hargai di rumah ini.

Tak berhentinya Keisha tersenyum, sehingga beberapa pelayan yang melihat agak terkejut melihat istrinya tuannya yang di kenal pendiam itu tersenyum sendiri bak orang gil4.

Hans sudah menunggu Aldrich luar, melihat tuannya kini tengah mendekat ke arahnya. Hans menyipitkan matanya, melihat ada sedikit senyuman samar yang tercipta di bibir Aldrich.

"Tuan tersenyum?" tanya Hans.

"Pertanyaan macam apa itu, ayo cepat! Saya tidak suka membuang waktu saya untuk hal yang tidak berguna," jawab Aldrich dengan ketus yang membuat Hans hanya menggaruk tenguk nya yang tak gatal. Jelas-jelas Hans melihat Aldrich tersenyum yah walaupun itu sangatlah tipis.

Mereka pun berangkat lain hal nya dengan Keisha yang nampak masih duduk sembari terus tersenyum. Rasanya ada ribuan kupu-kupu yang sedang berterbangan di perutnya.

Lainnya hal di sisi lain takkala seorang gadis sedang bertengkar dengan kekasih nya. Dia adalah Tina saudara tiri dari Keisha yang bekerja sebagai artis itu.

"Apa kau gil4 Jack?!" tanya Tina.

"Apa? Aku yang seharusnya bertanya seperti itu pada mu Tina!" pekik Jackson.

"Ck! Seharusnya aku menikah saja dengan pria yang di jodohkan oleh Ayah ku bukan malah memilih setia pada lelaki pengkhianat seperti mu!" teriak Tina.

"Apa kau bilang?!"

'Plakkk!'

Tamparan kasar langsung mengenai pipi mulus milik Tina, gerakan Jackson terlalu cepat sehingga Tina tidak bisa mengelak dan pada akhirnya mengenai dirinya.

"AKU INGIN KITA PUTUS! AKU LELAH DENGAN HUBUNGAN KITA INI, MENIKAH SAJA BELUM TETAPI KAU SUDAH BERANI MAIN TANGAN DENGAN KU, JACK!" putus Tina yang langsung pergi dari sana meninggalkan Jackson yang nampak mengatur emosinya.

•••

Waktu makan siang kini telah tiba masih dengan Keisha yang nampak tengah duduk di sebuah kursi taman depan mansion Aldrich. Gadis itu nampak melamun entah kemana pikirannya melayang saat ini hingga suara asing membuatnya tersadar.

"Hai Kakak ipar!" sapa Elvano yang kebetulan mampir ke mansion kakaknya hanya untuk sekedar melihat kondisi sang Kakak ipar.

"Eh... Hai," balas Keisha yang ingatan nya mulai berputar mengingat kembali siapa pria di hadapan nya ini. Ah iya dia adiknya Aldrich, pikirnya.

"Apa yang kakak lakukan? Ah pertanyaan bod0h aku melihat kakak duduk sekarang, maaf rasanya canggung sekali berbicara dengan mu," sesal Elvano.

"Tidak apa-apa, aku pun juga merasa agak canggung sekarang ini. Duduk lah, jangan berdiri seperti itu," titah Keisha dengan ramah. Elvano mengangguk kemudian mengambil tempat di dekat Keisha.

"Bagaimana keadaan mu kak? Apakah sudah lebih baik?" tanya Elvano yang menatap Keisha yang sedang menikmati angin sepoi-sepoi yang menerpa wajahnya memang kawasan tempat tinggal Aldrich sangatlah asri terlihat dari hutan pribadi miliknya yang hampir mengelilingi mansion.

"Aku baik dan jangan memanggil ku kak, kita seumuran bukan? Kau berumur 25 tahun dan aku pun begitu," ujar Keisha.

"Baiklah, emm apakah Kak Al memperlakukan mu dengan baik?" tanya Elvano yang tujuan juga menanyakan perilaku Aldrich kepada Kakak iparnya ini.

"Hmm dia berubah, jauh lebih baik! Aku tidak tahu apa yang terjadi tetapi aku sangat berterima kasih kepada kalian yang masih mau menerima diriku," jelas Keisha yang membuat Elvano merasa menyesal karena dulu telah menolak perjodohan dengan Keisha. Jika saja Elvano tahu bahwa gadis ini yang di jodohkan dengannya Elvano akan menerima nya dan mencoba mencintai nya dengan tulus. Dan lagi Keisha adalah gadis tercantik yang Elvano temui seumur hidupnya, tipekal gadis yang berdandan sederhana namun tidak membosankan.

"Maaf aku menyesal, dulunya aku yang di jodohkan dengan mu. Tetapi aku menolak nya dan kemudian kau di jodohkan dengan kakak ku, andai ku tahu jika begini akhirnya aku akan tetap menerima mu," sesal Elvano yang membuat Keisha sedikit terkejut namun keterkejutan nya itupun menghilang begitu saja dan membuatnya tersenyum simpul.

"Untuk apa menyesal El, takdirku memang bersama dengan Kakak mu dan aku akan mencoba mencintai nya dengan segala kekurangannya tak perduli apapun itu."

"Karena takdir tak pernah salah memilih, aku yakin bersamanya memang sebuah kehendak Tuhan," ucap Keisha yang membuat pikiran Elvano semakin terbuka.

Jangan lupa vote dan komen yahhh, jangan jadi pembaca silent nanti ta santet loh)

THE PACHINKO [SELESAI]Where stories live. Discover now