pasramisti

59 4 0
                                    

Supra tahu dan sadar betul akan resiko atensi kehadirannya di dunia.

Bukan sebuah rahasia jika dia adalah yang terkuat dari enam Fusion yang ada. Terlahir dari dua elemental yang mendapat predikat sebagai duo maut, Halilintar dan Solar.

Dia kuat, cepat dan cerdas. Hampir mendekati kata sempurna bukan? Musuh yang melawannya bisa memberi pekerjaan untuk malaikat maut. Mendengar namanya saja cukup untuk membuat satu pasukan bandit ketar-ketir.

Namun, kekuatan itu yang sekarang menghantuinya.

Membuatnya takut.

Takut jika kelak kekuatan ini yang malah menghancurkan keluarganya. Melukai atau bahkan membunuh adik, saudara, uncle maupun auntynya atau yang paling buruk adalah orang tuanya sendiri.



"Supra!!"

Supra ingin tertawa sekarang, lihat betapa bangsatnya takdir bermain. Tangannya yang memegang pedang bak sabit itu terangkat keatas, menulikan diri akan teriakan orang disana.

Mata silver itu menatapnya dengan lembut disertai seulas senyum tulus.

"Lakukan"

Batin nya menjerit. Sungguh ia tak mau, tak sanggup. Namun sial tubuhnya tak peduli dengan jeritan nalangsa batinnya. Darah terciprat bersamaan kepala yang ikut terlepas.

"Huaaaaaaaaaaaa!!"

Suara bising itu mengagetkan seseorang yang awalnya hampir menyebrang ke alam mimpi, alhasil ia sontak berdiri dengan posisi siap bertarung.

Si pembuat kegaduhan mengedarkan pandangannya dengan panik, sempat penglihatannya sedikit blur sampai tak lama kembali normal. Ruangan serba putih dengan bau khas obat-obatan, tak perlu bertanya ia sudah tahu ini dimana.

"Ada apa?"

Jantungnya mencelos kala menoleh.

Iris itu.

Iris yang tadi dilihatnya sesaat sebelum eksekusi, kini kembali menatapnya. Apa tadi hanya mimpi? Jika iya, ia akan benar-benar bersyukur.

"Mimpi buruk lagi? Astaga, apa kau se-stress itu sampai sering bermimpi buruk?" Pria itu menyentuh keningnya, membuat Supra tersentak.

Sentuhan hangat itu dapat ia rasakan. Yakin, ini semua benar nyata dan tadi itu hanya sungguh mimpi buruk belaka. Ia kemudian memeluk erat sosok didepannya. Yang dipeluk sempat terkejut, namun melihat bahu bergetar disusul isakan kecil, jadi ia balik memeluk. Mendaratkan sebuah kecupan singkat di pucuk kepala.

"Ku mohon, apapun yang terjadi jangan pergi".

"Tentu".




Diluar sana empat orang memandang semua kejadian tadi dengan hati yang pilu. Lagi-lagi anak itu menangis sambil memeluk udara, berkata pada ruangan hampa hampir setiap hari. Mengucapkan kata yang sama berulang-ulang.

"Apa yang harus kita lakukan? Memberi tahunya?" Si manik emas berujar lesu.

"Dan menyakiti perasaannya? Itu gila" Thorn menolak, mana tega ia melihat reaksinya nanti.

"Dan menyiksa mentalnya lebih lama? Itu lebih gila". Pemegang kuasa bara menolak galak.

"Untuk saat ini kita biarkan dahulu. Sekarang kita masih harus mencari Halilintar, semoga ia bisa menjelaskan semuanya".

TBC

Taufan: Yap Holla mina-san pa kabar? Sorry bukan si Thor kita yang menyapa. Dia sedang out of jadi well hanya ingin mengingatkan jangan lupa Vote dan komen ya Mina.

Bubayyy

Random Boboiboy StoryWhere stories live. Discover now