Bagian 15

394 60 3
                                    

Pulang

Mata Jungwoo bersinar seolah-olah dia tampak hidup kembali. Jaehyun memperhatikan semua perubahan ekspresi yang ada di wajah pemuda itu. Hal itu diam-diam membuat suasana hatinya naik dan dia tidak bisa menahan diri untuk tidak tersenyum lembut.

Melihat interaksi keduanya, kedua perawat itu diam-diam menutup mulut mereka dan keluar dari sana, menyisakan ruang untuk kedua orang itu.

Jaehyun hanya tidak datang menjenguk Jungwoo selama beberapa hari, tetapi pemuda itu telah kehilangan banyak berat badan. Pakaian khusus pasien di tubuhnya bahkan tampak sangat longgar dan kosong, ketika Jaehyun maju untuk memeluk pemuda itu, dia bisa merasakan pinggangnya yang dulu ramping kini semakin mengecil.

"Apa kau makan dengan baik?" Jaehyun melepas pelukannya, meraih wajah Jungwoo dengan kedua tangannya dan merasa agak tertekan.

Jungwoo mengangguk sekali dan alis Jaehyun juga tertekuk ke dalam dengan raut wajah tidak percaya.

"Selama aku tidak ada, apakah kau jadi anak yang baik?" Dia mengelus rahang tajam milik Jungwoo dengan gerakan yang sangat lembut. Jaehyun takut sedikit gerakan berlebih akan membuat pemuda yang rapuh itu patah.

Jungwoo menggumamkan 'um' kecil.

Jaehyun menatap pemuda itu dengan curiga, "Lalu kenapa kau tidak mendengarkan nona perawat dan pergi keluar untuk jalan-jalan?" Nadanya datar seperti biasa, tetapi ada perasaan diinterogasi dan membuat Jungwoo sedikit gugup.

"Aku... Menunggumu."

Keduanya terdiam.

Alis Jaehyun mengendur, pandangannya menjadi lebih lembut dan penuh kasih. Lagi, dia kembali tersenyum lembut dan dengan senang hati mencium kening pemuda itu.
"Good boy~ I miss you."

Jungwoo tidak menahan diri dan langsung memeluk pria itu. Membenamkan wajahnya di ceruk leher Jaehyun dan menghirup aroma tubuh Jaehyun yang dia rindukan. Aroma yang akrab membuatnya tidak ingin melepaskan diri dan tidak akan membiarkan pria itu pergi lagi. 

Jaehyun mengelus lembut surai Jungwoo dan juga tidak berniat melepaskan pelukan mereka. Dia hanya merasa bahagia saat ini.

Tetapi mengapa rasanya seperti lehernya basah?

"Baby? Kenapa menangis sayang?" Jaehyun dengan hati-hati mengusap air mata yang mengalir tanpa henti dari sudut mata pemuda itu. Nada bicaranya lembut, ada senyum membujuk di wajahnya tetapi alisnya jelas mengerut.

Jungwoo hanya menggelengkan kepalanya dan berkata, "Tidak, aku hanya terlalu senang melihatmu. Mungkin karena aku sangat merindukanmu?!"

Sangat manis~ miliknya sangat manis.

Jaehyun segera mengecup kelopak mata pemuda itu dan kembali memeluknya.
"Tidak apa-apa, aku di sini sekarang."

Jungwoo menggumamkan 'um' pelan.

Jari-jarinya yang pucat dan ramping itu mencengkeram erat jas milik Jaehyun, seolah-olah dia takut bahwa orang di depannya ini akan lari dan pergi darinya kapan saja jika dia tidak menggenggamnya.

Jungwoo melonggarkan pelukannya dan menatap Jaehyun dengan penuh harap, "Jaehyun... Aku sudah sembuh, jadi biarkan aku kembali bekerja."

Kening Jaehyun mengerut, "Tapi, kau belum–"

"Ku mohon... Aku tidak ingin tinggal di rumah sakit..." Aku tidak ingin sendirian di sini.

Di balik lengan panjang pakaian rumah sakit khusus pasien, tersembunyi di pembuluh darah biru tua pada kulit putih milik Jungwoo. Tidak ada yang menyadari, bahwa ada begitu banyak memar akibat tusukan jarum di tangan pemuda itu.

Wajahnya mencoba tersenyum, tetapi dia mulai menyakiti dirinya sendiri.

Jungwoo mencengkeram pinggang Jaehyun dengan erat, begitu erat sehingga tubuhnya yang kurus itu ikut gemetar. Dia tampak lemah di luar, tetapi kekuatan yang dicurahkan pemuda itu untuk menggenggamnya membuat Jaehyun tidak bisa melarikan diri sama sekali.

