Part 07 - Hotel

748 40 0
                                    

Selamat membaca ^^


. . .

Arkana tidak sengaja terlalu lama memperhatikan Qiana yang sedang berjalan ke arahnya. Di benaknya Qiana tampak beda ketika kepalanya membuatnya melihat Qiana dari sudut pandang seorang wanita dewasa.

Siapa sangka seseorang akan tampak sangat berubah jika di pandang dari sudut pandang yang berbeda?

Arkana terperangkap sekarang. Tidak bisa berkedip ketika Qiana tampak memenuhi jangkauan pandangnya. 

Cewek itu sedang berdiri dengan tegap sambil menenteng handbag warna putih. Kemeja warna pink muda hampir menuju putih itu tampak tak mampu menahan dadanya. Bawahan rok pendek selutut warna mauve yang membalut kaki jenjangnya pun tampak bagus.

Qiana secantik itu ternyata, bahkan rambut lurus panjang di tambah poni lurus dan tebal memenuhi dahinya pun tampak sangat cocok untuknya.

Terpaan angin membuat helaian rambut Qiana berantakan. Namun untuk sepersekian detik itu, Arkana dapat melihat seluruh wajahnya dengan jelas. Dia berulang kali terpesona dibuatnya, tidak membiarkan fokus Arkana berpaling darinya.

Plak!

Arkana menampar pipinya dengan keras. 

"Sadar - sadar," dia mengelus lagi pipinya yang terasa sakit.

"Ayo berangkat," Qiana langsung mengomando Arkana agar segera melaju.

"Lo ngapain pake baju kayak gitu ke tempat kerja?" tanya Arkana. Pertanyaannya membuat Qiana meletakkannya ponselnya.

"Keliatan banget ya?" tanya Qiana kuatir.

"Ma-maksud gue.." jelas Arkana gugup, dia tidak ingin tampak sudah memperhatikan Qiana.

"Hahh.. pasti sih keliatan banget. Gue make rok 2 tahun lalu, tadi ada yang numpahin kopi jadi celana gue kotor. Pas lihat laci ketemu rok ini, keliatan lusuh banget ya?"

Arkana salah sangka. Qiana mungkin tidak sadar jika dirinya bisa menarik perhatian orang lain ketika berpakaian seperti itu. Arkana tertawa renyah ketika mengingat penuturan Yulia, bisa jadi rumor itu salah. Bukan Qiana yang menggoda tapi dia memang menarik.

Dia sangat menarik tapi cewek itu sadar akan indahnya.

"Kenapa ketawa? Mentang - mentang kaya, gak usah ngejek lu." ketus Qiana sembari menutupi roknya dengan tasnya.

Arkana mengusap hidung dan menghilangkan senyumnya. Dia meletakkannya tangannya ke kemudi mobil dan melaju.

"Lo bener - bener.. jelek banget pake itu. Gak bisa pake itu ke acara malam ini, kita mampir dulu buat ganti baju."

"Betulsss. Gue juga mau ambil sesuatu di rumah."

"Bukan ke rumah, ke mall."

"Ohh.. ngapain? Gue punya baju di rumah."

"Tapi gue yakin gak ada yang bermerek kan? Mertua lo bakal lebih seneng pas tahu gue beliin lo barang mewah. Kesannya kayak bucin gitu kan?"

"Tapi lo gak bakal nagih kan nantinya?" tanya Qiana curiga.

"Kagaklah, lo kira gue cowok apaan."

"Hm.. yaudah deh kalo dipaksa." jawab Qiana lagi.

Arkana speechless dibuatnya, tidak bisa memutuskan ingin tertawa atau kaget. Yang ia lakukan hanya tercengang, tak ia sangka Qiana bisa melucu.

"Kenapa? Rejeki gak boleh di tolak. Gak boleh ditagih ya? Awas aja." tambah Qiana lagi.

"Iya gak bakal, lo ada - ada aja sumpah." balas Arkana lagi santai.

CERAI YUKWhere stories live. Discover now