The black promise

222 9 0
                                    

"Saat itu kami bertiga lari kalang kabut tak tentu arah. Suara tembakan terdengar dari setiap sudut juga suara jerit menyayat hati.

Aku, kak Gempa juga kak Taufan akhirnya tiba di tepian sungai yang kala itu arusnya tengah deras. Dari arah timur kami melihat para pasukan berpakaian seragam berlari ke arah kami. Tak akan aku pungkiri jika saat itu mati adalah kemungkinan terbesar.

Namun.

Kak Gempa mendorong aku juga kak Taufan ke aliran sungai"

Solar mencoba membuat bolpoin nya tetap stabil di genggaman dan juga mempertahankan ekspresi wajahnya agar tetap serius.

Pemuda bermanik zamrud itu menatap dengan sorot yang begitu hampa, membuat Ice sedikit bergidik ngeri . Ia bangkit dari nakas dan berjalan kearah jendela, melihat senja yang datang bersama lembayung jingga di barat.

"Bisa anda teruskan?"

Ia berbalik dan mengangguk, sempat menatap cukup lama dua orang dengan jas putih itu. Oh seharusnya tiga tapi yang berkemeja merah bahkan langsung ke luar Sebelum ia mulai bercerita.

"Aku tak tahu apa yang terjadi ketika kami hanyut di sungai. Begitu sadar aku berada di tempat asing dengan orang-orang yang mengelilingi. Aku panik dan takut.

Ketika itu aku berteriak dengan lantang... DIMANA KAKAKKU?! DESA KAMI DIBANTAI!! KELUARGA KU DIBUNUH.

Lalu aku kembali jatuh pingsan. Setelahnya aku menerima kabar kalau desa itu benar-benar luluh lantah dan nyaris tak ada satupun yang selamat"

Thorn coba mengatur nafasnya, juga air mata yang hampir terjun bebas. Ice benar-benar tak bisa berkata-kata, ia bahkan tak tahu harus beraksi bagaimana?.

Solar?

Oh, psikiater muda itu bahkan tercengang mendengar sepanjang kisah pemuda dihadapannya ini. Ia bahkan tak menyangka kalau inilah penyebab pemuda tersebut berada di jeruji jiwa.

"Setelah itu aku mencoba menjalani hidup seperti biasa di sana. Namun bayang-bayang juga kilas balik tentang tragedi itu sangat menghantui, belum lagi jasad kak Taufan yang tak ditemukan membuat perasaanku seakan menggambang.

Sampai, 14 tahun kemudian. Aku berhasil menemukan orang-orang yang terlibat dalam pembantai keji itu dan membawa mereka menemui ajal seperti yang mereka lakukan, namun dengan bayaran yang lebih tinggi"

Hening.

Seketika atmosfer di ruangan itu mendadak berat dan dingin. Ice punya firasat kurang baik tentang hal ini, jadi ia sudah menyiapkan pisau lipat dalam saku jasnya.

"Jadi itulah kenapa anda membunuh dan memumifikasi jasad mereka?"

Pemuda bernetra hijau itu berkedip binggung.

"Mumifikasi? Aku ini hanya membunuh mereka"bantahannya.

Ketiga nya terkejut bukan main.

Sementara itu, ditaman samping rumah sakit seorang berjas putih tengah dengan santainya menyesap kopi hitam sambil melihat beberapa pasien juga para staf yang hilir mudik berkeliaran di lorong juga bangsal-bangsal yang ada.

Manik itu menatap lurus pada satu jendela usang yang menampilkan dua wajah dengan netra emas juga biru yang samar-samar menatap balik padanya.

"Yah, sekarang kalian bisa tenang. Aku sudah menepati janjiku pada adik terkecil kita, lalu hanya menyiapkan rencana untuk pembebasannya" ujar pemuda bernetra Ruby .

End.

Hola mina-san.

Cy balik lagi nih sambil bawa chapter baru. Hehehe...gimana syuka? Agak garing sih tapi well aink itu pemula, diulangi hanya pemula. Jangan lupa Vomen, Arigato ma.

Siuuuuu~

Bubay

Random Boboiboy StoryWhere stories live. Discover now