CHAPTER 8

43 6 0
                                    


HAPPY READING☀

"Anak baru itu cantik juga," ujar Alex, sambil tersenyum menatap ke langit.

"Mau, lu gebet juga?" celetuk Fino, membuat Alex dan kedua temannya yang berada di sana menoleh.

Alex meneguk ludah, saat melihat tatapan sinis yang diberikan Atlan dan Nathan. "Tuh gadis baru emang cantik. Tapi dia bukan tipe, gue. Gue gak suka cewe menye-menye kaya dia, gue sukanya cewe yang sangar kaya, Zea."

"Anjay, seorang fakboy kaya Alex bisa gamon jug," ledek Pino.

Alex langsung mendekati lelaki itu lalu mengalungkan sebelah tangannya ke belakang leher Pino dengan erat.

"Kalo, lo gak ember, Zea pasti gak akan mutusin gue," dengus Alex sebal.

"Gue cuman ngomong jujur," jawab Pino. Ia mengingat kejadian Alex yang sampai putus dengan Zea.

Dulu, pasca mereka masih pacaran Zea mencari-cari kemana Alex pergi, karna lelaki itu sejak pagi tidak menemui dirinya. Zea yang sudah sangat lelah mencari Alex lalu meminta bantuan kepada Pino untuk mencari lelaki itu.

Dengan senang hati Pino membawa Zea ke tempat di mana Alex sedang bencengkrama dengan beberapa wanita, padahal Alex sudah mengingatkan untuk tidak memberi tau Zea di mana dia berada. Tapi Fino, yang tidak tegaan langsung mengajaknya ke sana.

****

Atlan dan Nathan terlihat membicarakan hal yang serius tampak dari mata keduanya sama-sama terlihat tajam.

"Apa yang lo bicarakan sama, Anna?"

Nathan menatap sinis ke arah Atlan, pasalnya baru kali ini lelaki itu sangat penasaran, biasanya ia terlihat selalu acuh dengan apapun hal pribadi yang dilakukan Nathan.

"Emang, kenapa?"

"Cuman nanya," jawab Atlan sambil kembali menghipas rokok di tangannya.

Alex yang mendengar pembicaraan mereka tersenyum sinis, lelaki itu lalu mendekat dan merangkul bahu kedua sahabatnya.

"Gimana kalo kalian taruhan," ucap Alex, membuat Atlan dan Nathan saling pandang.

"Maksud, lo?"

"Taruhan buat dapetin tuh, cewe."

Mata kedua lelaki itu membulat, tapi sekian detik Nathan langsung tersenyum. "Menarik, gimana apa lo setuju, Atlan?"

Atlan terdiam, Nathan yang melihat keraguan di wajah sahabatnya itu langsung menepuk bahu nya.

"Kalo lo menang, gue bakal turutin semua kemauan lo, Apapun itu. Tapi, kalo lo yang kalah, maka sebaliknya. Turutin kemauan gue selama tujuh hari."

Atlan mendongak membalas tatapan tajam Nathan, lelaki itu lalu menjabat tangan Nathan. Membuat ketiga temannya yang melihat itu langsung terbelalak.

Sebenarnya bukan kali ini aja, mereka sering mengajak Atlan untuk taruhan, dari bapalan motor melawan mereka, sampai berantem melihat siapa yang menang. Tapi Atlan dengan tegas menolak, lelaki itu tidak ingin menyakiti sahabatnya. Tapi sekarang, pertama kalinya lelaki itu menyanggupi taruhan yang di buat Alex, membuat mereka menerka-nerka apa yang menjadi tujuan Atlan yang sebenarnya.

"Pin, lo gak mau ikutan?" tanya Alex.

Pino yang sedari tadi berdiri langsung menggeplak kepala Alex. "Kata, Nenek gue. Cewe itu bukan mainan, dia punya hati. Bagaimana kalo Anni tau kalian permainin dia? Bakal hancur hati dia."

"Anna, Pin!"

"Sama aja," dengus Pino, Lelaki itu lalu berjalan menuruni Ruptop.

"Ngambek tuh anak, Pino tunggu?" Teriak Alex sambil berlari menyusul Pino yang sudah menjauh.

Di sana tersisa Atlan dan Nathan yang sedang diam sedari tadi.

Atlan menepuk bahu Nathan pelan, membuat lelaki itu tersadar dari lamunannya."Gue harap, lo bersaing dengan sehat. Gue gak mau hal ini menjadi petaka bagi persahabatan kita apalagi untuk Geng's Alaska," tegas Atlan, yang langsung di angguki Nathan.

Atlan memeluk tubuh Nathan dengan sangat erat, saking eratnya membuat Nathan terasa begitu sesak. "Gue bisa mati, bego. Katanya bersaing sehat, baru beberapa menit lo kaya udah mau bunuh gue," ujar Nathan kesal, lalu keduanya tertawa terbahak-bahak.

****

"Dari mana aja, lo?" tanya Pino, yang baru melihat Arhan masuk ke dalam kelas di jam pelajaran kedua.

"Males belajar."

"Tumben," gumam Pino, Atlan yang melihat raut wajah temannya begitu kusut langsung menghampirinya.

"Viona," ucap Atlan pelan.

Arhan menatap ke arah Atlan lalu menangguk lesu. Selain Anna, Atlan juga tau kedekatan dia dengan Viona. Bukan Arhan yang memberi tau, tapi lelaki itu sendiri yang melihat langsung saat Arhan mengantarkan Viona pulang ke kediaman orang tuanya. Dari situlah, Arhan selalu menceritakan apapun yang terjadi tentang dirinya dan Viona.

"Kenapa, lagi?" bisik Atlan pelan, takut jika Pino mendengarnya, maka masalahnya akan semakin rumit.

"Nanti, gue cerita." jawab Arhan. Ia tidak suka menceritakan suatu hal pripasi di tempat umum.

"Oke," ujar Atlan. Lelaki itu mengambil buku dari dalam tasnya dan berjalan keluar kelas, tapi langkah kakinya tiba-tiba terhenti saat Pino berbicara.

"Lo tau gak, kalo Nathan sama Atlan lagi taruhan buat dapetin tuh cewe baru, coba tebak siapa yang menang?"

"Hah, Apa yang di katan Pino bener, Han?" tanya Arhan, yang langsung di beri anggukan oleh Atlan

"Han, Anna itu gadis baik. Gue tau lo brengsek, tapi lo gak akan mainin cewe kaya gini. Gimana kalo, Anna suka beneran sama, lo."

"Gue udah terlanjur setuju sama permintaan, Nathan. Soal itu biar waktu yang nentuin."

Arhan tersenyum kecut, ia lalu mendekati Atlan. "Tanda-tanda munafik ada tiga : Apabila berbicara dusta, apabila berjanji mengingkari, dan apabila dipercaya khianat. (H.R Imam Muslim dari jalan Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu).

Ingatlah bahwa hukuman bagi orang munafik sangatlah berat yaitu sebagaimana firman Allah Ta'ala

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ فِي الدَّرْكِ الْأَسْفَلِ مِنَ النَّارِ وَلَنْ تَجِدَ لَهُمْ نَصِيرًا

Sungguh orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka. (Q.S an Nisa' 145)."

Penjelasan Arhan membuat Atlan terdiam, kata-kata yang lembut tapi mampu menusuk jantung.

"Maafin gue, Han. Gue janji gak akan nyakitin hati gadis itu."

"Anna temannya Viona, jadi dia temen gue, juga. Dan satu lagi, gue harap, taruhan itu gak bikin persahabatan kita ancur." Lelaki itu menepuk bahu Atlan pelan setelah itu ia mengajak Pino pergi meninggalkan Atlan sendirian.

"Ka Atlan," teriak seorang gadis lalu menghampiri Atlan.

Atlan menarik gadis itu, ia celingukan menatap sekeliling, lalu menutup pintu kelas dengan rapat.

"Ih, Ka Atlan. Aku kangen banget," ujar Agatha sambil memeluk Atlan.

A.T.L.A.N.A

Wah ada hubungan apa atlan sama Agatha, ada yang bisa nebak?

ATLANAWhere stories live. Discover now