part. thirty two | Lo, beruntung!

13 2 0
                                    

"Assalamualaikum. Mahh, Riel! Ale pulang bawa temen!" salam Aleyna sebelum melangkahkan kaki masuk ke dalam. Gadis itu melepas kaus kaki dan sepatunya yang basah kuyup terlebih dulu, seraya menunggu Zara yang melakukan hal yang sama juga.

"Waalaikumsalam. Akhirnya yang ditunggu-tunggu pulang juga," sambut Linda yang keluar membawa dua buah handuk dan teh hangat.

Ini pertama kalinya Zara datang ke rumah Aleyna, namun disambut sehangat ini. Baru kali ini pula Zara bertemu Linda, gadis itu langsung menilai Linda adalah tipe ibu yang sangat perhatian.

"Kenalin, Mah. Ini Zara, first time, kan Ale bawa temen SMA Trisatya ke rumah?" Aleyna menyalim. Zara pun ikut melakukan hal yang sama disertai senyuman tipis.

Dalam hatinya Zara bergeladah, "Oh, jadi kalo ketemu emak orang harus disalim, ya? Baru tau."

"Halo, Zara. Oh, ini Zara yang selalu fotbar sama kamu, ya? Lebih cantik dari foto," pujian tulus yang dilontarkan oleh Linda membuat Zara tersenyum mengembang. Gadis itu tidak menyangka ibunda Aleyna akan berlaku seperti itu. Dia pikir akan cuek bebek saja, atau kasar seperti emak-emak di lingkungannya kebanyakan.

"Ayo, bersih-bersih dulu, kan habis kena hujan. Ntar sakit, loh," kata Linda. Aleyna langsung mengambil handuk dari tangan Linda dan meluncur ke kamar mandi. Dirinya benar-benar tidak betah dalam keadaan basah begini.

Namun tidak dengan Zara, gadis itu memaku di tempat. Linda pun menegur, "Zara? Ayo mandi juga. Kamar mandinya ada dua kok, gaperlu nunggu Ale selesai. Soalnya dia kalo mandi makan waktu berjam-jam."

"Mmm—ngga usah Tante. Makasih," ucap Zara malu-malu.

"Jangan malu-malu, atuh. Ntar kamu sakit, gimana? Sekarang musim flu, loh."

"Serius, Tan. Gu—A-aku... aku kalo mandi abis kena hujan malah jadi sakit nantinya. Biar disini aja."

Linda mengernyitkan dahinya heran. Kemudian dapat memahami hal tersebut. "Oke. Sini duduk, sambil diminum yaa teh-nya. Tante ambilin baju Aleyna buat kamu ganti sementara." Linda sigap mengambil pakaian Aleyna agar Zara mengganti seragamnya yang basah kuyup.

Selesainya berganti baju, Zara kembali duduk di ruang tamu dengan kaus dan celana mini—yang biasanya dipakai Aleyna bersantai. Ia meneguk teh yang mulai dingin, seraya melihat seisi rumah asing tersebut.

Ada sedikit rasa bersalah di hati, karena pernah membully Aleyna ketika pertama kali bertemu. Di mana tidak ada yang mampu menyangkal bahwa akan berteman baik dengannya sejauh ini. Atas perlakuan baik Linda, Zara merasa speechless. Pandangannya terpaku dengan sebuah bingkai dan foto-foto yang terpajang di dinding.

Entah mengapa Zara tertarik kepada lembaran berisikan kenangan tersebut—yang jelas tidak ada dirinya di sana. Foto tersebut memuat empat keluarga kecil yang tampak bahagia. Sepasang suami istri yang menggendong kedua putri mereka, potret keluarga tersebut saat berlibur ke luar negeri, pencapaian si kepala keluarga di karier-nya, dan foto menggemaskan Aleyna ketika kecil.     Tampak disitu seorang anak perempuan tengah duduk di pinggir kolam, memandang ke arah kamera memamerkan gigi ompongnya. Uniknya, anak polos itu hanya memakai pakaian dalam saja. Zara tertawa dibuatnya. Ada-ada saja orang-orang sewaktu kecil. Meskipun memalukan, tapi foto-foto tersebut akan sangat dirindukan momennya. Ketika sudah dewasa, tentunya mustahil untuk mengulanginya lagi.

Zara menatap dirinya di cermin yang sangat besar itu. Matanya jenuh, melihat diri sendiri aneh. "Kenapa, ya, gue gapunya satu pun foto waktu kecil?"

Lamunan itu terpecahkan dengan kedatangan Aleyna yang mengibaskan rambutnya dengan handuk berkali-kali. Selesainya menaruh handuk pada tempatnya, Aleyna duduk menemani Zara di sampingnya.

ALEYNA [ ON GOING ]Where stories live. Discover now