Bagian 6

546 68 3
                                    

Dia adalah Dunia dan Keberuntungannya

Jungwoo berbalik dan berjalan pergi meninggalkan Jaehyun. Keluar dari ruangan itu perasaannya sangat tertekan, dia seakan tidak bisa bernafas dan merasa sesak di dadanya. Memasuki lift untuk turun ke lantai bawah, Jungwoo bersandar dan memegangi dadanya yang sesak.

Pandangannya kosong dan layu, tidak ada semangat di matanya. Begitu pintu lift terbuka, Jungwoo berjalan keluar dengan pelan dan sedikit linglung. Supir yang mengenali sosoknya segera menghampiri dan mengantarnya ke mobil.

Jungwoo tidak yakin apa yang dikatakan orang itu, dia masih berdiri kaku di depan gedung perusahaan. Dia mendongak dan menatap jauh pada bagian atas gedung tempat ruangan Jaehyun berada.

Jungwoo mencoba menebak, dari posisi setinggi itu, apakah Jaehyun bisa melihatnya?

Sepertinya tidak.

Karena pada kenyataannya bahkan walau pria itu tidak bisa mengantarnya pergi, dia juga tidak membuang waktu untuk melihatnya pergi dari balik jendela, lagipula hal-hal terlihat begitu kecil dari atas sana.

Sinar matahari membuat Jungwoo kembali pusing dan segera menurunkan pandangannya. Tanpa menatap supir yang sedari tadi mengarahkannya ke mobil, dia berjalan lebih dulu.

Mobil melaju dengan kencang, tetapi semua kebisingan dunia itu hanya lewat sejenak di telinga Jungwoo, dia mengabaikannya.

Pikirannya terpecah menjadi dua. Sisi yang satu terus menerus mengulang kembali ucapan Jaehyun padanya sementara sisi yang lainnya berteriak, dia tidak ingin pergi.

Namun pada akhirnya, di sinilah Jungwoo sekarang. Memasuki mansion megah dan berjalan ke kamarnya dengan linglung.

Begitu dia masuk ke dalam kamarnya, dia langsung berbaring di ranjang yang begitu besar. Pandangannya kosong dan hatinya gelisah. Pikirannya berkecamuk.

Jungwoo membiarkan dirinya terjebak dalam semua anxiety dan overthinking ini. Perlahan dia merasa kedinginan, di tengah-tengah area itu dia hanya menempati sebagian kecil dan meringkuk di sana, tampak sangat menyedihkan.

Jungwoo menutup matanya, udara di sekitarnya jelas terasa sangat dingin, tetapi tubuhnya sepanas kompor. Kesadarannya perlahan kabur dan jatuh tertidur. Dalam suasana perkelahian es dan api di tubuhnya, beberapa gambar melintas di pikirannya.

Awalnya itu gelap, sangat gelap dan tak berujung. Tetapi kemudian sebuah cahaya muncul di salah satu arah dan menerangi sekelilingnya. Jungwoo kini bisa melihat sosok bercahaya itu.

Di tengah gelap itu, berdiri di ujung sana, Jaehyun mengulurkan tangannya dan menariknya untuk masuk kedalam lingkaran cahaya miliknya.

Rasanya hangat.

Ketika Jungwoo berpikir bahwa hidupnya telah kehilangan cahaya dan akan terus dalam keterpurukan, Jaehyun tiba-tiba muncul dalam hidupnya bak matahari di musim panas yang bersinar terik. Jungwoo berjanji pada dirinya dia tidak akan melepaskan tangan yang meraihnya.

Sejak saat itu dia selalu mengejar sosok tegap Jaehyun dari belakang, matanya hanya menatap pada satu orang, dan di hidupnya hanya ada Jaehyun.

Jika Jaehyun tidak membutuhkannya lagi...

Maka seluruh dunianya telah meninggalkannya.

Terjebak dalam perasaan ini, Jungwoo berbaring dalam demam dan butuh 3 hari penuh untuk pulih.

Ketika dia merasa lebih baik, Jungwoo akhirnya kembali bersiap. Mengenakan jasnya yang telah digosok rapih dengan teliti dan mengatur rambutnya agar tidak menutup matanya.

