Ikuti kata hati atau kata sahabat?

63 3 3
                                    

Happy Reading....

¤ Sahabat mungkin tempat untuk berbagi keluh kesah, tapi tidak semua hal bahkan masa depan harus mengikuti kata sahabat. Ada saatnya memang pendapat dan sarannya harus kita ambil tapi kita juga punya tuhan untuk meminta sebuah kepastian ¤


Dunia Tipu-Tipu ~ Yura Yunita

Semalam acara sangatlah menyenangkan, bayangkan setelah acara lamaran mereka pergi ke sebuah restoran bintang lima bersama rombongan keluarga besar kemudian jalan-jalan berdua dengan Keenan sampai malam. Dan Luna tidak mengabari Jannah maupun Jay bila menginap di rumah mamanya, maka dia berencana setelah dari kantor akan mengajak kedua sahabatnya makan malam bersama.

"Jannah, assalamualaikum!" Luna mengetuk pintu rumah Jannah yang terlihat sepi. Setaunya hari ini tidak ada jadwal di rumah sakit.

Dia mengetik pesan di nomor Jannah menanyakan keberadaannya.

Dimana? Gue di rumah lo nih

Surgaku

Lunaaaa lo buat gue khawatir, dan sekarang gue lagi di rumah Jay.

Keadaannya buruk.

Tak memikirkan kue yang dibawanya, ia langsung menuju rumah Jay.

Dirumah Jay terlihat tante Eta membawa nampan, "hai Luna, baru kelihatan kamu?" tante Eta menyambut uluran tangan Luna dan senyumnya selalu menghiasi wajahnya yang awet muda.

"Iya tante kemarin ada acara keluarga dan baru bisa datang sekarang. Luna izin ketemu Jay dan Jannah ya tan." Pamitnya.

Sebelum masuk kamar dia mengetuk pintu kamar Jay dan nampak Jannah telaten mengupaskan buah jeruk.

"Jay ada apa?" Luna menubruk tubuh Jay dan memeluknya dengan kencang. "Jangan sakit, gue gak akan pernah utuh tanpa ada lo disisi gue." Sambungnya.

"Lebay lo naks bul." Ejek Jannah.

Luna menyingkirkan tubuhnya kemudian duduk disamping Jay. "Cerita sama gue kemarin ada apa?"

Jayhan membuang nafasnya pelan dan menggigit bibirnya, "Celine nolak gue Lun, cewek yang selalu gue harapkan." Luna merasa dirinya tak berguna sebagai sahabat, dimana dirinya tidak pernah ada saat sahabatnya sedang sedih dan kenapa kesedihan Jay muncul saat hari bahagianya.

Luna memeluk Jay, yang dia tahu pria itu sedang menangis didalam peluknya, "maaf, harusnya gue selalu hadir saat lo lagi sedih, kecewa, terluka dan gue selalu hilang saat lo dalam masalah." Dia merutuki dirinya dalam diam.

"Gapapa naks bul, memang waktunya saja yang tidak pernah tepat. Dan sekarang gue tidak bisa lagi berjuang untuk cinta ini." Jay mengulurkan tangan dan memberinya sebuah kalung yang harusnya sudah terpakai di leher wanita yang dia cintai.

"Tolong jualin lagi terus bagi dua buat kalian." Ucap Jay dan Luna merasa iba. "Gak perlu seperti itu Jay, tapi kalau lo maksa gue jual buat jajan kita." Luna mengambil kalung itu dan mengantonginya.

"Janji sama kita berdua Jay kalau lo akan move on, kita akan bantu!" Ucap Jannah.

Jannah selalu salfok dengan cincin yang ada dijari manis Luna, setaunya Luna tidak suka memakai cincin kecuali itu cincin tunangan seperti saat dulu ia dilamar oleh Keenan. Tapi untuk waktu dekat ini ia tak bisa banyak tanya, perhatiannya masih untuk Jay.

"Bagaimana kalau kita nginep di rumah Jay?" usul Luna dan Jannah mengiyakan lagian dua hari cuti mau kemana dia.

Jannah pamit ingin mengambil pakaian dan barang dibutuhkan untuk menginap di rumah sahabatnya, Luna ingin membantu tapi Jannah menolak biar Jay ada yang menemani.

Landing in My Heart! Where stories live. Discover now