Chapter 11

6 5 0
                                    

Saat di kampus Syifa menuju bangku milik Reza lalu mulai membisikkan sesuatu tanpa sepengetahuan Liam, yang tengah asik bermain game di ponselnya.

    Syifa mengedipkan satu matanya ke Dira dan Reza seakan memberi isyarat rencananya akan dimulai. Senyum jahat Dira sudah tak bisa di tahan lagi "BWAHHAAHAH" Bisik Dira.
Syifa berjalan melewati Liam dengan angkuh lalu berhenti di depan meja Liam, sambil menghentakkan tangannya di atas meja.

   "Hhh..."
Liam heran melihat tingkah laku Syifa "kamu tuh kalo lagi akting lucu bngt sihhhh!!" Ucap Liam gemas melihat Syifa yang sedari tadi menahan tawa

"hah? Gw? M-mana ada hhh" Syifa berusaha menutupi nya. Tak lama kemudian Liam menarik tangan Syifa mengajaknya ke rooftop kelas.

"Apaan sihhh, ngapain bawa gw ke sini" ucap Syifa, tak lama Liam mengeluarkan sesuatu di balik tangannya. Sebuah bunga kertas yang sepertinya di rakit sendiri, bunga kertasnya berwarna pink agak tua, bunganya terlihat cantik. "Ehh? Ini apa?"

    "Buat kamu maniss"
Syifa tersenyum tipis menatap mata Liam
Tak bertahan lama senyuman itu digantikan dengan wajah panik Syifa.

   Syifa memegangi kepalanya, Liam langsung memanggil Dira dan Reza untuk menolong, tangan Syifa terlihat sedikit membiru, wajahnya pucat Pasih, "faa??? Lu kenapa?"
   Jawaban Syifa hanya senyuman menatap kearah Liam, lalu tak sadarkan diri.

    Dira sahabatnya langsung berlari dari dalam kelas melihat temannya lemas terjatuh secara tiba tiba. Ia segera membawa sahabatnya ke ruang pengobatan dikampus.





  Syifa yang masih terlihat tak berdaya di atas ranjang sebuah ruangan dirumah sakit, dengan kondisi wajah yang pucat Pasih. Sahabatnya khawatir akan kondisi Syifa yang semakin memburuk.

     Liam terlihat sangat panik di luar ruangan menunggu hasil pemeriksaan dari dokter. Selang beberapa saat menunggu, akhirnya keluar dokter yang tadi memeriksa keadaan Syifa.
   Liam, Dira, dan Reza segera mengikuti dokter tersebut keriangannya.

  "Syifa memiliki penyakit yang saat ini sudah makin parah, apa dia ada memberitahu kalian tentang penyakit ini?" Tak lama ketiganya terdiam saling tatap.
     Akhirnya Dira memutuskan untuk berbicara duluan,

   "jadii... Syifa waktu malam itu pernah kayak gini juga, sampai mukanya pucat banget, tapi dia maksain gak mau kemana mana-" lalu Dira menceritakan seluruh kejadian pada malam itu.

    "Teman kalian ini punya penyakit kanker ginjal keturunan, entah itu dari ibu atau ayahnya" ucap dokter dengan wajah yang ikut sedih melihat ketiga teman Syifa.

  "J-jadi dok? Itu gimana cara nyembuhinnya? Syifa masih bisa diselamatkan kan?" Ucap Liam dengan mata yang hampir mengeluarkan air mata.

   "Semua kanker terjadi karena perubahan atau mutasi pada gen, dengan sebagian besar perubahan genetik terjadi selama hidup seseorang. Namun, beberapa penderita kanker ginjal mengalami mutasi gen dari orang tua biologis, yang berarti mereka menderita kanker ginjal keturunan. Bentuk penyakit ini cenderung lebih agresif dan sulit didiagnosis daripada kanker ginjal yang tidak diturunkan" ujar dokter

   "Tapi saya bisa memperlambat perkembangan penyakit ini, walau pada akhirnya saat dia sudah mencapai stadium akhir yang sudah sangat parah, saya akan tetap berusaha" lanjut dokter penuh harapan.

     Mendengar itu, hati Dira sahabat karib Syifa hancur. Ia keluar sambil menahan air mata yang hampir keluar.
    "Sahabat macam apa gw hah?"
Ucap Dira di halaman depan rumah sakit.
Ia menundukkan kepala dengan rasa bersalah.
   "Andai malam itu gw langsung bawa Lo ke rumah sakit terdekat, tapi gw malah mentingin diri sendiri"

TEROBATI [Tamat] Where stories live. Discover now