chapter 4

15 7 3
                                    

Keesokan harinya Syifa dan Dira segera menemui kepala sekolah universitas oxford. Syifa membuat surat semalam untuk meminta izin.

Setelah beberapa menit menunggu akhirnya mereka mendapat keputusan, bahwa Syifa dibolehkan untuk izin sekitar 3-4 hari. Syifa terlihat senang mendengar itu, ia bergegas membuka telfon genggam miliknya. Lalu mengabari papah, bahwa Syifa akan pulang saat siang nanti. Ia tak sabar bertemu papahnya.

Lalu Syifa dan Dira segera bergegas kembali ke kamar aszrama nya, Syifa membereskan barang miliknya. Ia akan pulang sementara. Dira ikut senang melihat sahabatnya tersenyum.

"Dir, ak pergi dulu yah" ucap Syifa, sambil membawa tas kecil.
"Iyaaaa.... Selama 3 hari aku akan merindukan mu syifaaa..." Jawab Dira memeluk Syifa.

Tak di sangka ternyata Liam tak sengaja melihat mereka.

Keadaan Liam..

'e-ehh??? Syifa??'.

Liam bergegas meninggalkan tempat itu, ia segera menemui Reza yang sedang santai mendengarkan lagu di kamar asramanya.

"WEHHHH ZAAA..... GAWATT" Wajah Liam terlihat panik sekaligus kaget. "Lho lho ada ap sih?. Panik amat tuh muka?" Jawab Reza memberhentikan musiknya.
"S-syifa... D-dia-"

.......

"Aduhh Syifa pulang ke rumah selama 3 hari ak kesepian donggg..." Ujar Dira ingin menuju asrama. Tapi langkahnya di hentikan oleh teriakan Reza dan Liam memanggil dari kejauhan. "DIRRR...."

"..."

Kembali ke Syifa..

Syifa sedang tidur di kendaraan yang ia naiki, mengantuk akibat semalam ia hampir tidak tidur karena memikirkan masalah ini.

Ditengah perjalanan Syifa kembali memandangi foto yang ia pegang. Seketika ia teringat akan boneka yang tergeletak di loteng itu. 'kemaren wangi boneka itu, kayak wangi parfum kamar papah. Gw juga heran, kenapa gw g pernah dibolehin masuk kamar papah'. Ucapnya dalam hati

Syifa menyimpan pertanyaan pertanyaan itu di kepalanya, memejamkan matanya menikmati perjalanan yang lumayan lama.

Beberapa jam menempuh perjalanan. Akhirnya Syifa sampai kerumahnya, melihat papah berdiri dengan seorang anak berusia 15 atau 16. Lebih muda dari Syifa.
'itu siapa??' gadis itu bukanlah calon ibunya.

"Hai pahh... Syifa pulangggg...." Syifa menaruh koper lalu beranjak ingin memeluk papah. Akan tetapi remaja itu menghalangi Syifa untuk memeluk papah. 'Dihhh ini siapa sih??'

"Aduh Syifa kenalin ini adik tiri kamu nanti" jawab papah sambil memegang kepala remaja itu, "nama dia zifa"

'ihhh mukanya kek lagi nahan berak'

Syifa mengabaikan kejadian tadi lalu bergegas menuju kamar. Ia menyiapkan diri, lalu mandi. Syifa sedikit kesal dengan cewek tadi. Tapi lupakan saja lagi pula dia tidak akan mendapatkan perhatian papah. Pikir Syifa, lalu melanjutkan berkemas.

Syifa melonjorkan kaki dikasur ia berbaring, dengan seluruh pertanyaan yang memenuhi kepalanya. Ia masih bingung.

Keesokan harinya

"Syifaaa... Zifaaaa....." Panggil papah, lantas aku menuju ruang keluarga, menemui papah.
"Kenapa pah?" Aku duduk, lalu disusul zifa yang juga duduk disamping ku.

"Ini papah ada belikan kalian baju baru. Kalian boleh pilih" papah memberikan dua bungkusan baju yang berbeda. Satu berwarna hitam dan satu lagi berwarna biru soft.

    Aku tertarik dengan baju berwarna soft, jadi aku memutuskan untuk memilih baju berwarna itu. "Aku pilih yang ini deh pah". Saat tangan ku akan merai bungkusan itu, tiba tiba, "ihhh aku mau yang itu juga pwahh" ucap zifa.

"Emm Syifa nak kamu ngalah yah" ucap papah, 'Whattt???'.
"Oh iya deh pah, Syifa ambil yang hitam aja" Syifa ingin mengambil bungkusan berwarna hitam, lalu menuju kamarnya.

Saat sampai dikamar ada notif dari ponselnya nomer tak dikenal.

62+ 6728-9277-xxxx

|P
|Hahaha aduh kasian banget
|Lihat aja aku bakalan ambil
Papah Lo.
21:32

So?|
Trus gw harus nangis gitu?|
21:33
Read

|Ihhh awas ajwa😡
|Bakalan aku aduin ke papah mamah
21:33

Aduin aja g takut|
21:33
Read

Syifa menutup ponsel dan bergegas tidur. 'dih dasar g tau diri' benak Syifa.
'liat aja siapa yang lebih di sayang oleh papah'

Assalamualaikum teman teman><

Tunggu kelanjutannya yah,
Jangan lupa voment biar authornya rajin upload 🤍🤍

TEROBATI [Tamat] Where stories live. Discover now