🍀bonchap🍀

103 12 0
                                    

"jie, mengapa menangis?"

Jisung menoleh ke arah suara yang memanggil namanya. Dia tidak tau mengapa mengeluarkan cairan bening dari matanya.

"Jie, jangan bersedih..."

Orang tersebut mengelap air mata Jaemin. Dia sangat bingung dengan keadaan ini.

"Bun, jie anak baik bukan?"

Orang yang panggil bunda hanya menatap Jisung dengan heran. Apa maksud dari perkataan cucunya ini?

"Tentu saja. Jie adalah anak yang sangat baik" ucap nya sambil memeluk Jisu6.

Tiba-tiba seorang laki-laki lain datang dan mengelus surai kepala Jisung. Mencoba menenangkan Jaemin juga.

"Ada apa? Mengapa kamu menangis sayang?"

"Bubu... Bunda... Jie bermimpi buruk."

"Tak apa sayang, itu hanya bunga tidur. Tidak akan terjadi." Ucap Winwin sambil menangkup pipi cucunya.

Taeyong masih setia mengelus rambut Jisung dan sedikit memeluknya. Sekarang seperti teletubbies aja mereka bertiga.

Jisung masih setia dengan isakan nya. Tiba-tiba Jeno datang. Dia langsung heran, mengapa anak semata wayangnya menangis. Jeno meminta Winwin dan Taeyong meninggalkan mereka berdua. Dan mereka mengiyakan perkataan Jeno.

Jeno membawa Jisung untuk duduk di sofa ruang tengah. Jisung masih belum selesai dengan tangisannya. Jeno memandang Jisung dengan lirih. Akhirnya dia membawa kepala Jisung ke bahunya.

Jisung, sekarang umurnya sudah 19 tahun. Tapi sifatnya seperti anak 6 tahun jika bersama ayahnya. Jeno mengelus rambut Jisung dengan perlahan.

"Kenapa? Jangan menangis, nanti awan tidak bisa menurunkan hujannya karena kamu terus menangis..."

"Dad.. jie bermimpi bertemu mama... Dia bilang, jie harus jaga dady. Mama juga minta maaf karena gak bisa ketemu jie. Mama meluk jie dan mencium kening jie. Jie mau ketemu mama lagi dad.."

Jeno tidak menjawabnya. Dia sangat bingung harus seperti apa. Jaemin...

Jeno menyenderkan kepalanya ke kepala anaknya. Dia menutup matanya dan bergumam sesuatu. Tidak, bukan sebuah gumaman. Tetapi sebuah nada yang halus. Jisung sering mendengar nada ini dari mulut sang ayah maupun hp ayahnya. Tapi bedanya dari hp ayahnya terdengar sangat lembut dan halus. Berbeda dengan ayahnya yang sedikit kasar namun halus. Jisung pemasaran, siapa yang selalu menyanyikan nada ini di hp ayahnya?

"Dad, mengapa dady sangat suka dengan nada itu?"

"Karena mama yang menciptakannya. Kamu sering mendengar dari hp dady kan? Itu suara mama. Indah bukan. Dady selalu memasang nya jika rindu mama."

Mereka berdua terdiam. Jisung mengeluarkan hp nya. Dia memfoto dirinya dan juga ayahnya.

"No, Jisung sudah besar ya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"No, Jisung sudah besar ya. Tapi aku belum bisa bertemu dengannya secara langsung. Aku juga ingin memeluknya seperti kamu memeluknya. Aku tidak pergi darimu no. Aku akan selalu di sampingmu. Aku akan selalu menunggumu dan juga Jisung di sini. Aku akan selalu setia menunggu kalian sampai waktunya. Di saat waktu yang tepat, aku ingin memeluk kalian serta mengatakan semua perasaanku semuanya. No, jaga Jaemin ya. Jie juga harus jaga dadynya. Kalian berdua harus saling menjaga satu sama lain ok.."

Jeno menghadap ke belakang. Seperti ada seseorang yang membisikinya. Begitu juga dengan Jisung. mereka berdua tatap-tatapan lalu saling melemparkan senyum. Sepertinya orang yang mereka sayangi telah mengunjungi mereka.

🌱

Jeno mengerjakan matanya saat dia sudah tertidur di kasur. Di sampingnya masih ada sang anak. Katanya sih ingin tidur bersama. Takut, iya takut kehilangan sang ayah. Terlebih lagi Jeno yang akhir-akhir ini jarang pulang ke rumah. Sebenarnya Jeno tidak ingin menginap dengan setumpuk kertas yang membuatnya pusing 10 keliling. Tapi mau bagaimana lagi, demi sesuap nasi untuk anaknya.

"Dady.. jangan tinggalkan jie sendiri..."

Jisung memeluk sang ayah dan di balas. Jeno sangat menyayangi anaknya ini. Satu-satunya alasan Jeno bertahan. Jika Jisung tidak ada, mungkin Jeno sudah meninggalkan dunia ini. Jadi bagi Jeno, Jisung adalah nyawanya.

"Dady gak akan pergi ninggalin jie sendiri. Kita pergi bareng-bareng ya sayang?"

"Jie udah bilang ke bunda sama bubu kalau buku diary mama ada di laci ruang tamu."

"Mengapa kamu kasih tau?"

"Entahlah, rasanya diary mama itu berharga. Jie ingin semua orang tau cerita mama dan juga dady. Di sana juga ada diary jie. Sengaja jie taruh disana. Supaya mereka tau kisah dady dan juga jie."

Jeno tersenyum. Mereka berdua berpelukan dan pergi ke alam mimpi. Mereka tersenyum melihat laki-laki yang mereka inginkan untuk bertemu. Laki-laki yang selalu membuat mereka ingin bertahan. Laki-laki tersebut memeluk mereka berdua.

Jaemin tersenyum ke arah Jeno dan juga Jisung. Dia mengulurkan tangannya untuk di genggam oleh kedua empu yang berdiri di depannya.

"Sudah waktunya aku menjemput kalian. Aku sudah lama menunggu ini. Ayo.. no, jie, kita pergi ke cahaya itu. Mari kita hidup bersama."

Mereka bertiga bergandengan dan berjalan menuju cahaya tadi. Mereka sambil tertawa dan juga bercerita. Kini keluarga mereka sudah berkumpul. Berkumpul selamanya dengan bahagia.

"Mama, jie selalu membaca buku diary mama loh! Jie juga menulis buku diary sendiri!"

Jisung sangat antusias sekali. Impiannya terkabul. Dia sangat menginginkan bercerita bahkan berbincang panjang lebar kepada Jaemin.

"Benarkah? Siapa yang menemukannya?"

"Saat jie ke kamar tamu. Jie melihat ada buku yang terlihat dari laci. Lalu, mama dan juga dady sering muncul di mimpi jie. Tapi jie gak suka saat bermimpi mama menangis!"

Jaemin tersenyum. Dia menangkup pipi Jisung dan mengecup pipinya. Sekarang sedang ada yabg merasa di abadikan dan merasa panas asalkan kalian tau. Ya tau sendirilah siapa orangnya.

"Jangan diemin aku hei!"

Jaemin dan Jisung tertawa melihat tingkah laku Jeno. Tanpa sadar mereka sudah di depan pintu cahaya tadi. Mereka saling bergandengan erat dan menarik napas dalam-dalam dan membuang nya secara perlahan. Mereka melangkah bersama sambil tersenyum bahagia. Sekarang mereka bisa hidup bersama dengan lama. Ah tidak, tapi hidup bersama selamanya. Selama-lamanya.














































E.N.D

The story end

Thanks for reed this book

I hope we can meet in other story's

Bye



Alska-

Coklat Manis [NoMin]Where stories live. Discover now