17. °Uji Coba°

90 9 29
                                    

Selepas dari hari kegelapan itu. Aku selalu menjauh memberi jarak bermeter meter dari mereka. Bodo amat mereka memasang wajah memelasnya yang seperti kucing. Nyawaku dan harga diriku untuk tetap teguh pada kehidupan ini dipertaruhkan.

"Name san, apa menurutmu aku bisa melakukannya?"

Aku yang masih berjalan bersama Kuroko di koridor menjawab tanpa ragu, "Tentu saja kau bisa!"

Ya, karena itu takdirmu untuk bisa melakukannya. Aku pikir kalau ini pasti akan berhasil. Apalagi Kuroko juga sudah memiliki hubungan lebih dekat dengan yang lain. Terasa seperti orang dalam sih.

Kuroko yang sudah mengganti pakaiannya dengan pakaian basket kini menuju pada aula utama, tempat ia akan diuji oleh Akashi dan Nijimura. Dan tugasku di sini sekali lagi hanya mengamati. Sambil memastikan Kuroko akan memenuhi takdirnya yang membahagiakannya.

"Ah Name kau di-"

Ya, aku belum terbiasa dengan Akashi untuk sementara waktu. Jadi aku menggunakan isyarat stop agar Akashi tidak mendekat lagi. Sungguh, aku masih pengen hidup bahagia nyaman dan tentram, bukan mati muda karena melihat cahaya ketampanan buatan Tuhan.

Nijimura senpai terlihat tertawa, ya aku memakluminya karena bagaimanapun hatiku sedang alergi pada para pelangi ini. Bisa dibilang ini perang dingin dari serangan aegyo mereka.

"Jadi kita akan memulai uji coba ini dengan pertandingan tim antara kelompok dua dan tiga, kau akan membantu kelompok tiga agar kami bisa menilaimu," Wah Nijimura senpai benar benar berwibawa untuk tugas mulia ini. Kuroko, lihat, bahkan jalanan penuh bungamu dikawal oleh malaikat sepertinya.

Kuroko mengangguk. Uh, kenapa anak ayam biru ini begitu imut.

"Name san, aku berharap kau memberikan semangat hanya untukku, aku akan berusaha keras untuk kisahku yang kau nantikan," Kuroko meraih tanganku lalu mengarahkannya pada pipinya. Matanya terpejam terlihat menikmati sentuhan dari tanganku. Ah, Kuroko benar benar ya, bagaimana bisa sesuatu seperti ini normal untuk hubungan teman baginya?

Tak sampai tiga menit, Kuroko melepaskan tanganku lalu tergerak untuk mendekati kelompoknya. Bel pertandingan berbunyi dan bola basket mulai dilemparkan untuk diperebutkan.

Jujur saja, aku benar benar cemas menantikan hasilnya. Bagaimana kalau campur tanganku malah membuatnya berubah? Aku memainkan tanganku dan meremasnya, menyalurkan kegugupan melalui itu. Belasan menit, pertandingan terlihat tak seimbang, kelompok dua memimpin jauh pertandingan. Aku tidak mengerti. Kenapa Kuroko tidak segera menunjukkan bakatnya? Waktu bisa segera habis kalau selisihnya terlalu jauh begini.

Di tengah kekalutan itu, pundakku ditepuk oleh seseorang, dan itu ternyata Nijimura senpai, "Tenanglah, Name. Semuanya punya waktu untuk bersinar."

Senyuman itu tenang, sabar menanti dari bakat terpendam Kuroko. Itu membuatku lebih baik dan kemudian membalas senyumnya. Tangan besarnya tergerak mengacak acak rambutku dengan gemas dan kali ini aku membiarkannya karena Nijimura senpai sudah menyadarkanku.

Di menit kedua puluh aku tetap bersabar. Poin di antara kedua tim berselisih sekitar dua puluh angka. Aku mengumpulkannya. Semua yang kupendam selama aku melihat kalian semua. Teriakan pertama yang menyemangati awal kisah ini.

"Kuroko! Aku mendukungmu jadi penuhilah takdirmu!" Ini terasa melegakan sekaligus memalukan. Napasku jadi terengah engah karena tenagaku terpusatkan untuk teriakan itu.

Tepat pada menit ke dua puluh tiga, alur permainan berubah. Bola yang mudah berbelok tajam itu mengejutkan seluruh yang hadir di sana. Bahkan yang menerima bola basketnya juga terlihat tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Perasaan ini semakin kuat. Roda waktu berputar. Dan aku melihatnya tepat di depanku secara lansung. Bukan dari layar tipis bercahaya pendar itu.

GTDA (Kuroko No Basuke x Reader)  ■ Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang