Pertarungan melawan Uraeus sangatlah sengit. Selain karena Uraeus adalah lawan kuat dan merepotkan, jumlah mereka terlalu banyak. Tak peduli berapa kali mereka dikalahkan, yang lain akan terus bermunculan. Semua Ksatria (kecuali Naeva tentu saja) sudah di ambang batas mereka.
Mereka kelelahan. Sudah 7 jam lebih sejak awal pertarungan. Langit pun perlahan kehilangan kegelapannya. Pagi sudah hampir datang, namun tidak ada tanda-tanda ujian ini akan usai. Memang banyak yang bilang kalau ujian tersembunyi itu jauh lebih sulit dari yang biasa. Tapi siapa sangka maksudnya itu berkali-kali lebih sulit sampai yang sudah berbeda tingkat pun masih dibuat kerepotan.
Uraeus yang menjadi lawan di ujian ini sudah dilemahkan. Jadi Ophelia tidak mengalami kesulitan yang sangat dalam membunuhnya. Namun jumlah mereka yang tiada habisnya adalah ujian yang sebenarnya. Ujian ini adalah pertarungan stamina.
"Tolong... Haah... Hahh... Beri aku-- istirahat..." ucap Bere sekarat (capek).
"Hahh... Haa... Haahh... Sampai kapan... Ujian ini akan berlangsung..." balas Ophelia sama lelahnya.
"Mereka gak ada habisnya!" keluh Hamer sambil mengelap kasar keringatnya.
Dom menatap mereka khawatir. Dia tidak selelah mereka. Selain karena dia memang tidak banyak bergerak, dari awal stamina pria itu lebih besar dari mereka. Naeva juga sama. Tak ada keringat setetes pun yang keluar darinya. Sedangkan Ruka sudah tepar di bantalnya. Dia memang tidak bergerak kesana kemari seperti mereka bertiga, tapi dia juga terus menerus melempar potion sampai tangannya kebas.
Sayangnya Tower tidak sebaik itu. Uraeus terus berdatangan tanpa memberi mereka jeda waktu untuk istirahat. Walau sisi baiknya, mereka menjadi semakin terbiasa melawan Uraeus dan lebih mudah membunuhnya. Tapi karena efek kelelahan, pergerakan mereka menjadi lebih buruk.
"Lia!! Merunduk!!!!" Teriak Bere sambil melemparkan belatinya tepat ke mata Uraeus. Naeva ikut menembak mata yang satunya dari jarak jauh.
Ophelia langsung berselancar di antara kaki Uraeus. Dia mengerti kalau mata Uraeus terluka, sisi butanya melebar. Jadi dia memanfaatkan kesempatan itu untuk menyerang bagian bawah Uraeus. Ophelia mengecilkan tombak pena miliknya dan membesarkannya di waktu yang tepat.
ZRAAAASSSHHHH
Darah merah gelap menyembur dari perut Uraeus, membasahi tubuh Ophelia yang ada dibawahnya.
Ophelia yang bersimpah darah, terengah-engah mendekati Hamer dan Bere lagi.
"Ka-Kau gak papa?" tanya Bere khawatir dalam arti yang berbeda.
Ophelia mengangguk. Sejujurnya kepalanya pusing. Dia terlalu banyak bergerak dan bermanufer lebih dari biasanya. Mungkin bagi tipe assassin seperti Bere, bergerak gesit dan cepat kesana kemari, berputar dan atraksi adalah hal yang mudah. Tapi Ophelia pengguna tombak adalah tipe fighter. Sedangkan Ophelia pengguna pena adalah tipe mage. Jelas sekali dia tidak bisa terbiasa melakukan itu.
Apalagi bau darah yang begitu busuk dan menyengat membuat Ophelia semakin mual. Peka dengan itu, Naeva menembakkan satu panah es ke atas kepala Ophelia. Dari panah itu, sebuah bongkahan es terbentuk dan melayang.
[ Thaw ]
Seketika bongkahan es itu mencair. Guyuran air di atas kepalanya membuat tubuh Ophelia lebih bersih dari sebelumnya.
"Makasih... Tapi-- hatchi! Dingin..." Ucap Ophelia sambil memeluk tubuhnya sendiri. Yah, bagaimanapun itu tetap es batu di cairkan. Jadi ya masih dingin.
"Setidaknya kau tidak bau lagi," kikik Bere.
"Hmm."
.
.
.
.
.
.
.
.
.

YOU ARE READING
The Unfettered Ice Princess [Yuri]
Fantasy[ Kebanyakan Ilustrasi Yang Di Gunakan Adalah Buatan AI ] Theme: Tower World Genre: Fantasy, Adventure, Action, Magic, Over Power, Shounen, Shoujo, Dark Fantasy, Tragedy, Martial Arts, Shoujo Ai, Violence, Adult, Mature Upload Status: Ongoing Author...