21. Sudah Lama, Lama, Lama Sekali

82 15 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 21SUDAH LAMA, LAMA, LAMA SEKALI

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

BAB 21
SUDAH LAMA, LAMA, LAMA SEKALI

Ada yang mengetuk pintu!
























TERUNTUK IBUNDA,

Tak dapat saya gambarkan betapa bahagianya saya tatkala mendapat surat dari Ibu. Tak mampu saya jelaskan pula betapa terkejutnya saya atas kabar gembira yang menghampiri Jenar. Saya di sini senantiasa mendoakan segala kebaikan baginya, juga mendoakan kelancaran dalam setiap jalan hidup yang dipilihnya.

Ibunda mungkin bertanya-tanya mengapa surat ini sampai sebegitu lama. Ibunda mungkin bertanya-tanya pula mengapa saya tak menulis balik segera setelah saya mendapatkannya. Tak mampu saya pungkiri, Ibu, kabar ini benar menghantam saya bak gada. Bukan karena saya tak turut bersukacita, namun lebih karena bukan main mendadaknya rencana ini bagi saya. Mohon maaf, Ibu. Anakmu ini tak mampu menahan gejolak perasaan kecewa yang terus menyerang setelah membaca surat dari Ibu. Sungguh, kakak macam apa saya ini? Mengapa saya malah meratapi kegembiraan yang adik saya sendiri akan tapaki? Setelah lama saya menenangkan hati, barulah saya menemukan kewarasan saya kembali.

Tatkala saya mencoba memandang segala prahara rasa dalam perspektif yang lebih terbuka, saya pada akhirnya bisa mencapai penerimaan itu. Hati saya telah melunak, namun saya tak dapat begitu saja memberikan restu. Luka di hati dapat memudar, namun perasaan terabaikan pasti akan selalu menjalar. Oleh karena itu, Ibu, apakah memungkinkan bagi Adik untuk menulis kepada saya? Saya tak perlu permohonan maaf, karena jelas sekali tiada yang perlu dipandang sebagai kesalahan di sini. Saya hanya mengharapkan kegembiraannya itu ia bagikan secara langsung pada saya, sebagaimana yang selalu ia lakukan semasa kecilnya.

Saya tak meniatkan luapan berat hati mencemari kesakralan acara yang akan Jenar langsungkan. Rasa ikhlas dan rida yang saya punya tak kuasa saya jabarkan. Berkat saya akan selalu mengalir, begitu pula kasih sayang saya untuk kalian. Hanya satu pinta saya, Ibu. Sudikah Jenar meluangkan waktu dan menyurati saya terkait hal itu? Sudikah ia menceritakan segalanya pada saya? Tak perlu ada yang ditutupi, tak ada hati yang terluka di sini.

PESTA PARA MANEKENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang