Part 08 - Demi apa?!

657 35 0
                                    

Selamat membaca ^^

. . .

Arman dan Suci menatap mereka dengan tatapan curiga. Tepat ke arah sepasang orang yang berteriak kaget.

"Nggak harus Arkana yang nyetir, aku bisa nyetir pah." ujar Qiana berusaha agar mereka tidak berakhir satu kamar di hotel.

"Nggak boleh dong. Udah nurut aja," Arman masih bersikukuh agar keduanya bermalam.

Suci menyadari sesuatu, "Kalian.. kenapa canggung gitu? Jangan bilang kalian bohong? Arka masih sering ketemu sama Oliv?" tanya Suci tertubi - tubi.

Arkana langsung meraih pinggang Qiana. Tangan besarnya terasa pas di pinggang ramping itu. Arkana menorehkan senyum manisnya lalu menarik Qiana agar mendekat ke arahnya. Semakin dekat hingga tidak ada sedikit pun jarak diantara mereka.

Qiana merasakan tubuhnya meremang, tidak siap Arkana melingkarkan tangannya seperti ini. Baru kali ini ia dia sentuh seintim ini oleh lawan jenis. Ini juga pertama kalinya Qiana melihat Arkana tersenyum padanya seperti itu.

"Ngapain aku ketemu lagi sama mantan mah? Istriku secantik ini," ucap Arkana sambil merangkul bahu Qiana.

"Baguslah, mama sama papa harap rumah tangga kalian baik - baik saja." ujar Suci lagi, dia bersungguh - sungguh ketika mengucap itu.

"Aamiin.. Qia nih yang aneh pah, masih aja malu - malu."

Qiana ikut tersenyum lebar dan memberanikan diri membalas tatapan Arkana. Qiana tidak bisa berbicara, rasanya dia akan tersedak jika bersuara sedikit pun.

"Ya jelaslah malu, kodratnya cewek kan memang begitu." balas Suci, lagi - lagi membela Qiana.

"Mama mau cucu berapa emang?" 

Qiana mendelik kaget dan mencubit perut Arkana berulang kali. Melihat itu Arman dan Suci semakin lega, mungkin mereka tampak akur di mata Arman dan Suci.

"Ya sudah, kalian bersenang - senang disini ya. Papa sama mama pulang dulu." 

"Iya dahhh.." ucap keduanya sambil menunggu kepergian mereka.

Arkana menghela nafas lega, dia tidak tahu harus bagaimana jika masih ketahuan menemui Olivia. Untung saja Qiana bisa di ajak kompromi beberapa hari lalu, itu sebabnya Arman dan Suci percaya kalau Arkana sudah move on dan berpaling ke Qiana.

Saat dada Arkana terasa ringan, Qiana malah merasa dadanya kembang kempis. 

"Lo mau pegang sampai kapan?" tanya Qiana geram.

Arkana langsung melepas tangannya, "Ups, gak usah marah dong. Ayok ke kamar, gue udah capek banget." 

"Ar. Lo tau kan janji kita kan?" 

"Iya gue tau, tenang aja. Lo anggap gue apa si Qi?"

"Ya maaf kalo tersungging, kan gue ngingetin doang.. ibaratnya verifikasi gitu."

"Hmh.. sini jalan cepet, gue tinggal juga ntar." balas Arkana lagi sambil menguap.

Qiana pun mengikuti langkah Arkana menuju kamar mereka. Setelah mendapat arahan dari lobi, mereka menaiki lift dan tibalah di salah satu kamar termewah di hotel ini.

Tanpa basa basi Arkana langsung melempar ponselnya ke sofa. Melepaskan jasnya dan melonggarkan dasinya.

"Lo kenapa Qi?" tanya Arkana ke Qiana yang tidak bisa melewati ambang pintu.

Jika dia masuk ke tempat ini, maka dia hanya berdua bersama Arkana. Itu yang memenuhi pikiran Qiana saat ini. Satu kasur yang sama, berbagi selimut yang sama dan bangun dengan pagi bersama pula. Qiana mengalihkan tatapannya dari Arkana yang meloloskan satu per satu kancing kemejanya.

CERAI YUKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang