Bagian 4

797 61 8
                                    

Aku tidak suka anak yang berbohong

Jaehyun menatap sejenak pada Jungwoo yang berbaring terengah di bawahnya, kedua mata pemuda itu mengeluarkan air mata yang membuatnya mengkilap bak berlian. Kissmark memenuhi leher dan tulang selangka pemuda itu, Jaehyun tidak tahan untuk tidak menyentuh erat pada hasil karyanya.

Tetapi ada yang kurang.

Jaehyun berdiri dan melangkah ke meja yang terletak di sofa, membuka lacinya dan mengambil banyak barang dari sana.

Ketika Jaehyun menjauh darinya itu seperti memberi kesempatan bagi Jungwoo untuk bernafas lebih banyak. Tetapi tidak lama, mendengar suara benda-benda aneh yang diambil dari laci membuatnya bernafas lebih lambat.

Tangan Jaehyun penuh ketika pria itu kembali, dia menyalakan sebuah lilin merah dan meletakkannya di samping tempat tidur. Aroma yang menenangkan segera tercium ketika lilin tersebut menyala.

Di atas remang cahaya lilin, Jaehyun tersenyum miring, menatap lekat pada tubuh mulus Jungwoo dan berfokus pada dua titik merah muda bak ceri yang menggoda. Dia menunduk dan memberi kecupan kecil yang membuat Jungwoo geli, lalu kemudian memasangkan nipple clamps sebagai aksesoris di dua kacang merah itu.

Jepitan yang kuat membuat kening Jungwoo mengerut, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa tentang itu, sampai kemudian Jaehyun menggigit kuat di sana, Jungwoo tidak tahan untuk tidak melenguh, "ahh!"

Jungwoo yakin itu bengkak.

Jaehyun mengangkat tubuhnya dan mensejajarkannya dengan Jungwoo, belum sempat dia mengucapkan satu katapun pemuda itu segera meminta maaf. Hal itu membuat Jaehyun sedikit tidak senang.

Mengapa Jungwoo meminta maaf dan tidak jujur padanya? Kenapa pemuda itu begitu keras kepala dan tidak patuh di depannya?

Jemari Jaehyun terangkat untuk mengusap rahang Jungwoo dengan lembut dan tersenyum kecil tanpa mengatakan apapun. Hanya sesaat kemudian tangan Jaehyun berpindah dan mencengkeram leher jenjang Jungwoo.

Dia mencekiknya.

Senyum di wajah pria itu sedikit melebar bersamaan dengan pupil Jungwoo yang menyusut. Ketika tekanan yang diberikan semakin kuat dan pasokan udara ke paru-parunya menipis, kelopak matanya menyipit. Dia meraih tangan Jaehyun yang mencekiknya tetapi tidak berusaha untuk melepaskan diri.

Jungwoo tidak melawan, itu menyiksa dan dia merasa seperti akan mati dalam beberapa detik berikutnya, tetapi karena Jaehyun yang melakukannya, dia baik-baik saja, dia bisa menerimanya.

Hidup dan matinya untuk Jaehyun.

Di atas sana, Jaehyun menaikkan alisnya sebelah, bertanya dengan santai dalam ekspresi yang keras, "Jangan meminta maaf, memohonlah, katakan bahwa itu sakit dan aku akan melepaskan mu."

"Ugh... Ack... Uhuk!!" Berbicara? Jungwoo tidak sanggup, fokusnya adalah meraup udara sebanyak yang dia bisa.

Jaehyun menatap pada tangan Jungwoo yang hanya memegangnya tanpa perlawanan, kemudian pada mata pemuda itu yang mulai tampak putih. Melihat bahwa pemuda itu tidak melawan membuatnya kesal dan segera melepas cengkeramannya.

Jungwoo segera terbatuk keras begitu udara memasuki paru-parunya. Dia berguling ke samping dan terus batuk sambil menghirup udara dengan rakus. Jaehyun hanya menatapnya dengan dingin.
Ketika pemuda itu mulai stabil, Jaehyun mendorongnya ke sudut tempat tidur dan mengukungnya.

"Kenapa?" Jungwoo berkedip cepat, maniknya menatap panik pada mata elang Jaehyun yang membola kesal, dia sedang mencari apa kesalahannya dalam emosi di mata pria tersebut. Tetapi dia belum juga mengerti.

Pemandangan itu benar-benar polos dan menyedihkan, Jaehyun segera menutup matanya, dia tidak boleh goyah. Pemuda itu selalu berhasil membuatnya teralihkan. Dia menunduk dan mengubur dirinya di ceruk leher Jungwoo, menciumi karyanya dan mengigit kembali.

Jungwoo yakin itu tidak akan hilang selama seminggu.