Menghadap ke depan cermin, Jungwoo berdiri diam selama beberapa saat menatap pada wajahnya yang kaku. Dia mengerutkan bibirnya, mencoba tertawa tetapi wajahnya tidak bisa terangkat.

Lengkungan yang sedikit ke atas hanya bergerak di sudut mulutnya, pantulan di cermin menampilkan ekspresi yang begitu kaku dan kering. Dia bahkan terlihat lebih buruk dibandingkan orang yang menangis.

Abaikan saja, itu tidak akan berhasil.

Jungwoo berjalan keluar dari kamarnya menuju ke ruang kerja Jaehyun. Ketika pemuda itu masuk, Jaehyun sedang duduk dengan kening mengerut dengan iPad di pangkuannya. Suara langkah kaki Jungwoo membuatnya terganggu dan segera mengangkat kepalanya.

Melihat Jungwoo sudah tiba, alis Jaehyun mengendur. Dia telah terbiasa dengan Jungwoo yang melakukan segala sesuatu untuknya, kinerja Jungwoo benar-benar teliti dan bersih. Maka tiga hari terakhir ketika dia tiba-tiba mengganti Jungwoo dengan orang lain sebagai sekretarisnya, terdapat banyak kesalahan yang terjadi.

Itu cukup menyesakkan.

"Bersiaplah, kita akan berangkat ke kota J untuk perjalanan bisnis malam ini."

"Baik." Jungwoo segera mengangguk dan setuju.

Dia tidak memiliki banyak barang untuk dibawa, hanya 2 potong jas formal dan pakaian santai serta beberapa dokumen untuk hal-hal di sana. Mereka segera berangkat tanpa kendala apapun.

Butuh waktu sekitar 2 jam untuk sampai ke kota J dari kota ini menggunakan pesawat. Memanfaatkan waktu yang ada, Jaehyun memejamkan matanya untuk beristirahat dan menjaga kesehatannya. Namun beberapa saat kemudian dia mendengar Jungwoo sedikit berbisik.

"Ah, dia tertidur" 

Tidak merespon, detik berikutnya Jaehyun bisa merasakan dia ditutupi dengan selimut tipis tapi lembut oleh pemuda itu. Gerakannya sangat halus, seolah-olah takut membangunkannya.

Untuk menyelimutinya, Jungwoo berdiri dan membungkuk ke arah Jaehyun. Pria itu bisa mencium dengan jelas aroma tubuh pemuda itu. Ketika pemuda itu menjauh dan duduk kembali di posisinya, Jaehyun mengangkat sedikit kelopak matanya dan menatap pada pemuda itu.

Jungwoo tidak memperhatikan tatapan Jaehyun, dia masih menunduk dan sibuk memilah beberapa dokumen di tangannya. Sepotong leher yang ramping menjuntai di hadapan mata Jaehyun, dia juga bisa melihat punggung yang lurus dan pinggang yang ramping terbungkus rapih oleh jas pemuda itu.

Rahangnya memiliki lekukan halus yang kentara. Lebih jauh ke bawah, jakun kecil yang lucu menonjol dan berguling sedikit setiap kali pemuda itu menelan.

Pandangan Jaehyun tanpa ia sadari melembut dan dalam. Ketika dia mengangkat matanya, dia tiba-tiba melihat bahwa wajah Jungwoo terlihat begitu putih tetapi tidak normal dan justru terlihat seperti orang yang sakit-sakitan. Wajah putihnya bersinar melebihi rambut hitamnya, membuat Jaehyun mengerutkan kening.

Apa dia masih sakit?

Tetapi suasananya cepat berlalu, Jaehyun memejamkan matanya kembali, bibirnya yang tipis menekan dengan kuat, sudut mulutnya terlihat dingin dan acuh tak acuh. Dia tertidur.

Dengkuran halus membuat Jungwoo yakin bahwa pria itu telah tertidur. Dia tersenyum dalam hatinya dan memandang pria itu tanpa bosan.

Bukankah dia sangat beruntung memiliki Jaehyun di hidupnya?

Secretary KimDonde viven las historias. Descúbrelo ahora