Part 6

447 77 15
                                    

WAJIB FOLLOW : AksaraAnagata







Hania bangun dari pingsannya dengan keadaan shock berat. Bagaimana bisa, seseorang yang baru saja dia kagumi, dan coba ia miliki ternyata sudah jadi milik orang lain.

"Hahahaha...." teriak Hania sambil mengeluarkan air matanya.

Tina dan Reno hanya saling tatap dengan bingung.

"Itu nangis atau ketawa?" tanya Tina.

"Ibu.. Huhu... Calon mantu huhu... Ibu... Udah punya huhu...istri!" ujar Hania sambil sesegukan.

"Iya huhu.. kasian sekali huhu," balas Tina sambil menirukan Hania.

"AHKKK SEMUANYA JAHAT. GAK ADA YANG BAIK DI DUNIA INI!" teriak Hania dengan sekencang mungkin.

"Udah, udah. Tidur! Jangan jadi agak-agak!" timpal Ayah Reno.

Hania menatap Ayah dan ibunya. " Agak-agak apa?"

"Agak-agak gila!" ucap kedua orang tua tersebut secara bersamaan.

"Aaaaa..."

°°°

Keesokan harinya, Hania bangun dengan mata sembab karena habis menangis seharian. Hatinya sungguh terluka mendengar pernyataan semalam, atau mungkin dirinya saja yang lebay.

"Tuh, kan. Inget lagi." gumam nya. Lantas ia pun turun dari ranjangnya dan segera masuk ke kamar mandi.

Sementara di sisi lain. Sabian dan Angel tengah sarapan pagi, hanya saja tidak ada pembicaraan diantara mereka, hening dah selalu saja begitu.

"Angel, bisakah kamu berhenti dari pekerjaan mu itu?" tanya Sabian.

Dengan kesal Angel meletakan sendoknya dengan kasar. "Stop, Mas! Udah aku bilang aku gak bisa. Kenapa kamu gak ngerti hah?"

"Kamu yang gak ngerti Angel. Apa yang kurang dari ku? Semua harta yang ku miliki bukankah cukup untuk mu?" ujar Sabian yang tidak habis pikir.

"Semua ini memang cukup untuk ku. Tapi, aku tidak mencintaimu, pernikahan kita hanya paksaan!" sentak Angel.

"Paksaan ini adalah takdir. Bahkan sedikit pun kamu tidak bisa terima itu? Aku ingin memiliki keluarga yang sempurna, dan tentunya seorang anak!" balas Sabian dengan meninggikan suaranya.

Angel tersenyum miring. "Carilah wanita lain jika kamu ingin punya anak. Karena aku tak sudi mengandung anak mu!"

Angel bangkit dan lantas meninggalkan Sabian tanpa pamit sedikit pun. Sabian hanya menghela nafasnya dengan berat. Apa salah jika ia berharap sedikit. Walaupun pada awalnya, dia juga tidak menerima Angel, karena pernikahan mereka hanya perjodohan dari orang tua, tapi lama-lama kelamaan Sabian mulai berfikir untuk menjalani kehidupan rumah tangga nya dengan baik.

°°°

"Hania!"

Hania mengabaikan panggilan tersebut dan lantas mempercepat langkahnya.

"Hania Agisya Kirana!" panggilnya.

Hania berhenti dan lantas berbalik. "APA SIH PAK?"

"Jangan meninggikan suara mu, Hania!" peringat Sabian. Hania hanya gelagapan, sebenarnya dia juga tidak berniat begitu, hanya saja setelah kejadian semalam, Hania jadi malas bertemu dengan Sabian lagi.

"Semalam-"

"Hania gakpapa, Pak. Bapak ayang gak usah peduliin Hania. Hania baik-baik aja." ujar Hania sambil membuang mukanya.

"Bapak ayang?" Sabian menaikan sebelah alisnya.

"E-eh maksudnya pak Sabian. Maaf typo dikit, Pak," ucap Hania setengah malu, bisa-bisanya dia harus malu seperti ini. Padahal niat awalnya ingin bersikap cuek pada Sabian.

Sabian masih menatap Hania dengan aneh, dan Hania membalas tatapan Sabian dengan cengiran khas nya.

"Sekali lagi maaf, Pak. Cuma salah sebut hehe... Maklum Huruf A sama S kan gak beda jauh!" jelas Hania ngawur, mana bisa begitu karena hurup tersebut sangat lah berbeda.

"Kalo gitu Hania pergi dulu, Pak. Da-"

"Hania saya belum selesai!" seru Sabian yang menghentikan langkah Hania.

"Kenapa, pak?"

"Nilai matematika kamu turun terus, bukan hanya matematika tapi pelajaran yang lainnya. Seharusnya kamu lebih serius sedikit, kamu sudah kelas dua belas, sebentar lagi lulus!" ucap Sabian.

Hania mengangguk dengan lesu. Ya, bagaimana lagi, dia kan tidak suka matematika, aneh sekali jika ada orang yang suka.

"Iya, pak Hani bakalan belajar lebih rajin lagi karena bentar lagi lulus kan?"

"Ya itu pun kalo lulus!" ujar Sabian sambil mengangkat kedua bahu-nya. Lalu meninggalkan Hania yang menatapnya dengan wajah tidak percaya.

"Emang di dunia ini semua nya jahat!" gumam Hania.

°°°

"Saya tidak habis pikir dengan anak itu, Pak. Padahal Hania itu pintar sebenarnya, awal-awal masuk SMA nilainya selalu bagus. Tapi, entah kenapa makin kesini, malah makin begini!" keluh Bu intan yang tak lain adalah wali kelas Hania.

"Apa dia punya faktor yang membuatnya begini?" tanya Sabian.

Bu intan merenung sebentar. "Saya tidak tau, pak. Hania selalu terlihat baik-baik saja, hanya saja saya memang pernah tau satu permasalahan Hania!"

Bu Intan pun menjelaskan secara detail apa yang ia tau mengenai Hania. Sebagai wali kelasnya dia tidak mungkin diam saja dan tidak memperhatikan muridnya, apalagi menyangkut nilai dan masa depannya.

"Begitu, pak!" ucap Bu Intan. Sabian pun lantas mengangguk sambil merenung sedikit, kenapa dia jadi kepo tentang murid menyebalkannya itu.

"Jadi saya harap, bapak bisa memberikan pelajaran tambahan untuk Hania. Bisa kan pak?" tanya Bu intan.

"Saya usahakan!" jawab Sabian yang membuat rekan gurunya tersebut menghela nafas lega.

Sabian tidka menyangka ternyata, di balik seorang Hania yang selalu menyebalkan dan berusaha mengejarnya. Menyimpan sebuah masalah yang serius, tapi kenapa harus masalah cinta.

Seorang laki-laki? Sungguh tidak masuk akal.


To be continue
-

-




Sorry semua baru up lagi ༎ຶ⁠‿⁠༎ຶ

Author masih sekolah. Jadi, ada banyak kesibukan gitu. Dan sekarang bisa up nya paling Sabtu sama Minggu doang

Tebak Ata kelas berapa?

Kalo ada yang bener nebak. Nanti malem up lagi


Terimakasih guyssss






Hello, Sir!Where stories live. Discover now