WM 4

7.3K 413 1
                                    

Hai guys bertemu lagi dengan saya mwhehe.. Kurang baik apa aku udah up WM, padahal target belum tercapai di chapter sebelumnya. Gapapa baik dulu diawal.

Apa yang buat kalian tertarik sama cerita ini??

Jangan pernah lupa, untuk share ke teman-teman kalian ya. Bantu ramein cerita kecil nan sederhana ini donggg anak baik!!.

Hati hati!!

Jangan lupa ditekan dulu bintangnya ⭐ , biar saya semangat lagi updated!!

Segitu aja dehh, mager nulis panjang'. Hehe.

See you🍁

See you🍁

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


🍁🍁🍁

Cahaya pagi yang begitu Shasa benci hari ini. Karena, hari ini hari keberangkatan Liam dan Ria keluar kota untuk mengurus bisnis Liam yang sulit untuk ditinggal, mau tidak mau Ria juga harus ikut membantu pekerjaan suaminya itu agar cepat terselesaikan.

Shasa keluar dari kamarnya yang sudah disambut dengan beberapa koper pakaian Liam dan Ria yang sudah siap untuk berangkat kebandara.

Shasa menatap koper tersebut dengan tatapan sendu. Lagi lagi ia harus ditinggal pergi orang tuanya keluar kota. Sebelumnya, Shasa sudah pernah ditinggal sendiri, tetapi Liam dan Ria tidak menepati janjinya pulang tepat waktu.

Shasa sudah berfikir bahwa orang tuanya pergi menghilang seperti kakaknya. Setelah satu Minggu lewat dari tanggal janji mereka yang akan pulang tepat waktu, akhirnya Liam dan Ria pulang, membuat Shasa yang sudah hampir memiliki gangguan mental karna tak mendapat kabar sedikitpun dari orang tuanya, hampir melakukan hal hal yang berbahaya, mulai dari barcode, bahkan membenturkan kepalanya ke dinding.

Ria mendekat kearah putrinya yang baru saja turun dari kamarnya yang berada dilantai 2. Ia dan Liam sudah benar benar siap untuk pergi disaat itu juga, dengan style jas bewarna hitam dan kemeja bewarna putih.

"Sayang, hati hati dirumah ya." Ujar Ria dengan mengelus rambut panjang Shasa dengan lembut.

"Princess, papa jaga dirimu baik baik ya. Jangan telat makan. Jangan melakukan hal hal yang berbahaya ya, nak. Papa nggak suka liat kamu terluka." Ujar Liam ikut mendekat lalu mengecup pelipis putrinya itu dengan penuh kasih sayang.

"I-iya. Pa, ma. Tenang aja" ucap Shasa sedikit mengulas senyum tipis.

"Jaga dirimu baik baik, jangan telat makan, jangan menangis berlebihan. Kami akan selalu ada disisi mu sayang. Jangan merasa kesepian. Hubungi papa atau mama jika kamu butuh sesuatu. Kamu putri papa satu satunya, akan selalu jadi Putri papa yang memiliki tahta tertinggi di hidup papa, dan mama." Perkataan Liam mampu membuat Shasa yang tadinya tidak ingin menangis, justru menangis sesegukkan. Entah mengapa perkataan Liam begitu membuat hatinya tercabik-cabik.

WHY ME [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang