Buronan Kerajaan

1.7K 219 54
                                    

"Putri Leviza hilang?!"

Amaya langsung terduduk lemas di sofa ruang kerja suaminya. Laporan Duke Axton benar-benar membuat Leviza nyaris kehilangan kesadaran. Mendadak kepalanya berdenyut menyakitkan hingga membuat wanita itu merasa kepalanya nyaris meledak. Belum sembuh putri bungsunya dari penyakit, kini malah putri sulungnya yang berulah.

"Kami juga menemukan kertas berisi ramuan penawar racun yang mana telah dipastikan bahwa itu adalah tulisan tangan Putri Leviza dan pengakuan dosanya yang telah meracuni Putri Lenora." Saat mengucapkannya, rahang Duke Axton menegang.

Kertas yang diulurkan Duke Axton langsung direbut Raja Devian. Pria itu membaca setiap huruf di kertas itu dengan seksama hingga tenggorokannya terasa kering karena sadar bahwa ia tak bisa berkutik dengan kejahatan putri sulungnya yang tega meracuni adik kandungnya sendiri. Terlebih, catatan di bawahnya yang seolah mengisyaratkan kepergian Leviza untuk kabur dari hukuman membuat Devian meremas dan membanting kertas itu ke lantai dengan kasar.

"Duke Axton, kutugaskan engkau untuk menangkap Leviza sebagai pembunuh Putri Lenora!" titah Raja Devian dengan wajah merah padam dan rahang mengeras.

Ucapan Raja Devian sontak membuat Ratu Amaya membelalakkan mata. Wanita itu langsung bangkit dari kursi dan memprotes keputusan sang suami.

"Apa maksudmu?! Kau menyebut putriku sebagai pembunuh?" Amaya menarik tangan Raja Devian dengan kasar.

Pria itu mengisyaratkan pada Duke Axton untuk keluar dari ruangan yang langsung dibalas anggukan.

"Apa maksudmu, Yang Mulia! Kau sungguh berpikir putrimu pembunuh?!" teriak Ratu Amaya menarik kasar bahu Raja Devian yang seolah ingin menghindarinya.

"Aku tidak punya pilihan lain, Amaya!" balas Devian menatap nyalang sang istri.

Tatapan tajam yang begitu menusuk dari Raja Devian terasa begitu asing di mata Ratu Amaya. Membuat tubuh wanita itu jadi lemas tak berdaya. Wanita itu menggelengkan kepala lemah.

"Itu bukan dirimu ...," gumam Amaya melepas cekalannya. "Kau bukan Devian. Kau bukan ayah anakku."

"Lalu apa? Kau ingin berkata bahwa Leviza anak dari Falcon? Tapi memang sih, mereka sama-sama memiliki sifat iblis menjijikkan."

Plak!

"Jaga ucapanmu, Yang Mulia!"

***

"Ini baju untuk Nona."

Leviza dibuat terheran-heran saat pagi buta seorang wanita dengan pakaian setengah terbuka memberikan satu set pakaian untuknya.

"Untukku?" Leviza menerima baju itu dengan ragu. Namun, si wanita itu tak lagi menjawab dan memilih berlalu begitu saja.

Setelah Leviza mengenakan setelan pakaian dengan belahan dada rendah yang cukup mengekspos belahan sepasang buah merekah miliknya. Leviza merasa cukup risih dengan itu, tetapi begitu ia keluar dan mendapati beberapa wanita yang mengantar makanan, membersihkan meja dan berjalan ke sana kemari, tahu 'lah ia jika itu seragam pelayan.

Tak ingin menjadi beban, Leviza ikut membantu para pelayan yang lain. Langkah kakinya mendekat pada seorang wanita berambut hitam yang tampak terkejut dengan kedatangannya.

"Rambutmu indah sekali dan wajahmu astaga, apakah kau salah satu selir bangsawan yang dijual kemari?"

Luar biasa! Leviza sampai tidak bisa berkata apa-apa mendengar sapaan yang dilontarkan wanita itu. Bahkan, mereka belum berkenalan, tetapi beraninya wanita itu mengatasi Leviza sebagai selir bangsawan.

"Untung kau bukan pelayanku. Jika iya, akan kupastikan menyobek mulutmu ke telinga," batin Leviza menjerit kesal, tetapi bibirnya malah mengulum senyum manis yang tampak begitu tulus.

Antagonist Lady And The Villain DevilWhere stories live. Discover now