"Sayang, kenapa? Kenapa kau tidak mengatakan kalau itu sakit?" Kening Jaehyun memiliki kerutan samar, Jungwoo tahu bahwa pria itu tidak senang.

Tetapi dia masih bersikap keras, "Tidak, itu baik-baik saja."

Jaehyun dapat melihat keras kepalanya pemuda itu dari binar matanya, itu membuatnya benar-benar tidak senang, keduanya saling menatap cukup lama sebelum akhirnya dia mengangguk dan mengeraskan rahangnya.

Dia menutup matanya, dan ketika itu terbuka, pandangan lembut terpancar.

"Kau harus mengatakannya jika itu sakit, you know it, right?" Tangannya terangkat untuk mengusap lembut pucuk rambut pemuda itu, "Jangan menahan diri."

Mendengar ini hati Jungwoo juga ikut merasa lembut dan dia mengangguk patuh sambil menggumamkan 'um' kecil.

"Aku tidak suka anak yang berbohong". Detik berikutnya rambut Jungwoo ditarik dengan kencang, Jaehyun menciumnya dengan kasar sambil menarik nipple clamps di dadanya dengan kuat.

Rangsangan yang tiba-tiba tidak membiarkan Jungwoo untuk bereaksi. Dia hanya bisa membalas dan sedikit mencengkeram erat lengan Jaehyun.

Ketika pria itu melepaskannya, Jungwoo memiliki air mata di sudut matanya. Dia kembali batuk kencang sementara Jaehyun bangun dan meraih benda lain di laci meja.
Menyesuaikan pandangannya, Jungwoo bisa melihat binar lilin yang menyala dan cambuk memenuhi kedua tangan Jaehyun.

Untuk sesaat Jungwoo menahan nafas, dia tahu malam ini akan menjadi malam dengan siksaan nikmat yang panjang.

...

Pukul 8.30 pagi, orang-orang di perusahaan memenuhi ruang rapat satu persatu. Presentasi draft untuk proyek dari klien penting dijadwalkan pada rapat pagi ini. Jaehyun segera memasuki ruangan diikuti dengan Jungwoo di belakangnya.

"President Jung" semua yang hadir segera berdiri dari duduknya dan memberi hormat pada sang atasan, mereka tidak akan duduk sampai Jaehyun duduk lebih dulu.

JC Group didirikan oleh Jaehyun sejak awal, dengan latar belakang keluarga yang kaya sejak perusahaan Jaehyun didaftarkan, itu telah berkembang dengan baik dan menjadi perusahaan yang terkemuka di negeri ini.

Para karyawan yang telah bekerja di perusahaan selama beberapa tahun sudah mengetahui bagaimana karakter Jaehyun. Sebagai seorang bos, hal yang paling Jaehyun tidak sukai adalah sikap ketidakseriusan dalam bekerja. Oleh karena itu para karyawan bekerja dengan sangat serius, disiplin, dan dalam suasana yang cukup tegang, sebab mereka sangat takut apabila ketahuan telah membuat kesalahan.

"Mari kita mulai." Dengan begitu seorang di sudut segera mematikan lampu dan proyektor di turunkan, presentasi siap di mulai.

Di depan sana, Jungwoo berdiri dengan kokoh tetapi wajahnya tampak pucat samar.

Apa yang terjadi tadi malam membuatnya kewalahan, saat ini kakinya masih lemah dan lelah, rasa sakit akibat digempur hebat masih begitu terasa di bawah sana. Belum lagi punggungnya yang memiliki begitu banyak luka cambuk yang belum kering terasa perih bersentuhan dengan kain dari jas yang ketat.

Pada awalnya Jungwoo masih bisa tidak memperlihatkannya pada orang lain, dia hanya semakin tidak berbicara banyak pada karyawan lain dan hanya menampakkan auranya yang kosong dan dingin seperti biasa. Tetapi itu membuat orang-orang yang sejak awal tidak menyukai Jungwoo hanya semakin mencelanya diam-diam.

Namun Jungwoo tidak peduli, di mata orang luar, sosoknya semakin sombong dan tinggi hati hari ini. Sengaja mengabaikan orang lain dan jual mahal.

Tetapi tidak ada yang memperhatikan sudut bibir Jungwoo yang mengering dan pucat.

Dengan begitu rapat dimulai.

Sebagai sekretaris Jaehyun, Jungwoo bertugas untuk menyiapkan materi dan menjelaskan beberapa hal sederhana pada Jaehyun. Saat ini, berdiri di sudut podium, Jungwoo memiliki pandangan yang buram, kepalanya pusing, melihat rangkaian kata-kata yang padat membuatnya mau tidak mau kehilangan fokus.

"Sekretaris Kim?"

Secretary KimOù les histoires vivent. Découvrez maintenant