Jaehyun mencoba membuka mulutnya tetapi tidak bisa mengatakan lebih banyak, "Aku–"

"Ku mohon... Jangan meninggalkanku, jangan menolakku..." Takut mendengar jawaban yang tidak ingin dia dengar, Jungwoo sekali lagi mengubur dirinya dalam pelukan Jaehyun.

Buku-buku jari milik pemuda itu memucat kesakitan akibat mencengkeram terlalu erat, tetapi dia benar-benar tidak ingin melepaskannya. Melihat ke bawah, penampilan pemuda itu begitu lembut namun juga rapuh. Suaranya bahkan gemetar ketika memohon.

Jaehyun tidak tahu mengapa dia tidak bisa menjawab untuk waktu yang lama.

"Baiklah, kita pulang. Aku akan membawamu ke rumah." Jaehyun menghela nafas dan mengelus surai lembut Jungwoo.

Jawaban pria itu membuat Jungwoo tercengang dan mendongak seketika. Melihat pria itu tersenyum, Jungwoo tahu bahwa dia tidak salah dengar, dia senang. Maka Jungwoo segera memberi pria itu sebuah kecupan manis di pipi.

Bahkan setelah bertingkah manis seperti itu, ekspresi wajah Jungwoo masih tidak memiliki perubahan yang nyata. Tapi ada senyuman kecil yang terbit secara alami dari bibir pemuda itu. Terlihat canggung tetapi sangat menggemaskan.

Jaehyun tidak tahan untuk tidak mencium bibir pemuda itu.

Mereka saling menyatukan kening, Jaehyun  dengan sigap menahan tubuh pemuda itu yang menjadi lembut. Beberapa saat kemudian dia menuntun pemuda itu untuk duduk di ranjang miliknya sementara dia membereskan barang-barangnya.

Jungwoo diam-diam meremas lengannya sambil memperhatikan pria yang tampak sibuk itu. Dia ingin membantu tetapi Jaehyun tidak akan mengizinkannya, jadi dia hanya bisa duduk dengan tenang sebagai penonton. Pemuda itu berpikir bahwa seperti ini juga tidak buruk, Jaehyun yang merawatnya dengan baik dan memperhatikannya, dan mereka akhirnya akan kembali ke rumah bersama.

Jaehyun tentu tidak lupa berbicara dengan dokter yang merawat Jungwoo terkait permintaan pemuda itu untuk di rawat di rumah. Mengingat kondisi mental Jungwoo yang membutuhkan pengamatan dokter membuat Jaehyun khawatir.

Untungnya sang dokter membiarkan mereka kembali, lagipula menahannya tidak akan menjamin kondisi pemuda itu akan lebih baik. Dokter hanya meresepkan beberapa obat dan memberikan kontak psikiater profesional kepada Jaehyun, berpesan pada pria itu untuk membawa Jungwoo apabila memiliki waktu luang.

Dengan begitu keduanya kembali ke mansion milik Jaehyun.

Jungwoo tidak benar-benar tinggal di mansion Jaehyun, sesekali pemuda tersebut hanya akan berkunjung ketika Jaehyun memanggilnya. Itu sebabnya dia memiliki apartemen atas namanya sendiri.

Memasuki tempat yang akrab, Jungwoo merasa lega dan sedikit lebih baik. Tetapi di bawah sana, tangannya tidak pernah melepaskan dari genggaman Jaehyun. Jika itu terlepas, dia akan meraih sudut pakaian pria itu.

Jaehyun menyadarinya dan hanya menganggapnya lucu.

"Sayang, kau pergilah ke kamar dan istirahat sendiri, aku akan menyusul mu segera, masih ada beberapa hal yang harus ku selesaikan." Jaehyun mengusap bagian belakang leher Jungwoo seolah menenangkan seekor anjing kecil ketika dia mengatakan kalimat tersebut.

Jungwoo mengangguk patuh, tetapi dia tidak segera naik melainkan tampak sedikit ragu sebelum kemudian berkata, "Itu.. bisakah aku tidur di kamar mu?"

Jaehyun mengangkat alisnya sejenak, tetapi dia tidak menolak dan membiarkan pemuda itu naik ke kamarnya. "Tentu saja, istirahatlah dengan baik. Aku akan segera naik."

Membuka pintu kamar, suasana abu-abu dan hitam yang modern dan minimalis segera menyapa pandangan Jungwoo. Berjalan masuk, Jungwoo dapat merasakan aroma Jaehyun di seluruh ruangan itu.

Sekalipun Jaehyun tidak ada di sana, tetapi sesaat rasanya seperti pria itu ada bersamanya. Berbaring di ranjang dan di kelilingi oleh aroma Jaehyun, Jungwoo tertidur dengan nyaman.

Secretary KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang