CHAPTER 12

66 5 0
                                    

•PENYESALAN ELVANO

Setelah kepergian Elvano, Aldrich langsung beralih menatap Keisha yang nampak masih bungkam dan terus menatap lantai tanpa berani menatap Aldrich yang berada di hadapannya.

"Jika aku sedang berbicara maka tatap aku! Apakah wajahku ada di lantai?!" geram Aldrich yang membuat Keisha langsung meluruskan pandangannya ke arah Aldrich.

Satu hal yang membuat Keisha benar-benar jatuh cinta pada Aldrich. Wajah tampannya yang bahkan tak bosan nya Keisha tatap setiap harinya.

"Ambil ini dan minum," ucap Aldrich yang menyodorkan obat itu kembali.

"Tetapi...,"

"Aku tidak ingin memiliki keturunan dari mu, lebih baik mengantisipasi untuk sekarang ini dan jika aku tahu ada benih ku dalam perutmu maka aku tak segan-segan akan memb*nuh nya," ancam Aldrich yang membuat Keisha syok saat itu. Bahkan d4rah daging nya saja Aldrich berani ingin membun*hnya.

"Aku jamin tuan itu tidak akan terjadi tuan," balas Keisha cepat.

"Bagus, dan setelah ini datanglah ke kamarku!" titah Aldrich yang kemudian langsung mendorong sendiri kursi roda nya meninggalkan Keisha di sana.

Keisha memegang dad4nya yang terasa sangat sesak. Begitu sesaknya dirinya hingga dia susah untuk bernapas.

"Seburuk dan sejelek ini kah takdir yang kau berikan Tuhan? Apakah kau tidak lelah terus mengujiku seperti ini?" monolog Keisha yang kini sudah berlinang air mata.

"Aku--- aku lelah! Aku lelah dengan takdir yang tak pernah adil padaku! Aku ingin merasakan sedikit rasa bahagia dalam hidupku! Aku ingin sedikit saja, apakah itu sudah untuk di kabulkan?!"

"Wanita malang ini hanya meminta sedikit saja! Mengapa--- mengapa! Mengapa harus aku yang menjalani takdir ini?! Mengapa harus aku Tuhan?!"

"Aku tahu jalan keluarnya nona, biarkan saya membantu anda,"

•••

Hari demi hari terus berlalu, bulan demi bulan terus berganti. Kini hampir satu tahun sudah hubungan pernikahan tanpa cinta antara Aldrich dan Keisha. . Sedangkan hubungan keduanya hanya sebatas teman di atas r4njang saja. Dan pada saat ini adalah hari terakhir Aldrich melakukan pemeriksaan saat kondisi pria itu benar-benar sudah sangat membaik memang waktu yang mengesankan untuk menyembuhkan kaki Aldrich.

Namun inilah kuasa Tuhan, memang benar yang di katakan Daniel jika penyembuhan akan lebih cepat jika Aldrich melakukan nya dengan rutin dan itu terbukti sekarang ini.

"Surat cerainya sudah selesai saya siapkan tuan," ucap Hans yang membuat langkah kaki Daniel terhenti dan menoleh ke arah Hans yang turut berhenti di belakangnya.

Aldrich tidak bergeming seolah sedang berpikir nampaknya pria itu enggan untuk berkomentar tentang surat cerai yang dirinya ajukan beberapa bulan yang lalu.

Aldrich kembali melanjutkan langkahnya. Perkataan Hans membuatnya benar-benar kembali berpikir tentang perceraiannya dengan Keisha.

Sedangkan Selena yang mendengar kabar jika anak sulungnya sudah di nyatakan sembuh total itu merasa amat sangat bahagia.

"Terima kasih Tuhan! Aku benar-benar sangat bahagia hari ini, anakku, putraku kini sudah sembuh!" ucapnya dengan raut bahagia.

"Jangan terlalu bahagia Selena, dia masih saja sama seperti dulu. Seperti tidak peduli dengan keberadaan kita, bahkan kita tahu berita ini dari Daniel bukan dari dia," ujar William yang membuat Selena menatap tajam ke arahnya.

"Tutup mulutmu pak tua! Aku akan membuat acara besar untuk merayakan kesembuhan putraku!" ungkapnya yang membuat William geleng-geleng.

"Untuk apa? Itu hanya membuang-buang waktu saja Selena. Kau tahu Aldrich bukan tipekal orang yang  mau menghadiri acara tak penting seperti itu," balas William yang langsung mendapatkan tatapan tajam dari Selena.

"Itu menurutmu, lagi pula Aldrich akan menurut jika Mama nya yang memanggilnya," jawab Selena dengan bangga dan memang itu benar. Aldrich tidak pernah menolak panggilan dari dirinya seperti beberapa minggu yang lalu Aldrich datang bersama dengan Keisha untuk makan malam bersama sesuai dengan permintaan Selena.

