part. eighteen | Kepergian Abraham

17 3 0
                                    

Karaxie Bunga Magnolia Aroux—e, gadis sederhana yang suka memamerkan dirinya di lingkungan sosial. Wajahnya terlihat polos namun orang-orang mengenalnya angkuh. Gadis yang selalu memamerkan setiap apa yang dicapainya sehingga mendapatkan cap dari teman sekolahnya sebagai orang yang sombong.

Hidup tanpa kasih sayang seorang ayah membuat Karaxie haus akan perhatian. Ia suka dipanggil ''Kara" namun ia lebih suka dipanggil dengan "Raxie" oleh seseorang yang spesial tentunya.

Pagi yang tidak terlalu cerah, di hari libur ini Karaxie membereskan rumah yang empunya hanyalah dirinya dan ibunya. Ia mengelap piala dalam lemari satu persatu sampai mengkilap. Kemudian menyirami sebuah makhluk hidup di dalam pot yang hampir mati.

"Mawar ini gapernah disirami. Untung aja ngga mati. Kamu harus semangat hidup ya, setidaknya masih ada aku yang peduli sama kamu."

"Kara! Halo!"
Suara yang terdengar memanggil namanya berulang kali disertai dengan ketukan pintu. Karaxie melangkah membukakan pintunya sambil menggerutu. "Pagi-pagi udah ngusik orang aja!"

Pintu itu terbuka kemudian tampak seseorang yang sudah lama tidak ia jumpai.

"Woni? Ada urusan apa kemari?"

"Hai Kara. I'm sorry, but, bisa gua ajak lo kompromi bentar?" ajak Woni dengan nada agak memaksa.

Karaxie menghela nafas kasar dan mengernyitkan dahinya. "Ayolah, ini Minggu pagi. Mau ngomongin apa sepagi ini?"

"Tentang anak baru di sekolah lo."

"Hah? Si Aleyna?" kata Karaxie dalam hati. Ia langsung tertarik untuk membahasnya kemudian meminta Woni untuk membicarakannya di dalam saja.

"Ga usah, gapapa kita ngobrolinnya di teras ini aja."

Woni mengambil beberapa langkah lalu melihat bunga mawar yang baru disiram oleh Karaxie.

"Lo hobi berkebun, Kar? tanya Woni.

"Ngga juga," sahut Karaxie dari belakang. "Ngomong-ngomong tentang anak baru yang kamu bilang, siapa namanya?" iseng Karaxie padahal tahu siapa yang dimaksud.

"Emangnya ada berapa anak baru yang masuk ke sekolah lo akhir ini? Ga gua sebutin namanya juga lo pasti udah ngeh." Woni memainkan jarinya di lingkaran mawar tersebut. Ia memetik kelopaknya yang layu.

"Berarti bener dugaanku, Aleyna," gumam Karaxie yang sempat didengar oleh Woni.

"Dasar si tong kosong," dehamnya.
                     
"Yaudah, tudep deh mau ngapain tuh anak baru?"

"Gua mau lo lakuin apa yang gua lakuin kemarin," ucap Woni dengan wajah seriusnya.

Karaxie menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Gadis itu membalasnya dengan wajah kebingungan. "What? Emangnya apa yang kamu lakuin?"

"Buat Aleyna didepak dari SMA Trisatya."

Karaxie berdengus tidak mengerti. "Caranya?"

"Lo buat dia dihukum guru karena kesalahannya. Videoin lalu kirim ke gua, nanti bakal gua posting deh ke sosmed. Selesai. Mudah bukan?"

Lantas saja perkataan Woni itu mendapatkan tawa menggelegar dari Karaxie.

"HAHAHAA. Jadi kamu yang bikin Aleyna di DO?"

"Iya, kenapa lo ketawa gitu? Gada yang lucu."

"Woni, Woni. Harusnya ditinggiin dikit caramu itu. Rendah banget serendah harga diri jalang," kata Karaxie sambil terkikik-kikik.

"Diem lo!" bentak seorang Woniyara. Bagi Karaxie sebuah bentakan bukanlah apa-apa. Apalagi kalau yang membentak adalah Woni, si penjahat level rendahan.

ALEYNA [ ON GOING ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang