Part 35 - Kesabaran tanpa batas

344 20 1
                                    

Selamat membaca (⁠.⁠ ⁠❛⁠ ⁠ᴗ⁠ ⁠❛⁠.⁠)

. . .

Arkana baru saja selesai mandi pagi. Jam 7 pagi dia sudah siap - siap untuk berangkat ke kampus. Entah sudah berapa kali dia mengecek kamar Qiana yang masih saja kosong beberapa hari ini.

Dia sudah mencari Qiana kesana kemari dan dia selalu gagal mendapat kesempatan untuk mengobrol dengannya. Di telpon pun bilangnya sedang menginap di kosan temennya. Tapi dia tidak ada di kosan Kinanti, padahal Qiana tidak memiliki banyak teman.

Arkana sudah sangat rindu dengannya. Matanya sedang fokus ke jalanan yang ramai tapi pikirannya tidak berada di sini. Arkana menatap lampu merah yang berubah hijau dan banyaknya mahasiswa yang berlalu lalang dekat kampusnya.

Tak sengaja menemukan Kinanti dan Firza yang sedang nongkrong dengan teman - teman mereka. Tapi tidak ada Qiana disana, semakin membuat Arkana greget.

"Tck dia kemana.. ini udah berapa hari," keluh Arkana menyudahi pikiran positifnya dan mulai menelpon Qiana untuk yang kesekian kalinya.

Tak lama kemudian, teleponnya di angkat oleh Qiana. 

"Eh diangkat. Kamu dimana?"

"Kenapa?"

"Aku khawatir Qi,"

"Aku gak papa Ar." jawab Qiana sedikit malas mungkin lebih tepatnya capek menjawab beribu pertanyaan sama yang dilontarkan Arkana.

"Kenapa suaramu serak? Sayang? halo?"

"Aku gak apa, aku nginep dirumah temen juga ntar malam."

"Lagi? Ini udah 5 hari sayang, aku udah nanya Kinan katanya kamu nggak di kosannya. Kamu tinggal dimana? Temenmu yang mana?"

"Temen yang lain, dosen dah masuk kelas. Jangan telepon aku lagi."

Tut.

Arkana tidak mendapatkan jawaban yang dia inginkan. Dia menggenggam ponsel itu lalu memukulkannya ke paha seperti kesal dan gregetan. Dia tidak bisa lega sebelum benar - benar tahu Qiana baik - baik saja. 

Setiap kali Arkana menelpon suaranya semakin terdengar lemah. Saat di kampus pun Qiana langsung menghindarinya. Gadis itu semakin kurus nan pucat saja ia perhatikan setiap harinya, gimana Arkana tidak khawatir.

Qiana tidak jadi menuju kelas, dia ke kantin untuk mengisi perut. Sejak masakan Qiana hilang dari rumah, dia jadi tidak pernah sarapan dan selalu makan di luar seperti ini.

"Lo napa Ar?"

Arkana menoleh ke sumber suara, itu Arsy yang menyapanya dan duduk di sampingnya. Arkana tidak menjawab pertanyaan Arsy, dia sibuk melamun dan memikirkan seseorang.

"Lo gak makan?"

"Buat lo aja dah,"

Makanan Arkana pun di santap oleh Arsy. Mata Arkana menatap kosong para mahasiswa yang lalu lalang.

Ni anak napa dah, galau gak jelas batin Arsy.

"Oh iya lo kenapa nanyain Qia tiap saat Qia juga jarang ngomong sama gue akhir - akhir ini, kalian lagi perang dingin?" tanya Arsy sambil mengunyah.

"Makan gak boleh sambil ngomong. Gue lagi banyak pikiran gak usah ajak ngomong."

"Kalo gak mau ditanyain, gak usah duduk sendirian disini lah. Terus masang wajah galau lagi, pengen banget diperhatiin lo?" sindir Arsy.

"Tck gue lagi gak pengen berantem ya nyet,"

"Benerkan? Lagi ada something pasti," ucap Arsy lagi seperti menerawang apa yang terjadi dengan kedua orang terdekatnya.

CERAI YUKWhere stories live. Discover now