Menjadi Wanita Bayaran?

1.4K 194 9
                                    

Leviza pikir dunia luar semengerikan itu. Ternyata pikirannya salah besar. Barang kali benar apa yang dikatakan kedua adiknya, bahwasanya kita akan dibuat terkagum-kagum ketika telapak kaki kita menapaki setiap belahan bumi yang belum pernah kita ketahui. Padahal ini baru salah satu dari sekian besar setiap tempat yang ada di seluruh belahan Kerajaan Gloria. Lantas, bagaimana keindahan dari kerajaan lain?

Kaki Leviza melangkah dengan girang di tengah pasar malam yang penuh dengan gemerlapnya. Ada banyak kios dengan lampion-lampion warna-warni yang menghiasi setiap toko dan pinggir jalan. Beragam ukuran dan bentuk, membuat Leviza tak henti-hentinya dibuat berdecak kagum. Apalagi saat aroma lezat makanan saling berebut mencuri perhatiannya, sungguh wanita itu dibuat kebingungan lagi untuk mencoba makanan yang mana.

Di salah satu kios yang menjual sate berukuran raksasa, Leviza menghentikan langkah.

"Aku ingin satu!" ucap Leviza dengan mata berbinar.

Tak menunggu waktu lama, si penjual bertubuh gempal langsung memberikan apa yang diminta Leviza. Setelah membayar makanan di tangannya, Leviza segera melanjutkan langkah untuk mengelilingi setiap penjuru pasar malam yang herannya tidak kunjung menemukan ujung dari pasar ini.

Sementara terus melangkah tak tentu arah dengan hati berbunga-bunga. Tanpa disadari Leviza, beberapa orang tampak mengawasinya dari kejauhan. Mereka adalah tiga pria dengan tubuh berotot besar dengan wajah garang. Ada bekas luka codet di wajah dan beberapa bagian tubuh, menunjukkan bahwa mereka bukan pria baik-baik.

Salah satu pertunjukan drama kostum menarik perhatian Leviza. Di sana Leviza melihat beberapa orang dengan pakaian kerajaan, tampak memperagakan Raja dan Ratu yang tak lain adalah orang tuanya. Adalah sesuatu hal biasa melihat ayah dan ibunya, tetapi ada yang membuat Leviza semakin mantap untuk memilih berhenti dan duduk bersama penonton lain.

Di mana si pembaca narasi mengatakan dengan lantang tentang kisah seorang iblis. Ya, satu nama yang langsung terbesit di pikirannya, Falcon. Barang kali, Leviza bisa menaruh harapan bahwa ia akan mendapatkan informasi penting dari lakon drama ini.

"Pada suatu hari, Iblis jahat bernama Lecuza, dengan bentuk tubuh seperti manusia raksasa dengan ototnya yang begitu keras serupa batu gunung nan legam, kepalanya berupa banteng dengan kedua tanduk raksasa nan tajam dan berkilat mengerikan, seperti besi meriam nan legam. Sang Iblis bersekongkol dengan pengkhianat kerajaan untuk melengserkan Raja dan Ratu yang tengah hamil."

Tunggu ....

Leviza tersentak, merasa familiar dengan kisah ini. Apakah ini kisah kelahirannya?

Beberapa pemain lakon yang berperan sebagai Raja dan Ratu serta seorang dengan kostum raksasa berkepala banteng saling melempar dialog di atas panggung drama. Mata Leviza begitu serius mengawasi pertunjukan, terpikat hingga tanpa sadar seseorang telah mencuri kantung uang dan perhiasan yang ia bawa.

Dari drama yang ia tonton itu, Leviza melihat seorang pria dengan kostum jubah hitam yang menutupi wajahnya. Dia adalah Falcon.

"Akhirnya, Lecuza dan Falcon sang Raja Iblis berhasil dibunuh oleh Raja dan Ratu sehingga mengantarkan kerajaan kita pada perdamaian abadi. Namun, berita duka bagi kita adalah ... Tuan Putri pertama Kerajaan Gloria harus gugur sebagai pahlawan demi Kerajaan."

Begitu 'lah sang pembaca cerita mengakhiri drama. Beberapa penonton meneteskan air mata. Air mata Leviza tak bisa jatuh, entah karena ia sudah biasa dengan kisah itu atau memang tidak tersisa air mata setelah drama terakhirnya membohongi kedua orang tuanya.

Meski air matanya terasa sudah kering, tetapi tidak bisa berbohong jika hatinya terasa sangat nyeri seperti ditusuk-tusuk oleh jarum tak kasat mata. Begitu perih hingga rasanya menusuk di setiap detak jantungnya.

Antagonist Lady And The Villain DevilDär berättelser lever. Upptäck nu