🐇TOA-Mafia vs Mafia 4🐇

2.9K 868 88
                                    

Kayanya ini sampai Dunia Mafia aja kali ya? Soalnya kuliat vote jimplang, komen susah penuh, entah apa mau kalian ini.

Ayo lah, sider jangan berulah terus, gak capek apa dari part prolog sampai disini, gak pernah vote, kek setan banget.

Udalah, vote diawal atau diakhir chapter.

200 vote dan 70 komen, ini, kalau gak penuh, fiks bakal berhenti di dunia Mafia aja, gak usah ada Misi selanjutnya.

Happy Reading

Airan termangu diam di dalam kamarnya, dia menatap buku di meja yang bertuliskan misi nya kali ini.

"Aku sudah menyelesaikan 3 misi, membunuh 350 musuh Laksmana dan mendapatkan Air Mata Keabadian, memutuskan pertunangan dengan Guanyu, berarti tinggal 3 lagi."

3 misi lagi yaitu, melindungi Gibran, membunuh Red White Girl dan menjauhi Junia dan Viola.

"Aku kan sudah menjauhi mereka, tapi mereka saja yang selalu mendekatiku." gerutu Airan kesal.

Misi ini terlalu semraut, terlalu ribet karena kedatangan Guanyu, pasti setelah ini akan ada kedatangan yang lain lagi.

"Aku rasa, Misi Kekaisaran Harem itu ada hubungannya sama kehidupan ku sebelum jadi penyintas." gumam Airan.

Pertama Juhan, sosoknya selalu muncul setelah misi Kekaisaran Harem, lalu Vio sedari awal memang sudah ada, dan saat ini Duguan, ada berapa orang lagi yang akan muncul.

"Aku cuma takut Sistem mengetahui hal ini, pasti kebocoran akan segera diberitahu. Target bernama Guanyu mendapatkan ingatannya."

Hela napas Airan berikan, dia mengetuk jarinya di meja lalu menelungkupkan wajahnya di meja.

Memejamkan matanya dan memilih untuk istirahat, kepalanya sakit memikirkan misi kali ini, biasanya Airan gak terlalu pusing.

Cuma, misi yang ini melibatkan banyak orang, Jun, Vio, Guan, Gibran, nah nanti siapa lagi yang bakal terlibat.

"Kapan ingatanku pulih sepenuhnya,"

Airan masih mendapatkan setengah dari ingatannya, itu pun masih diawal-awal, bukan inti ingatan atau inti masalah.

Dan lagi Airan tau siapa pendiri Organisasi Penyintas ini, sudah tau dan sudah menduga orang itu adalah dalangnya.

Cuma, selama ini orang itu belum muncul, jadi Airan belum terlalu yakin.

Licyo yang sedari tadi berdiri dipintu kamar Airan hanya tersenyum sendu, dia berjalan masuk ke arah kasur, mengambil selimut lalu memakai kannya ke tubuh Airan.

"Kamu tenang aja, aku dan tubuh asliku akan berusaha melepaskan semua ini agar kamu bisa mendapatkan kembali ingatan kamu, agar semua selesai." bisik Licyo seraya mencium kepala Airan pelan.

Licyo akui, misi kali ini diluar perkiraan, tersisa 3 misi lagi.

Melindungi Gibran, membunuh Red White Girl dan menjauhi Junia serta Viola.

......

Viola dan Junia berjalan dengan tenang di koridor kampus, sudah sebulan mereka disini, dan banyak sekali luka yang sudah mereka berikan pada Airan.

"Misi ini aneh." cetus Junia.

"Iya, sangat aneh malah." sahut Viola yang sibuk memainkan helaian rambut putihnya.

Keduanya banyak yang suka, cuma, mereka hanya mau Airan saja.

"Itu Airan," Junia mengulas senyum cerah, hari ini mereka tidak dikendalikan, berarti mereka bisa mendekati Airan tanpa harus melukainya.

"Airan!" seru Viola semangat.

Airan mendongak, menatap keduanya tajam lalu mendecih tak suka, misi menjauhi Junia dan Viola harus dilakukan.

"Ayo pergi." ajak Airan seraya menarik Licyo agar menjauhi keduanya.

"Loh-loh? Airan tunggu!" Viola berlari cepat mengejar Airan yang pergi bersama Licyo.

Dia menahan tangan Airan dan melepaskan genggaman Airan dengan Licyo "Kamu kenapa sih? Jangan gitu, kita lagi gak dikendalikan, jadi jangan jauhin aku." mohon Viola melas.

Airan mendesis tak suka, dia menepis tangan Viola lalu mendorongnya kuat.

"Kau itu, gila, udah nge bully dan sekarang bahas sesuatu yang gak jelas, jauh-jauh!" bentak Airan kuat.

Viola diam, wajahnya memerah menahan air mata yang siap tumpah.

"Ai.." lirihnya pilu.

Junia tak berani berkata apapun, dia tak mau ikut campur karena takut kena amarah Airan yang sedang dikendalikan.

"Menjauh dariku Viola, dan kau juga Junia."

Airan kembali menggenggam tangan Licyo dan pergi dari sana, meninggalkan Viola dan Junia yang masih diam.

"Vio, misi kali ini kita nurut aja sama Sistem. Biar cepat selesai dan biar aku bisa nyari tau penyebabnya, kau jauhi Airan, aku juga akan lakukan itu, biarkan Airan menyelesaikan misinya, mengerti?"

Viola menghela napas panjang kemudian mengangguk, nampaknya di misi kali ini dia harus nurut sama sistem pusat.

Termasuk membunuh Airan nantinya, tak apa, biar misi ini cepat selesai dan berlanjut ke misi yang lain.

Viola tak suka misi disini, sudahlah se gender, dikendalikan sistem pula tuh, ribet.

Kasihan juga sama Airan yang harus dibully terus.

Memang lebih baik nurut aja.

🐇Bersambung🐇

Transmigrator of Antagonis [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang