Bagian 5 Perkara Restoran Keluarga Pirat

512 81 7
                                    

Assalamu'alaikum.

Jangan lupa vote dan komen ya teman-teman yang bersahaja😀

Btw, playlist di atas cocok didengerin sambil baca cerita ini, selain lagu Ingkar punya BCL. 👆👆

Bagian 5 Perkara Restoran Keluarga Pirat

    “Apa?!”

    Pirat memejamkan matanya kuat-kuat, menahan gejolak amarah dalam dada. Dia berusaha terus beristighfar dalam hati dan terus menyebut asma Allah. Berharap hatinya yang bergemuruh bisa tenang.

    “Betul. Sudah hampir satu tahun sewa tanah belum dibayar. Pak Inir memangnya enggak bilang?

    Pirat memijat pangkal hidungnya. Ayahnya tidak pernah bercerita kepadanya kalau sewa tanah yang di atasnya berdiri restoran keluarga Pirat ternyata belum dibayar. Legenda Rasa memang berdiri di tanah yang bukan milik keluarga, Pak Inir hanya menyewa tanahnya untuk jangka waktu yang lama. Dulu pernah ingin dibeli, akan tetapi pihak properti enggan menjual tanahnya karena tanah itu masih milik orang lain.

    “Tolong beri saya waktu untuk melunasinya, Pak.”

    “Tidak usah khawatir, Pirat. Kamu bayar untuk bulan yang belum dibayar saja sampai bulan ini, karena kedepannya tanah ini sudah bukan tanggung jawab pihak kami lagi.”

    “Maksudnya gimana, Pak Broto?”

    “Tanahnya sudah dijual dan dibeli oleh orang lain.

    “Maksudnya apa, Pak?! Dulu ayah saya pengin beli tapi katanya tidak bisa. Dan sekarang apa? Ini enggak adil buat kami!” dan Pirat berhasil meninggikan suaranya kepada orang yang lebih tua darinya meskipun itu melalui telepon.

    “Maaf, Pirat. Orang ini sudah membayar pada pemilik asli tanahnya dan kepada kami. Kami enggak bisa berbuat banyak lagi.

    Pirat ingin memaki-maki orang di seberang telepon. Akan tetapi terasa percuma.

    Pirat pikir, hanya karena uang, manusia bisa menjadi sangat licik dan tidak tahu malu. Karena uang, manusia menjadi buta nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Orang bisa melakukan apa saja untuk uang. Seolah hidupnya mengkiblatkan uang.

    Dan sekarang apa yang harus Pirat katakan kepada ayahnya? Perempuan berkerudung abu itu terduduk dengan menutup wajahnya serta bahu yang bergetar. Pirat menangis.

***

    Pirat menatap Pak Broto yang duduk di depannya dengan tatapan datar. Namun kemudian Pirat mengembuskan napas untuk menetralkan perasaan marah yang bergejolak dalam dadanya. Sesak.

    Pada jam makan siang ini, Pirat sengaja mendatangi kantor Pak Broto untuk meminta kejelasannya, ingin menuntut keadilan. Bagi Pirat, apa yang dilakukan Pak Broto adalah kecurangan.

    “Pak Broto sudah kenal ayah saya puluhan tahun.”

    “Kamu benar.”

    “Dan apa Pak Broto tega melihat ayah saya terpuruk karena hal ini? Apa Pak Broto lupa nilai-nilai kemanusiaan? Apa uang menjadikan Pak Broto bisa melakukan apa saja?”

    Laki-laki dengan jenggot yang sudah memutih sama dengan rambutnya itu menghela napas. Pria itu saling meremat kedua tangannya.

    “Saya tahu saya tidak bisa disebut manusia baik. Tapi Pirat, ada hal yang memaksa saya melakukan ini. Kalau kamu mau bernegosiasi, bukan sama saya, tapi sama orang yang beli tanahnya.”

Ketika Kita Bertemu Lagi [End]Where stories live. Discover now