Part 49 - Seberang

348 20 0
                                    

Selamat membaca ^^

. . .

"Mbak ini semua berapa?" tanya seorang laki - laki dengan paras tampan itu.

Tatapan tanpa senyum itu saja mampu membuat orang yang di panggilnya terpesona. Ada 3 detik mbak penjaga apotek itu terpaku menatapnya.

"Iya sayang kenapa?" tanya laki - laki itu di telepon.

Mbak apotek itu pun langsung ditampar kenyataan. Lalu matanya tertuju pada cincin yang melingkar di jari manis laki - laki itu. Arkana membeli beberapa obat dan perban di apotek dekat rumahnya. Dia cukup jalan kaki di malam yang cukup sunyi ini.

"Nggak perlu kesini, tunggu aku di rumah. Aku nyampe bentar lagi." ujarnya sembari melihat ke kiri dan kanan jalan raya. Ia ingin menyebrang jalan.

Apa sekalian beli martabak ya? batin laki - laki itu ketika melintasi jalan raya yang cukup sepi. Ini sudah hampir tengah malam dan masih ada kedai martabak yang buka.

"Arkaaaa..!" panggil seorang perempuan yang mengayunkan tangannya dengan ceria di seberang jalan.

Arkana yang membawa plastik pun menyipitkan matanya berusaha melihat jelas siapa yang memanggilnya.

"Astaga udah di bilang tunggu aja di rumah." ujar Arkana lewat telepon.

"Aku kangen soalnya."

Arkana bisa mati bahagia jika Qiana blak - blakan seperti ini. Arkana mulai menyebrangi jalan setelah tidak ada kendaraan yang berlalu lalang. Qiana tersenyum cerah ketika melihat laki - laki itu semakin dekat dengannya.

TIN!! TINNN!!

Tiba - tiba terdengar suara mobil di rem. Sinar mobil itu menyilaukan hingga orang yang ditengah jalan itu tidak bisa melihat dengan jelas. Tak lama kemudian terdengar riuh teriakan beberapa pengguna jalanan. Mobil itu tetap melaju kencang seakan tidak melihat satu pun orang di depannya.

Semuanya terjadi begitu cepat. Ckitt!! Brug! BRAKKK!!!

BRAKKK!!!!

Tiba - tiba saja ada sebuah mobil besar yang melaju dengan kecepatan tinggi. Menerjang segala hal yang ada di hadapannya termasuk Arkana yang ada di tengah jalan. Semuanya terjadi begitu cepat, Arkana tidak mampu menghindar.

Arkana langsung menghilang dari pandangan Qiana.

Qiana melepaskan ponsel yang tadi menempel di telinganya. Jatuh dari ketinggian begitu saja hingga hancur tidak berbentuk. Qiana melihat Arkananya terbaring jauh dan tidak berkutik sedikit pun.

Qiana segera berlari.

Kedua tangan Qiana langsung menutup mulutnya tak percaya. Matanya perlahan memanas dan jantungnya berdebar dua hingga tiga kali lipat saking shocknya. Kakinya langsung lemas di depan tubuh Arkana yang bersimbah darah.

Dia meraba - raba tubuh Arkana yang lemas, bahunya yang tergores aspal, kakinya, lengannya dan wajahnya yang menunjukkan luka parah. Sedetik lalu dia masih mendengar suaranya. Tadinya Arkana masih berdiri di depannya. Tadi Arkananya masih baik - baik saja. 

"A-Arka.. bangun.." ujar Qiana terbata - bata.

Qiana menggenggam tangannya erat.

"Aku tahu kamu masih disana, jangan gini sayang.."

"Kamu bikin aku takut, jangan pergi plis.."

Qiana menggoyang - goyangkan tubuh Arkana seraya memanggil namanya berulang kali. Qiana tidak bisa berpikir jernih. Hanya ketakutan yang ia rasakan. Orang yang memberinya harapan hidup kini diambang kematian.

CERAI YUKWhere stories live. Discover now