Chapter 78 [ Dadah Zeta~! ]

305 64 55
                                    

"Kau takkan pamit pada yang lainnya?" tanya Lenarya.

Zeta tersenyum tipis.
"Mereka sudah tau kalau aku akan pergi setelah masalah ini selesai."

"Tapi mereka tak tau apapun tentang Nee-san. Biarkan saja seperti itu, Len. Tak perlu memberi tau mereka hal yang akan merusak suasana. Aku akan menyelesaikan sisanya sendiri."

".... Begitu. Baiklah."

Zeta sudah bisa pulang dari rumah sakit dalam beberapa hari saja. Walaupun lukanya cukup parah, karena luka itu ia dapatkan dari melanggar aturan Tower, lukanya terlalu rapi sehingga tidak sulit bagi Dokter untuk menyembuhkan pendarahannya. Meski yang sudah hilang akan tetap hilang.

Sejak membaca buku diary Delta, anehnya sifat Zeta menjadi lebih tenang. Dia tidak seheboh dan sedendam sebelumnya. Walau tentu saja, itu hanya penampilan luarnya. Zeta lebih banyak diam saat di rumah sakit. Menggunakan waktu pemulihan dirinya untuk merenung dan berpikir. Ketika melihatnya seperti itu, Lenarya dan Bere tak tau harus bereaksi seperti apa. Mereka hanya bisa memperhatikannya dan menanti keputusannya.

Begitu Zeta sudah selesai memulihkan diri di rumah sakit, dia mengunjungi kamar mayat tempat kakaknya berada. Zeta diam memandang jasad kakaknya untuk waktu yang lama. Sebagai gearborn, mayat Delta takkan membusuk karena secara alami akan menjadi kaku dan dingin layaknya komponen mesin.

Setelah merenung di kamar mayat selama kurang lebih 2 jam, Zeta tiba-tiba memutuskan untuk pergi dari Lantai 3 bersama jasad kakaknya yang ia masukkan ke dalam peti mati. Zeta merapikan penampilan dirinya dan kakaknya, dia juga memastikan kakaknya mengenakan pakaian yang cantik di peti mati yang cantik juga.

Dengan menggendong peti mati berwarna putih marmer di punggungnya, wanita berambut hitam pendek itu berpamitan pada Lenarya, Bere dan Ruka. Tentu saja keputusannya yang begitu tiba-tiba ini mengejutkan ketiga orang itu. Namun mereka menghargai pilihan Zeta yang ia putuskan setelah berpikir panjang.

"Apa rencanamu mulai sekarang?" tanya Bere. Jujur saja, dia agak cemas. Bagaimana tidak? Perempuan di depannya ini masih dalam keadaan gak stabil dan nekat naik lantai sambil bawa peti mati, loh!

Membayangkan Zeta kemana-mana bawa peti mati aja sudah membuat Bere merinding. Sungguh mengkhawatirkan.

Zeta menyadari kekhawatiran Bere. Dia masih belum terbiasa dengan itu, mengingat Bere selalu curiga padanya sejak awal pertemuan mereka. Mungkin saja tragedi yang terjadi padanya inilah yang membuat tatapan gadis itu melunak.

"Nee-san... Sampai merelakan nyawanya untuk melindungi adik-adiknya... Mana mungkin aku bertindak gegabah dan menyia-nyiakan pengorbanan Nee-san, kan?" Zeta tersenyum masam.

Dia mengarahkan pandangannya jauh ke langit.
"Aku tidak akan gegabah lagi. Berbeda dari Madam Lin, Lord Durren akan cukup sulit."

"Kalau lawanku adalah anggota Guild Besar, aku tidak bisa sembarangan. Aku asumsikan dia sudah diselamatkan NRS Guild dan ada di suatu tempat di Lantai atas. Mana mungkin Conqueror biasa sepertiku bisa menyentuh orang sepertinya."

Lenarya mengernyitkan keningnya. Dia merasa rencana Zeta lebih besar dari dugaannya.
"Jangan bilang--"

"--kamu mau melibatkan bengkel?"

"......."
Zeta hanya tersenyum tipis tanpa mengatakan apapun.

Wanita itu justru melangkah melewati Lenarya, Bere dan Ruka.
"Masalah ini bukan hanya tentangku dan Nee-san."

"Kalau percobaan atau apapun yang Lord Durren rencanakan itu melibatkan Gearborn dan dia mengincar Gearborn. Maka Gearborn lah yang akan menjadi lawannya."

The Unfettered Ice Princess [Yuri]Where stories live. Discover now