[ Kebanyakan Ilustrasi Yang Di Gunakan Adalah Buatan AI ]
Theme: Tower World
Genre: Fantasy, Adventure, Action, Magic, Over Power, Shounen, Shoujo, Dark Fantasy, Tragedy, Martial Arts, Shoujo Ai, Violence, Adult, Mature
Upload Status: Ongoing
Author...
"Hmm... Korban baru kali ini bukan dagangan, ya. Entah aku harus kasihan atau gak. Situasi anak itu bisa lebih baik dari barang dagangan, bisa juga lebih buruk. Tergantung dianya."
{ ====== }
"Ya, makasih infonya, Len. Nanti kuhubungi lagi."
{ ====== }
"Aku? Bukan, bukan. Aku gak lagi nyari mangsa. Bisa dibilang aku lagi... (melirik ke Naeva)... persiapan kencan?"
{ ====== }
"Iya, iya, aku tau. Aku cuma bercanda. Tenanglah. Ada anak yang gak bisa kutinggal sendirian. Habis ngurusin dia bentar, aku bakal ke sana."
{ ====== }
"Oke."
Zeta menutup teleponnya. Perangkat yang ia gunakan mirip handy talky berbentuk kotak kecil yang mudah dibawa. Berbeda dari Lantai 2 yang memang tidak mengizinkan penggunaan kamera, smartphone, dsb. Di Lantai 3 sebenarnya boleh-boleh saja. Hanya saja, Zeta tidak mau pembicaraannya disadap, sehingga memakai perangkat ini yang hanya terhubung ke perangkat sepasang akan lebih aman.
"Sudah teleponnya?" tanya Naeva setelah dibuat menunggu sebentar.
Zeta kembali memasang wajah ceria. Padahal barusan Naeva bisa melihat jelas ekspresinya sangat serius. Meski sudah berjalan cukup jauh, Naeva masih bisa mendengar apa yang dikatakan Zeta dan bisa melihat ekspresinya juga. Tapi Naeva tidak penasaran. Lebih tepatnya, dia tidak mau tau.
"Sudah kok. Kenapa? Kepo ya?" godanya.
Naeva tidak menjawab. Hanya menatapnya dengan ekspresi tak peduli. Hal ini membuat Zeta jadi canggung. "Ah, kamu ini gak seru ya!"
"Mirip banget sama temenku. Tapi kamu versi lebih parah," ejeknya
"Len masih seru kalau digoda. Ni anak diam aja. Agak gimana gitu kesannya."
"....." Naeva tetap diam.
"Setidaknya ngomong sesuatu kek!" ujar Zeta.
Naeva tetap diam, tangannya terulur untuk mengambil kotak remi di atas meja. "Kapan judinya dimulai?"
Baru kali ini Naeva merindukan kekuatannya. Kalau saja kekuatannya masih ada, Naeva akan langsung mengeluarkan es-es tajam agar anak didepannya ini lebih diam. Bere juga cerewet sih, tapi anak ini terasa berbeda dari Bere.
"Oke, oke. Jangan menatapku dengan ekspresi kayak gitu. Ini mau dimulai kok!" cengir Zeta.
Gadis itu berjalan ke meja judi. Lalu mengambil dua set kotak kartu remi baru yang masih tersegel. "Ayo kita main yang gampang aja."
Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
"Aku punya 2 set remi baru nih. Ayo main tebak pasangan."
"Jadi nanti, dealer akan mengacak kedua set ini di atas meja dalam posisi tertutup. Nah, kita harus menebak pasangan yang mirip. Masing-masing dari kita cuma punya satu kesempatan membuka kartu. Jika gagal, maka giliran orang lainnya. Jika berhasil, maka boleh menebak lagi."