0.12 Penolong yang Lama

65 17 2
                                    

Update di hari senin tanggal 13 Februari, karena aku ulang tahun hari ini jadi aku update dua kali deh hihihi

Enjoy!!! Happy reading!

Setelah kejadian hari itu Nanda sering merasa lesu, tidak bersemangat untuk melakukan apapun termasuk berangkat ke sekolah. Diana yang berulang kali mengetuk pintu kamarnya pun merasa heran dan khawatir. Tapi setelah mendengar jawaban dari Nanda ia pun mengurung niat untuk bertanya lebih lanjut. "Aku nggak enak badan, Bu," jawabnya singkat.

Pintu utama rumah minimalis itu terketuk, Diana kemudian mendapati sosok laki-laki yang kemarin lusa juga ia temui. "Eh, Aldi kan?"

Laki-laki itu tersenyum kikuk kemudian menyalimi Diana. "Nandanya udah siap?" tanyanya. Diana melipat bibir untuk kemudian mengatakan bahwa Nanda tidak dapat bersekolah karena merasa sakit, alhasil Aldi mengangguk tak semangat dan berpamitan pada wanita itu. Tak lupa memberi salam padanya dan titipan salam untuk Nanda juga.

Setelah meletakan motor KLXnya di sebuah tanah lapang yang dikhususkan untuk memarkir kendaraan siswa, Aldi disambut riuh oleh penghuni sekolah, Tono kemudian menemuinya dan menarik tangan Aldi untuk meleset ke koridor.

"Al lo harus ikut gue," ucap Tono yang entah sejak kapan berada di lapangan. Ia lalu menarik keras lengan Aldi untuk ikut bersamanya. "Apaan sih lo?" balasnya yang masih belum melepas helm cakil.

"Udah ikut gue aja napasih!"

Laki-laki itu lantas dibuat terpaku oleh beberapa gambar wanita pujaannya sedang dipertontonkan oleh seantoro penghuni sekolah SMA Negeri 3.

"Apa-apaan nih?" tanya Aldi menutupi sebagian gambar Nanda yang terpajang di mading dengan punggung lebarnya. "Haduh, udah dateng aja nih ultramennya," kata Santi melas, memutar kedua bola matanya.

"Heh, lo nggak lihat, Nanda tuh udah punya anak!"

"Tuh, lihat tuh di belakang lo," tunjuk Santi memaksa tubuh Aldi agar memutar untuk melihat apa yang ia tangkap dengan kamera ponselnya.

"Bapaknya siapa ya? Apa lo? Atau jangan-jangan Bapak aslinya kabur!" ia tertawa kesetanan membuli Nanda, disambut dengan tawa yang menggelegar di sepanjang koridor oleh penghuni lainnya.

Aldi lantas tersenyum miring, meremehkan Santi kemudian melipat tangan ke dada bidangnya. "Lo ngelawak?" laki-laki itu lalu menunjuk semua manusia yang berdiri berkerumun menghadap mading. "Lo semua nggak ada yang punya adik apa?"

Aldi mencabut satu foto berukuran 5r di belakangnya yang menampakan gambar Nanda tengah menggendong Denada di sebuah toserba. "Ini Nanda dan ini adiknya, namanya Denada," jelas laki-laki itu. "Kalian bodoh atau emang selalu menelan informasi mentah mentah sih?" katanya mengeraskan rahang.

"Makanya cuy, kalau ada berita itu disaring dulu. Jangan langsung percaya, kaya nggak tau Santi aja lo pada," imbuh Tono memberi seringaian pada Santi. Membuat gadis berrambut pirang itu emosi dibuatnya. Kerumunan itu akhirnya bubar, disambut dengan rundungan kecil untuk Santi.

"Uuu ada-ada aja!"

"Buang-buang waktu gue aja."

Santi lalu menghentakan kaki tak terima—"Awas ya lo bedua!" ancamnya yang sama sekali tak membuat Aldi merasa takut. Gadis itu berlalu meninggalkan Tono dan Aldi yang tengah mencabuti gambar gambar pada mading.

"Wah, Nanda ini istriable banget ya," ucap Tono memandang gambar kecil di tangannya. Serta merta Aldi merampas foto itu dan menyimpannya ke dalam dompet. "Ini aset gue." Ia lalu mendekatkan mulutnya pada daun telinga lelaki berambut ikal itu, kemudian berbisik—"Calon istri gue," Aldi kemudian berlalu meninggalkan Tono dengan seringaian sombong.

ALANDA - Park JeongwooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang