1-2-3 sayang semuanya

133 30 3
                                    

.
.
.
.
.Kenapa ya?

"Sol, kenapa ya?"

"Kenapa apa?"

"Kenapa ya? Orang bisa kesemutan, tapi semut gak bisa keorangan?"

"...Kak Ice, kalau bangun tuh minimal cuci muka, bukan ngelantur."
.
.
.
.Menurutmu aja gimana?

"Sol, menurutmu babi tuh bisa halal gak sih?"

"Kak Blaze, menurutmu neraka itu kenapa ya kok panas?"

Blaze cengengesan, "Hehehehehe, gak jadi Sol. Bercanda."

"Gw aduin Ayah tau rasa lu."

"Kok gitu sih Sol?!"

"Hehehe, bercanda." Kata Solar dengan wajah yang tidak bisa dikatakan sedang bercanda.
.
.
.
.Resign

Fang memasuki kelas dan melihat Solar yang tengah berkutat dengan beberapa lembar kertas. Walau hubungan mereka memang jarang bisa dikatakan akur, tapi kertas yang sedang ditulisi oleh Solar cukup menarik perhatiannya.

"Mau ada acara lagi Sol, osis? Rancangan lu banyak amat." Katanya basa-basi, walau basi.

"Ini bukan rancangan acara."

"Terus?"

"Ini VC."

"Lu mau kerja? Part time? Boleh emang sama abang-abang lu?"

Dan tumben sekali Solar mau meladeni basa-basinya, yang selalu Solar katai basi.

"Bukan. Ini VC buat resign. Resign jadi adek mereka. Gue capek."

Solar tertawa miris. Fang menatap tragis.
.
.
.
.TWICEEEE!!! 

Di rumah Solar, ada saja tingkah laku dan macam-macam penghuninya. Di sudut sana ada vvibu sedang menangisi waifu nya tewas. Di sisi lain ada maniak olah raga. Di lain tempat ada orang tidur sudah seperti simulasi meninggal. Lalu di sisi yang ini,

"I'm like TT, just like TT!!"

"Ileon nae mam moleugo! neomuhae! neomuhae!!"

"I'm like TT (ah)~! just like TT (ah)~!"

"Tell me that you'll be my baby!!!"

....Solar jadi merasa bersalah setelah melihat sisi lain abangnya yang satu itu. Mana dia juga mempraktekkan koreografi lagunya dengan sangat...sangat lihai.

Solar mundur pelan-pelan.
.
.
.
.Cobalah mengerti

"Gak, gue gak ngerti lagi."

Solar yang pagi-pagi sudah mengeluh. Walau kesannya sama seperti hari-hari yang biasa, namun hari ini ada yang berbeda sedikit.

Pasalnya, pasalnya, sebentar, biarkan Solar menarik napasnya lagi. Pasalnya, abangnya, Duri sedang kumat. Kumat dalam artian ikut persekongkolan duo biang kerok dan jadi trio troublemaker dengan membuat percobaan minuman dari buku Solar.

PASALNYA, lagi-lagi, buku yang mereka pakai bukanlah buku masakan ataupun buku panduan membuat minuman melainkan buku panduan membuat percobaan kimia dengan cairan, yang tentunya membuat satu rumah kelimpungan bangun gara-gara suara ledakan.

"Kok bisa-bisanya, kalian, orang-orang kelas dua SMA, gak bisa bedain mana buku masak dan MANA buku percobaan IPA??!?? Dan sejak kapan gue masak dah coba gue tanya, sampai gue punya buku masakan tuh kapan gue pernah masak????"

Solar sudah mau menangis gara-gara tingkah polah mereka bertiga. Gempa tepok jidat, Ice menenangkan Solar, Halilintar melihat-lihat hasil mahakarya ketiga adiknya yang berhasil membuat dapur kotor separuh.

"Luar biasa. Gue sampe gak bisa berkata-kata," kata si sulung dan di dengar semua adiknya.

Ketiga biang kerok saling tatap dengan canggung. Ada yang menggaruk lehernya, menggaruk pantatnya, Solar tidak peduli.

Dahlah, Solar mau resign aja jadi adek mereka semua.
.
.
.
.Sepeda cantik, dari India

Sekarang ini sepeda sedang digandrungi orang-orang untuk olahraga. Begitupun Solar dan abang-abangnya. Mereka dibelikan tiga sepeda yang digunakan bergantian oleh ayah mereka. Kata ayah Made in India, agak lain memang.

Suatu sore Solar diajak Taufan untuk bersepeda di sekitar rumah. Gabut, mau lihat sunset katanya. Sok anak senja memang abang Solar satu itu.

Mereka berdua bersepeda di jalanan yang sering dipakai untuk orang-orang olahraga. Sudah banyak orang yang melakukan aktivitas sore mereka. Ada yang bawa jalan-jalan anjingnya, nimang kucingnya, gendong anaknya, menertibkan bebeknya.

Solar menggeleng dan menikmati sore hari itu. Taufan di depannya juga menoleh kesana kemari karena suka suasananya

Tiba-tiba ada anak kecil yang berlari ke arah mereka dan lewat di depan Taufan.

"WEITTSSS!!!" Taufan bisa mengerem sebelum sepedanya mengenai anak itu. Solar juga ikut mengerem secara mendadak karena ikut kaget.

Si anak yang kaget terjatuh ke tanah.

"Woy dek! Gimana sih?! Lari tuh jangan sembarangan gitu lo!"

Karena suara Taufan yang cukup tinggi, anak yang juga kaget itu mulai menangis.

"HWEEE, MAMA!!!"

"Lah?! Malah nangis!"

"Ya ampun Tonii!!! Ei! Kamu apain anak saya?!" Tiba-tiba pula ibu si anak itu datang menghampiri anaknya dan melihat Taufan sengit.

"Loh kok nuduh saya? Anak ibu yang tiba-tiba lari ke arah saya! Harusnya ibu yang gimana sih, anaknya kok dibiarin aja!" balas Taufan tak kalah sengit.

"Loh! Kamu yang nabrak anak saya!"

"Siapa juga yang mau nabrak anak ibu pake sepeda saya yang dari India ini?! Ibu harusnya bisa jaga anaknya lebih baik donk, jangan main lari-larian gitu!"

"Ini taman umum, ya biarin aja donk anak saya lari-larian! Kamu yang harusnya awas kalau sepedaan! Kamu minta maaf sekarang! Suami saya polisi, kalau sampai gak minta maaf juga, saya kasih tau suami saya!"

Solar yang dari tadi hah heh hoh dengan keadaan langsung tanggap ketika mendengar kata polisi dari si ibu. Dia maju ke samping kakaknya dan mencoba bicara.

"Hah?! Kembar?! Ooohhhh, jadi kalian berdua sengaja bikin anak saya luka ya?"

"Bukan begitu, Bu. Tadi kami lewat dan anak Ibu lari ke arah kakak saya..."

"Kamu juga nyalahin anakku?! Ooh, beneran mau kupanggilin suamiku ya?!"

"Bukan, Bu, dengerin saya ngomong sebentar aja—"

"Halah ngapain dijelasin sih Sol? Bebal gini," sahut Taufan.

"Kamu ngatain saya bebal?!"

"Loh, emang bener kan? Ibu dari tadi gak dengerin kata-kata saya ataupun adek saya."

"Kamu-!"

Solar berusaha menengahi keduanya. Di samping si anak yang menangis karena ibunya malah mementingkan bertengkar dengan Taufan daripada dirinya. Serta Solar yang makin pusing dengan perdebatan mereka.

Solar menghela napas. Selalu saja ada yang terjadi kalau dia bersama salah satu dari abangnya.

Perdebatan itu akhirnya ditengahi oleh orang lain yang lewat karena melihat Solar kualahan menengahi Taufan dan si ibu-ibu. Dan akhirnya Solar bisa pulang sehabis magrib dengan mood yang turun di bawah titik nol.

Daily SolarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang