Profil-0.5

241 40 5
                                    

Disclaimer: Cerita ini hanya khayalan Author saja, gak ada sangkut pautnya sama kehidupan asli idol yang ada di dalam cerita ini. Terimakasih.

-------------------

-------------------

Deze afbeelding leeft onze inhoudsrichtlijnen niet na. Verwijder de afbeelding of upload een andere om verder te gaan met publiceren.

_______

POV Soobin
_________________

Sepertinya ayahku sudah mati?

Padahal aku cuma membenturkannya di dinding kamar mandi 10 kali, masa segampang itu matinya?

Gak bisa gitu dong. Jika dibandingkan bunda yang di pukuli selama menjadi istri ayah saja, bunda masih bisa bertahan.
Kenapa ayah hanya bertahan waktu aku membenturkan kepalanya ke dinding 10 kali?

Dasar lemah.

Padahal kepalaku juga terluka gara-gara di pukul ayah dengan botol bir, punggung ku di sambit dengan ikat pinggangnya serta kakiku yang di pukul dengan tongkat besi, aku masih hidup kenapa sekarang ayah malah mati?

Tidak adil.

Aku berjongkok dan menepuk-nepuk pipi ayah, agar dia sadar. Butuh waktu lama agar tua bangka cerewet ini bangun, tapi tak apa yang penting ia tidak mati.

"Syukurlah ayah tidak mati.." ujarku lega.

"T—tolong.. ber—berhenti..." Rintihnya dan membuatku mengeraskan rahangku.

"Berhenti? Berhenti katamu?"

Terlihat ayah masih lemas dan tidak menjawabku. Dengan kesal aku menjambak rambutnya dan mendekatkan kupingnya ke mulutku.

"Apa ayah ingat waktu aku dan bunda mengucapkan kata itu waktu ayah menyiksa kami? Apa ayah berhenti? Tidak kan?.."

Aku menghempaskan kepala ayah dengan kasar, kemudian aku mengambil pisau lipat yang tadi di bawa ayah untuk menyayatku tapi sekarang aku yang akan menyayatnya.

Garis demi garis aku gambar di tangan ayah, wajah ayah, punggung hingga kaki, terdengar rintihan ayah karena luka yang ku gambar di tubuhnya.

Tapi itu tak cukup untuk membuatku berhenti, aku berdiri dan mengambil pembersih toilet, membuka tutupnya dan menuangkan isinya ke tubuh manusia ini.

Aku tidak tau apakah akan bereaksi apa, tapi aku harap itu cukup untuk membuat luka-luka itu terasa perih di tubuhnya.

Aku berjongkok lagi, mengambil pisau lipat yang sempat ku letakkan untuk mengambil pembersih toilet tadi. Dengan cepat aku menancapkan pisau lipat itu di paha ayah, dan itu cukup membuat ayah berteriak kesakitan.

"Wargghh! Sakit! Ampun! Kumohon berhenti, nak—"

"Nak?.. apa baru saat ini ayah memanggilku nak? Udah basi yah"

Aku semakin menekan pisau itu di paha ayah, hingga darah mulai merembes di celananya serta berceceran di lantai kamar mandi, memperbanyak genangan darah yang ada disekitar ayah, aku mencabut pisau itu dan membiarkan luka itu terus mengeluarkan darah.

"Ku—kumohon, S—soobin.. a-ayah berjanji tidak akan menyakitimu dan bunda lagi, ayah janji akan berhenti.. jadi, kumohon berhenti Soobin.." mohon ayah kepadaku.

Aku terharu kenapa tidak dari awal saja ayah berkata seperti ini?
"Benarkah ayah akan berhenti?" Tanyaku dan terlihat ayah mengangguk heboh.

"Iya! A-a-ayah berjanji akan berhenti! Ayah janji!"

Aku memeluk kepala ayah dan mengusap kepalanya, mencoba meyakini kata-kata ayah.

















































Kalian pikir aku percaya dengan kata-kata itu?

Tentu saja tidak.

Aku menancapkan pisau lipat itu di leher sebelah kiri ayah dan menariknya hingga mengitari lehernya.

Darah segar menyembur keluar dari leher yang ku gorok itu, aku melepaskan pelukan itu dan membiarkan ayahku tergeletak di lantai kamar mandi itu sambil mengejang dan kepalanya yang hampir terlepas dari tubuhnya.

Matanya melotot dan mulutnya ternganga lebar serta menjulurkan lidah. Aku tersenyum senang akhirnya bisa membunuh manusia penghambat di rumah ini.

Aku menatap tanganku sendiri yang penuh darah dan berjalan menuju cermin di dinding, aku bisa melihat wajahku yang penuh darah dan luka di dahiku karena ayah.

Mengusapkan kedua tanganku di baju ku, aku berpikir, 'Tidak mungkin aku keluar dengan penampilan seperti ini di hadapan bunda'

Akhirnya aku mencuci tanganku di bak mandi hingga bersih dari darah yang mengotori tanganku, aku juga membasuh wajahku.

Kurasa sudah lumayan bersih, aku akan keluar untuk melihat keadaan bunda yang tadi di pukuli ayah dengan keji.

Membuka kunci kamar mandi, sudah terlihat bunda ternyata ada di depan pintu kamar mandi dengan wajah cemas.

Muka yang sudah lebam di sana sini itu masih menyiratkan dia khawatir kepadaku padahal kondisinya juga mengkhawatirkan.

"So-soobin apa kamu tidak apa! Kenapa banyak darah di baju—"

Bunda menutup mulutnya terkesiap, ia mungkin kaget dengan tubuh ayah yang sudah mati di dalam kamar mandi ini.

Bunda menatapku lagi, aku pikir aku akan dimarahi tapi ternyata bunda malah memelukku, dan mengucapkan kata-kata yang membuatku menangis.

"Pasti selama ini berat buat kamu. Maafkan bunda.."

Aku menangis dan membalas pelukan bunda, "Bunda tidak salah! Jangan salahkan diri bunda! Hks.. jangan salahkan diri bunda! Bajingan itu yang salah! Jangan salahkan diri sendiri!"

Dan tak lama suara dobrakan pintu membuatku dan bunda kaget, sampai melepaskan pelukan kami.

Ternyata itu pihak kepolisian bersama tetanggaku yang langsung memeluk bunda dan menjauhkan bunda dariku.

Apa karena penampilanku yang penuh darah ini? Polisi menodongkan pistol ke arahku sambil berkata, "ANGKAT TANGANMU DI BELAKANG KEPALA!"

Aku menurut saja, apa susahnya.

Kurasa mulai dari sini aku akan berpisah dengan bunda, salah satu polisi memutar badanku memborgolku dan masih menodongkan pistolnya.

Aku bisa melihat beberapa polisi sudah melihat tubuh ayah yang sudah tak bernyawa karena perbuatanku.

Polisi yang tadi memborgol ku langsung menarikku menjauh dari rumah, terdengar bunda menangis dan memohon agar dia saja yang di bawa karena aku masih remaja.

Tapi dengan sigap aku menolak usulan bunda itu, aku tersenyum dan bilang,
"Aku akan baik-baik saja"

Dan setelahnya polisi itu memasukkanku kedalam mobil polisi dan segera membawaku pergi, bisa kulihat bunda berusaha mengejar mobil tapi akhirnya terjatuh, dan tetangga memeluk bunda agar tenang.

Maaf bunda. Aku tidak membanggakanmu dengan prestasi malah menambah beban pikiranmu, tapi aku harap dengan aku membunuh bajingan itu beban pikiran bunda juga berkurang.




•••

“Berita malam ini. Seorang anak laki-laki tega membunuh ayahnya dengan kejam. Di duga alasan si anak membunuh sang ayah karena ayahnya melakukan KDRT dan membuat si anak hilang kesabaran kemudian merenggut nyawa sang ayah dengan sadis, itu akhir dari berita kami.”

•••

Don't forget to vote and comment! Love you all!♥️

SCHOOL   ✖   TXT  [✓]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu