Part 23

16.2K 1.5K 121
                                    


Siang itu ara terus menyusuri jalanan kota, tanpa tujuan yg jelas.
Dia bingung harus kemana, tidak mungkin ara pulang kerumah.
Karena sama saja dia bunuh diri jika pulang.

Hingga akhirnya ara berhenti di pinggir jalanan yg cukup sepi, ara berkali kali menghela nafasnya.

"Gue salah ga ya ngelakuin ini" ucap ara

Sejak dia keluar meninggalkan apartnya, fikiran ara dipenuhi oleh chika, chika dan chika.
Jujur dia masih khawatir dengan sshabatnya itu, tapi mengingat kata kata chika yg seakan menusuknya itu membuat ara bingung.

"Kenapa gue selemah ini kalo sama lo chik"

"Kenapa sulit banget buat gue benci sama lo"

"Setelah semua yg lo lakuin dan lo ucapin tadi ke gue"

"Hati gue sakit, tapi kenapa seakan itu semua ga cukup buat jadi alasan gue marah atau benci sama lo"

"Udah sedalam ini ternyata chik"

Ara menundukan kepalanya ke stir mobil yg dia pegang dengan kuat, dunianya kacau hari itu.
Dia tidak akan bisa lagi bercanda dan menjahili chika seperti kemarin, dia tidak akan bisa lagi mendegar suara tawa dan omelan sahabatnya itu.
Semuanya benar benar berakhir hari itu juga, ara merasa kehilangan separuh dari dirunya sendiri.

Ara mengambil hpnya, ada banyak panggilan dan chat dari olla dan adel.
Ara kemudian membalasnya karena tidak ingin membuat dua temannya itu khawatir, dia mengatakan kalau dia sedang dalam perjalanan ke rumah olla.

Akhirnya di hari itu, baik ara maupun chika sama sama tidak kembali ke kampusnya.
Chika menghabiskan waktunya menangis seharian di kamarnya, sedangkan ara termenung menatap langit di atas rooftop rumah olla.








Malam harinya, ara masih tetap berada ditempat tadi, dia tak beranjak dari sana.
Bedanya kali ini dia ditemani oleh adel dan juga olla.

Ara menceritakan semua kejadian siang tadi pada mereka berdua, olla dan adel juga ikut bingung dan prihatin dengan keadaan temannya itu.
Mereka hanya bisa menguatkan ara, dan menghiburnya agar tidak larut dalam kesedihan.

"Udah ya ra, kasian hati lo" ucap olla

"Mau gimana pun yg diucapin chika itu bener, itu udah resikonya dan lo harus nerima itu semua" lanjutnya

"Bener raa, respon chika ke lo udh kaya gitu, masa iya lo masih mau ngejar dia" ucap adel

"Ikhlasin, pelan pelan aja, lo ga harus lupain dia dan buang perasaan itu sekarang"

"Biarin waktu yg perbaikin semuanya, lo cukup sabar dan jaga dia dari jauh"

"Jangan ngerasa sendiri, ada kita disini" ucap olla merangkul bahu ara

"Rumah ini rumah lo juga, rumah kita semua, pulang kesini"

"Makasih ya la, del" ucap ara terharu

"Gue gatau lagi kalo ga ada kalian gimana"

"Santai, jangan terlalu dipikirin mending lo sibukin diri lo biar ga kepikiran chika terus" ucap adel

"Setuju, lo boleh nangisin dia lo boleh kangenin dia dan lo boleh galauan dia, tapi jangan larut dalam kesedihan itu, lo harus bangkit karena hidup akan terus berjalan" ucap olla

Ara mengangguk dan tersenyum pada olla dan adel.

"Gue liat liat lo bijak banget disini la" ucap adel

"Iye bosen gue jadi jamet kocak mulu" saut olla terkekeh

"Mabok yuk" ajak ara tiba tiba

Olla dan adel kaget langsung menampol bahunya

Best Friend ?  Where stories live. Discover now