Cewek Barbie 2 (Sahyo)

389 39 3
                                    

Makan malam hari ini terasa sangat hampa untukku. Apalagi nasi goreng yang tersaji di meja juga tidak kalah hampa -tanpa lauk, hanya ada satu butir telur yang sudah diorak-arik hingga hancur lebur dan menyatu dengan nasi- yang dibuat dengan nasi sisa kemarin oleh Kak Nayeon berbekal skill memasak yang marjinal. Ohya, berdasarkan update terbaru memang finansial orang rumah ini sedang dalam fase kritis. Kami terlahir dari keluarga dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah, jadi tidak bisa mengandalkan kiriman orang tua yang mungkin hanya cukup untuk makan dua minggu.

Sebenarnya, hal semacam itu tidak jadi masalah karena kami berempat, penghuni kontrakan ini-alias aku, Kak Nayeon, Jeongyeon, dan juga Tzuyu- sudah bisa mencari uang sendiri. Aku sering mengajar les anak SD-SMA ataupun menjadi mentor teman-teman sebaya maupun adik tingkat. Dan sudah pernah kujelaskan juga bahwa mereka bertiga bekerja di kafe milik teman SMA-ku -Mina yang memang lahir dari keluarga konglomerat dengan otak jenius sehingga mudah untuknya merintis usaha dengan berbagai peluang yang ada. Ya, seharusnya pekerjaan itu sudah cukup untuk kami apalagi gaya hidup kami juga tidak neko-neko. Masalahnya adalah kepindahan Mina yang mendadak untuk melanjutkan bisnis keluarganya di Semarang membuat ia terpaksa menutup kafe yang ia rintis di kota pelajar ini. Tentu saja ketiga temanku otomatis diberhentikan dengan penuh rasa sesal.

Mau bagaimana lagi, keluarga memang nomor satu.

"Kalian dapet pesangon nggak?" Kutanya dengan penasaran setelah mendengar cerita yang amat menyedihkan mengenai pemberhentian kerja ketiga temanku ini.

"Ya dapet, soalnya kalo dikontrak awal kita kerjanya setahun, ini kan baru sembilan bulan, tapi nggak banyak, harus buru-buru nyari kerja baru" Kak Nayeon menjelaskan. Aku mengangguk paham.

"Syukurlah seenggaknya ada pegangan" kataku lega. Tapi mungkin sebenarnya ini adalah keadaan yang sulit bagi temanku yang lain alias Mina. Gadis itu mungkin sama saja sedang membayar penalti untuk kontrak-kontrak pegawai yang ia buat dan terpaksa ia langgar sendiri. Yah, semangat ya Mina. Aku hanya bisa mendoakan.

"Kalo lo sendiri gimana Ji? Lancar enggak ngajarnya?" Tanya Jeongyeon seraya menatapku serius. Aku menghela napas. Sudah dua hari semenjak aku ribut dengan Sana dan ia menutup seluruh akses untukku setelah mengirim bukti transfer bayaran mentor yang sama sekali tidak ia potong. Aku belum mau menggunakan uang itu karena secara teknis itu adalah uang haram. Kucari-cari Sana di kampus pun belum pernah ketemu. Sulit memang menemui artis. Akhirnya kuceritakan kejadian itu kepada ketiga temanku dengan perasaan menyesal. Hitung-hitung mengurangi beban.

"Yaudah Kak nggak papa kalau Kak Jihyo belum mau make uangnya, simpen dulu aja" Respon Tzuyu dengan bijaksana "Nanti kalau udah ketemu Kak Sana baru deh coba balikin" Aku mengangguk patuh.

"Ngomong-ngomong dia sampe ngamuk gara-gara nggak lo jawab pertanyaannya, emang lo bener-bener nggak kangen?" tanya Kak Nayeon menyelidik. Aku hanya mengedikkan bahu acuh. Bukan sesuatu yang perlu dibahas di forum seperti ini kurasa.

"Kangen lah. Lo tuh nggak bisa bohong Jihyo. Liat itu di jidat lo ada tulisan I miss U Sana gede banget!" canda Jeongyeon yang membuat aku merengut. Kak Nayeon dan Tzuyu malah tertawa bahagia. Setelah situasi jenaka mereda, Tzuyu mulai menatapku serius.

"Kejar kak, jangan ngikutin ego!" Ucap gadis termuda itu "Gue aja nggak bisa memaafkan diri sendiri yang belum sempet ngomong ke Chaeyoung" lanjutnya dengan air muka penuh sesal.

"Ikhlasin Tzu, nggak boleh marah ke diri sendiri berlarut-larut gitu, biarin dia tenang di sana" Jeongyeon menasehati. Aku dan Nayeon hanya menggenggam tangan Tzuyu untuk menguatkan. Gadis itu jadi menarik kembali air mata yang hampir jatuh.

"Iya" Gumam Tzuyu. "Paling enggak jangan ada yang kaya gue deh"

"Tuh Ji dengerin!" Dumal Jeongyeon.

Jihyo OneshotWhere stories live. Discover now