Profil-0.1

450 44 11
                                    

Disclaimer: Cerita ini hanya khayalan Author saja, gak ada sangkut pautnya sama kehidupan asli idol yang ada di dalam cerita ini. Terimakasih.

-----------------

-----------------

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_______

POV Yeonjun
_________________

Kulit wajahnya terobek sempurna, salah satu matanya mencuat keluar, mulutnya masih mengeluarkan rintihan dan itu membuatku tersenyum.

Karena dia masih hidup.

Aku tidak mau membunuhnya dulu, aku ingin dia tersiksa dulu sebelum tidur tenang di surga... Atau malah Neraka?

Ya kuharap dia masuk Neraka karena apa yang telah ia perbuat kepada adikku 1 tahun yang lalu.

Dengan kejinya ia memperkosa adikku yang masih berumur 8 tahun itu dan dengan kekuatan uangnya ia membayar uang damai dan menyerahkan surat damai juga kepada nenekku yang buta huruf agar Masalah ini tidak di bawa ke jalur hukum.

Bajingan gila. Aku sangat membencinya, melihat wajahnya yang masih bisa tersenyum di televisi di saat keluargaku berduka karena kepergian adikku, ini membuatku muak, rasanya aku ingin merobek-robek wajah bajingan itu sampai terlihat wajah busuknya.

Dan keinginan itu terpenuhi sekarang, sangat dirinya tengah menyelami mimpi indahnya, aku merobek wajahnya dengan pisau yang sudah kuasah sedemikian rupa, wajah yang selalu tersenyum penuh dusta ini kini hanya tersisa satu mata yang masih terpasang dan tinggal seperempat kulit yang masih menempel di wajahnya.

"A—am-pun.. ma-maaf—"

Ucapannya tak berlanjut karena aku menusuk mulut menjijikkannya itu agar diam. Kurasa aku menusuknya terlalu dalam hingga menembus di belakang kepala, aku mencabut pisau itu dan meletakkannya di sebelah kepalanya.

Kasur ini sudah banyak darah yang ku sebabkan bahkan wajahku sepertinya sudah penuh dengan darah cipratan manusia hina ini, manusia ini masih mengejang sekarat, aku bangun dari posisiku yang awalnya menduduki bajingan itu kini berdiri turun dari atas ranjang kemudian mengambil barang yang kubawa di dalam tasku yaitu lilin ulang tahun.

Aku menyalakan lilin itu dengan tangan penuh darahku dan menancapkannya di dada pria tua cabul ini, aku menghadap ke arah jendela yang menampakkan bahwa bulan sangat bersinar malam ini.

Aku tersenyum kemudian menyanyikan lagu ulang tahun.

" Happy birthday to you.. ♪..
Happy birthday to you..♪..
Yang tersayang Jiyeon kami~
Happy birthday to you ♪"

Aku meniup lilin itu dan kembali tersenyum.
"Selamat ulang tahun adik tersayang kakak, ini hadiah buat Jiyeon tahun ini, maaf karena beda dari tahun-tahun sebelumnya..."

Aku menatap wajah bajingan ini ternyata dia tak sadarkan diri atau sudah mati? Kelopak matanya sudah ku sobek jadi tidak bisa membedakan dia tengah tak sadar atau masih sadar, matipun tak apa.

Dengan langkah pelan aku menuju cermin besar yang berdiri di dekat ranjang itu, aku memandang diriku sendiri di cermin itu.

Sudah kuduga.

Wajahku, tanganku hingga seragam sekolahku terkena darah, aku menatap tanganku dan kembali menatap wajahku.

"Khek khek... Khe khe khe khe khe khe. Ini seru banget gila! Hahahahahahahahahaha!"

"Hei cabul! Liat ini , gue udah bunuh lo! Hahahahahaha! Eh iya lupa, Lo kan udah mati gimana bisa liat gue sekarang, Hahahahahahahaha!!"

Aku masih tertawa keras dan tak lama aku mendekat ke arah mayat itu, menatap manusia hina itu sebentar. Aku mengulurkan tanganku untuk mengambil satu matanya yang tersisa kemudian menariknya hingga terlepas dari tempatnya.

Dan ternyata manusia ini belum mati, terbukti waktu aku mencabut matanya ini dia mengerang pelan dan sedikit bergerak.

"Kok lo belum mati?.. masih kurang sakit ya?.."

Aku mengambil pisau yang sebelumnya ku letakkan di sebelah kepalanya , dan dengan cepat aku menusukkan pisau itu di lehernya berulang kali dan darah kembali terciprat ke wajahku, aku kembali tersenyum dan semakin gila menusuk-nusukkan pisau itu ke tubuhnya yang belum ku tusuk.

Rasanya sangat melegakkan dan nikmat, seperti inikah rasanya membunuh orang yang di benci?

Kenapa tidak dari dulu saja ia membunuh bajingan tengik ini, ah, sungguh sangat di sayangkan dia mengundur momen menyenangkan ini.

Tengah asyik-asyiknya aku menghujamkan pisauku, suara benda pecah menghentikan kegiatanku, aku menoleh ke arah pintu kamar itu yang terbuka dan menampilkan wanita muda yang menutup mulutnya karena kaget dan di dekat kakinya ada bekas pecahan gelas kaca.

Aku mencabut pisau yang menancap di dada pria itu, kemudian berjalan mendekat ke arah wanita yang sudah jatuh terduduk sambil mundur-mundur menjauh dariku.

Wanita tidak jelas.

Padahal aku tidak mau ke arahnya, aku hanya ingin menuju telefon rumah ini dan menghubungi polisi.

Setelah polisi sudah menjawab aku memberikannya kepada wanita itu, untungnya dia masih menerima telefon itu dan mulai menangis kemudian berteriak melaporkanku yang telah membunuh suaminya.

Ah, bodo amat. Yang penting aku sudah memberikan adikku hadiah, dan mendapatkan kesenangan tersendiri.



















•••

“Berita kriminal pagi ini, Seorang anak laki-laki SMP telah membunuh walikota xx dengan sangat sadis, di duga alasan anak laki ini membunuh adalah karena alasan pribadi. Saat ini polisi masih menyelidiki TKP, akan segera kami beritakan jika sudah mendapatkan info terbaru dari kepolisian, kita beralih ke kabar berita selanjutnya..”

•••

Don't forget to vote and comment!♥️
Love you all!♥️

SCHOOL   ✖   TXT  [✓]Where stories live. Discover now