"Terserah kau saja Selena, aku melupakan jika Aldrich hanya menganggap mu saja sedangkan aku terus di acuhkan olehnya. Entah sifat siapa yang dia turuni," terang William yang kemudian pergi dari ruang tengah.

Elvano yang sedari tadi hanya diam menyimak percakapan antara Mama dan Daddy itu hanya bisa menggeleng melihat tingkah laku mereka yang menurutnya tidak sesuai dengan umur keduanya.

"Kenapa kau jadi sangat pendiam El?" tanya Selena secara tiba-tiba.

"Tidak Ma, hanya saja aku sedang malas untuk berbicara," jawab Elvano.

Elvano masih terpaku pada kejadian beberapa bulan yang lalu. Di mana dirinya benar-benar sangat merasa kecewa dengan sang Kakak. Iyah! Masih kejadian tentang obat kontrasepsi itu dan kalian harus tahu jika Elvano sama sekali tidak memberitahu kan hal ini kepada kedua orang tuanya.

Elvano takut jika penyakit jantung Mama nya bisa kambuh mendengar kelakuan Aldrich. Tidak! Elvano tidak mau Mama nya kenapa-kenapa.

"Kalau begitu Elvano akan ke rumah Kakak. Sekalian juga Elvano akan memberitahu tentang rencana Mama," ungkapnya yang kemudian berdiri.

"Jangan dulu, biarkan Mama saja yang akan memberitahu kan kepada Kakak mu nanti," balas Selena.

"Baiklah Ma, kalau begitu Elvano pamit!"

•••

Elvano kini sudah sampai di kediaman Aldrich, dirinya jadi teringat kembali bagaimana ekspresi kecewa Keisha saat Aldrich memberinya obat tersebut.

Keisha yang kebetulan ingin keluar itu melihat Elvano baru saja keluar dari mobilnya membuat Keisha langsung senang dengan kedatangan adik iparnya itu.

"El? Kau datang?" Keisha langsung menghampiri Elvano yang ikut tersenyum.

"Kau ingin kemana Kei?" tanya Elvano.

"Kebetulan sekali aku ingin keluar untuk membeli buah mangga dan asinan rambutan," ucap Keisha.

"Kenapa kau yang harus keluar? Kau bisakan menyuruh pelayan saja, tidak perlu repot begini Keisha," tutur Elvano.

"Tidak bisa El, aku hanya ingin aku sendiri yang membelinya," jawab Keisha.

"Baiklah kalau begitu kakak iparku yang manis. Adik ipar mu ini akan mengantar mu," celetuk Elvano yang membuat Keisha tertawa.

Mereka pun pergi dari sana menuju tempat yang ingin Keisha tuju.

Setelah berkeliling cukup lama akhrinya mereka pun pulang setelah mendapatkan apa yang Keisha mau.

Sepanjang perjalanan pulang Keisha di buat terus tertawa oleh Elvano. Melihat Keisha tertawa membuat hati Elvano menghangat.

"Dari mana saja?" tanya Aldrich yang kini tengah duduk sembari membawa sebuah dokumen di tangannya.

"Kak?"

"Tu---tuan?"

"Aku tanya kalian dari mana?" tanya Aldrich lagi.

"Jangan marahi Keisha kak, aku hanya mengantarnya jalan-jalan sebentar," jawab Elvano cepat.

Aldrich menatap tajam sang adik lalu beralih menatap Keisha yang tengah menunduk takut.

"Jangan berdiri saja, duduk!" titah Aldrich yang langsung menarik Keisha ke samping nya.

"Masuk ke dalam kamar mu!" perintah Aldrich cepat membuat Keisha langsung menuruti apa yang di perintahkan suaminya itu.

"Kak! Kenapa kakak menyuruh Keisha masuk?! Dia belum makan kak! Kami keluar untuk membeli makanan, tolong pengertian sedikit kak!" protes Elvano karena tahu jika Keisha sudah sedari tadi ingin memakan jajanan miliknya.

"Siapa kau El? Kenapa kau berani mengatur, hah?! Di sini siapa suaminya, aku atau kau?!" pekik Aldrich.

"Bu---bukan begitu kak, tetapi Keisha belum memakan jajanannya. Dia sangat ingin memakannya sata tiba di rumah tetapi kakak malah... "

"Aku tidak peduli! Sebaiknya kau pergi dari sini! Dan yah, jika kau ingin berkunjung kembali hanya untuk melihat istri kakak mu sendiri sebaiknya urungkan niat mu itu, SEBAB KAU SENDIRI LAH YANG TELAH MENOLAKNYA DARI AWAL," gumam Aldrich yang membuat Elvano diam seribu bahasa.

THE PACHINKO [SELESAI]Where stories live. Discover now