Part 36 - silver car

313 17 0
                                    

Selamat membaca (⁠.⁠ ⁠❛⁠ ⁠ᴗ⁠ ⁠❛⁠.⁠)

. . .

Arkana tidak bisa terlelap. Percuma saja dia berjam - jam di atas kasur.

Ia menghampiri studio dan malah bernostalgia, membayangkan Qiana dan dirinya yang biasanya duduk satu kursi lalu bermain game. Dapur pun hanya bayangan Qiana mengenakan apron dan memegang pisau di benaknya. Rumah ini penuh dengan Qiana.

Dia harus keluar, tetap berada di rumah sendirian seperti ini semakin membuat kepalanya pusing. Masalahnya ini sepertinya tidak bisa ia selesaikan sendiri. Nggak bisa. 

Dia harus curhat sama bestienya. Dia pun menjemput Adam dan membawanya ke tempat nongkrong. Karena kebetulan Dean (teman Arkana) mengajaknya bertemu, Arkana pun membawa Adam ke cafe tempat Dean bekerja.

"Hahhh.." hela nafas Arkana ketika tidak sengaja bernostalgia ketika dia ditemani tampil oleh Qiana di tempat ini.

"Kenapa lo? Hela nafas sampe kayak gitu?" tanya Adam.

"Gue bingung banget dam." keluh Arkana.

Adam pun meletakkan ponselnya di atas meja dan berpangku tangan di atas meja juga agar bisa mendengarkan keluhan Arkana dengan baik.

"Qiana gak pulang berhari - hari, gue harus gimana ya? Gue juga jarang liat dia belakangan ini."

"Alasannya? Tapi gue sering liat dia di kampus."

"Gue jarang banget. Dia kayak hindarin gue banget,"

"Tanyain ke doi, dia ada masalah mungkin atau gak dia udah bosen sama elu haha.." canda Adam.

Arkana langsung terdiam dan mengusap wajahnya berulang kali.

"Gue becanda woy, masa iya bosen.."

"Gak tau lagi gue dam. Tiap kali gue bahas dia dari mana langsung pergi terus langsung diam anaknya."

"Gue cuma! Gue cuma pengen dia bergantung sama gue gitu, apa dia gak cerita gegara gue gak bisa banget di andalin? Apa gue terlalu banyak jahilin dia jadi dia gak bisa anggap gue serius?" tanya Arkana cemas dan frustasi.

Perawakan Arkana sekarang juga tidak menunjukkan kalau dia baik - baik saja. Rambutnya semakin panjang dan bentuknya berantakan karena sering ia acak. Lalu bulu rahang tipis yang tidak ia urus dan kantung matanya yang terlihat menghitam. Untung baju bisa di laundry dan makanan bisa pesan delivery sehingga dia masih bersih dan perutnya penuh. Tapi dia terlihat seperti orang yang tidak tidur berhari - hari.

"Bingung gue.." keluh Arkana lagi sambil mengurut dahinya.

"Lo selalu aja kayak gini," ujar Adam setelah melamun cukup lama.

"Apanya?"

"Selalu bersangkutan sama cewek yang bermasalah,"

"Lo ngatain istri gue bermasalah dam?"

"Bukan gitu maksud gue. Qiana itu orangnya kelewatan mandiri gak sih? Dari cerita elo barusan kayaknya istri lo itu tipe cewek yang kayak gitu. Banyakin sabar aja hadapin cewek kayak gitu, kalau dia udah selese sama masalahnya pasti bakal balik sendiri."

"Nggak.." jawab Arkana sambil menggeleng - gelengkan kepalanya tanda ia tidak setuju.

"Masa iya gue diem aja? Dia makin murung sama makin gak jelas keadaan akhir - akhir ini dam. Kurus, pucat terus ada bekas ungu - ungu di lehernya. Gue udah yakinin diri buat mikir yang positif tapi tetep aja gak bisa. Gue bener - bener trauma sama Olivia yang selingkuh. Gue liat Qiana kayak gitu bikin gue mikir yang aneh - aneh."

CERAI YUKWhere stories live. Discover now