Chapter 02. Ujian U.A

2K 200 13
                                    

Banyak siswa berbondong bondong pergi menuju sekolah di pagi hari ini, berbeda dengan mereka yang memakai seragam. Aku hanya memakai pakaian Casual yang biasa ku pakai. Lagian aku tidak memiliki satu seragam sama sekali, karena aku tidak sekolah sebelumnya.

Setelah perbincangan dengan All Might beberapa hari yang lalu, dia menyarankan ku untuk pergi ke akademi U.A. Sekolah yang khusus untuk mendidik para pahlawan masa depan.

"Tapi sekolah ya, entah kenapa sangat tidak cocok dengan ku yang sekarang."

Yah, karena penampilan ku juga. Aku terlihat seperti usia anak SMA.

Kebetulan hari ini adalah hari untuk penyambutan murid baru. Sebenarnya aku tidak terpikirkan sama sekali untuk mencoba sekolah, namun karena tidak ada kerjaan juga. Kenapa tidak mencobanya.

Aku bisa melihat wajah wajah labil dari siswa siswi sekolah yang datang untuk mendaftar di sekolah ini. Bukan hanya tes tertulis, namun untuk masuk ke sekolah U.A kita juga harus melewati tes praktek. Entah seperti apa tes nya, kita akan mengetahui nya nanti.

"Kacchan!?"

Suara itu, bukankah itu Midoriya.

"Jangan halangi jalan ku, atau kubunuh kau!"

"P-pagi, Kacchan. M-mari lakukan yang terbaik!"

Pria bernama Kacchan itu tidak menghiraukannya dan hanya terus berjalan menuju pintu masuk sekolah. Bocah itu ya, bukankah dia adalah bocah yang di sandera dua tahun lalu saat insiden monster lumpur.

Midoriya sempat ingin tersandung, namun sesaat ada orang yang menahannya. Atau ... Membuatnya melayang?

Quirk yah, sepertinya Quirk gadis itu berhubungan dengan gravitasi. Setelah gadis itu menyapa dan pergi, aku menghampiri Midoriya.

"Pagi, Midoriya."

"Epp! R-Rimuru-san!!"

"Siapa gadis sebelumnya, jangan jangan pacarmu?"

Wajahnya segera memerah saat aku berkata seperti itu, itu jelas memalukan baginya. Kurasa.

"T-tentu saja bukan! Kami bahkan baru bertemu beberapa saat lalu."

"Begitu."

"Ternyata kau juga mendaftar di sekolah ini ya, Rimuru-san."

"Umu, aku memutuskan untuk mencobanya."

"Ohh! Kalau begitu mari lakukan yang terbaik."

Dengan begitu kamu berjalan bersama menuju pintu masuk, dan tiba di aula besar. Duduk di tempat duduk masing-masing yang telah di sediakan oleh pihak sekolah.

Menerima beberapa sambutan selamat datang, meskipun ada beberapa masalah karena Midoriya yang menarik perhatian. Namun semua kembali berjalan lancar, dan kami di tuntun untuk mengikuti tes praktek di sebuah tempat yang telah di rancang khusus untuk pertempuran. Untuk lebih mempermudah pergerakan ku, aku di sini memakai pakaian training.

Juga, tempat ku dan tempat Midoriya juga berbeda. Ada bocah yang bernama Kacchan juga di sini, dan bocah setengah setengah. Entah kenapa dia mewarnai rambutnya seperti itu.

Aturannya sangat mudah, kami hanya perlu mengalahkan beberapa robot untuk mendapatkan poin.

Bocah setengah setengah itu mengalahkan robot dengan menggunakan es yang dia keluarkan, sedangkan bocah bernama Kacchan itu mengeluarkan ledakan yang cukup besar melalui tangannya.

Aku mengalahkan beberapa robot hanya dengan petir hitam dan kekuatan fisik, tidak ada yang spesial di ujian kali ini. Semuanya serba mudah.

"MAATIIII!!!"

Boomm!!

Bisakah tidak selalu mengeluarkan kata 'Mati' setiap kau menyerang, itu benar-benar menggangu orang lain. Setelah waktu cukup lama berlalu, hari yang panas ini tiba-tiba menjadi mendung.

Lebih tepatnya bukan mendung, namun ada sosok besar yang menghalangi sinar matahari. Bahkan tingginya mengalahkan gedung-gedung di sekitar.

"Oi oi, bukan kah itu berlebihan. Bagaimana mungkin kita bisa mengalahkan robot sebesar itu!"

Beberapa murid mulai berlarian karena intimidasi yang di hasilkan robot tersebut, berbeda dengan Kacchan yang malah menyeringai sambil meledakan tangannya.

Bocah setengah setengah juga tidak terlihat takut karena robot tersebut.

"Hahaha!! Ternyata ada jackpot di sini!! Kalau begitu matilah!!!"

Kacchan segera terbang dengan beberapa ledakan yang di hasilkan dari tangannya, dia menyentuh tubuh robot besar itu.

"MAATTIII!!!"

Dan kemudian ledakan yang sangat besar terjadi, namun robot itu tidak terlihat mendapatkan kerusakan yang signifikan. Meskipun ada beberapa goresan yang terlihat.

Ayunan tangan robot itu segera mengarah ke arah Kacchan yang sedang ada di udara, tidak ada waktu untuknya menghindar. Jadi aku segera melesat kesana dan meraih kerahnya. Keluar dari jarak area serangan robot tersebut. Aku bisa melihat bocah rambut setengah setengah itu terpaku kepadaku dengan terkejut.

"Kacchan, tadi itu hampir sekali." Aku melempar nya kesamping dan kembali bersiaga jika robot itu kembali menyerang.

"H-hah!? SIAPA YANG KAU PANGGIL KACCHAN SIALAN!! AKU TIDAK MENGENAL MU SAMA SEKALI!!"

"Tapi, bukankah itu namamu? Soalnya Midoriya memanggil mu seperti itu."

"Tidak tau! Aku tidak mengenal nya!! Dan jangan membantuku!! Aku tidak membutuhkan bantuan mu!!"

Apakah sesulit itu kah untuk mengucapkan 'Terimakasih' bocah ini memiliki harga diri dan keras kepala yang terlalu besar.

"Oi, dia datang."

Bocah rambut setengah itu akhirnya berbicara sambil melambaikan tangannya, dan es besar muncul menutupi sebagian dari tubuh robot besar tersebut.

"Kerja bagus, rambut setengah!" Aku segera berlari dengan dan melompat dengan petir hitam yang mengelilingi tubuhku.

"SIALAN!! JANGAN MEREMEHKAN KU!!"

Kacchan?? Kenapa dia selalu berteriak saat ingin menyerang.

Lompatan ku tiba di kepala dan memukul wajahnya dengan keras, namun tidak ku sangka ternyata itu tidak berhasil. Kupikir dengan kekuatan seperti ini dia bisa hancur, namun sepertinya robot ini lebih keras dari pada yang ku pikir kan.

Ledakan besar kembali terjadi, tentu itu di sebabkan oleh bocah Kacchan itu. Saat tangan robot itu kembali melayang hendak menyerang, es yang besar kembali menghentikan pergerakannya.

Aku melompat menjauh dari sana saat Kacchan masih membombardir robot itu dengan ledakan. Tiba di sisi rambut setengah.

"Kacchan menyingkir."

"JANGAN PANGGIL AKU SEPERTI ITU!! DAN JANGAN MEMERINTAHKU!!"

"Rambut setengah, tetap jaga pergerakan robot itu."

" ... "

Tidak balasan, dia hanya menatapku dengan acuh.

Aku menarik tangan ku seperti sedang menarik anak panah. Itu terbuat murni dari petir hitam. Busur dan anak panah yang terbuat dari petir hitam yang menyala dengan gelombang kejut yang besar keluar dari sana, siap untuk di luncurkan kapan saja.

Kenapa Kacchan masih tidak mau menyingkir.

Anak panah dari petir hitam ini cukup besar dan panjang. Saat Kacchan kembali melompat hendak memberikan ledakan pada kepala robot besar itu.

Aku menargetkan area perutnya dan meluncurkan serangan, itu sangat cepat. Saking cepatnya, hanya garis hitam lurus yang dapat terlihat. Bukan hanya Kacchan yang terkejut saat tubuh robot itu mendapatkan lubang besar, namun rambut setengah yang ada di sisiku juga terkejut. Robot besar itu meledak karena serangan ku, beberapa siswa hanya terperangah tidak tau apa yang sebenarnya terjadi ketika robot besar itu meledak dan tumbang. Memberikan getaran yang sangat dahsyat.

Bersambung.

Rimuru X Boku no Hero.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang