27. ° Hari Biasa °

62 10 33
                                    

Ini hari yang biasa untukku sekarang. Sarapan sambil menatap kursi kosong di depanku. Kursi yang biasanya diduduki oleh seseorang yang menikmati kopi hitamnya dan pancake saus maple nya, di tangannya pun sudah membentangkan koran untuk dibacanya dengan kacamata bingkai perseginya. Dan saat aku datang, biasanya orang itu akan menceramahiku untuk segera makan, bukan seperti sekarang yang aku membiarkan sehelai roti dan terbukanya selai coklat kesukaannya.

Semua ini terasa seperti nostalgia saja padahal baru sebentar aku merasakannya. Ciel yang sudah sibuk semakin sibuk karena skandalnya. Padahal dia pasti masih terasa seperti hidup dan mati dengan keadaan sakitnya.

Dan setelah sarapan sederhana, rutinitasku dilanjutkan dengan berjalan menuju sekolah. Untuk disambut dengan lemari sepatu yang diisi dengan sampah dan sepatu yang terbuang ke tempat sampah.

Tawa terkikik terdengar di belakangku, sepertinya ini cukup lucu ya. Untung saja aku selalu menyiapkan sepatu cadangan untuk masuk sekolah meski itu berbeda jadi aku memakai itu, untungnya juga tempat sampah itu hanya dipenuhi plastik dan kertas bukan sisa makanan jadi aku bisa mengambil sepatuku yang masih aman.

"Name, berikan sepatumu aku akan membersihkannya," Midorima muncul di belakangku dan mengulurkan tanganku. Midorima satu satunya yang tau keadaanku sementara para pelangi itu sibuk dengan dunianya. Itu bagus, aku tidak ingin ada yang terlibat lagi selain Midorima.

"Tak perlu, aku bisa melakukannya sendiri, lebih baik kau segera masuk ke kelasmu, Midorima," Lebih baik menolaknya sebelum Midorima ikut mendapat masalah. Yah, meski Midorima tidak sepopuler Akashi juga lainnya, tidak baik kalau Midorima jadi terlibat rumor denganku.

Midorima menurutinya jadi dia pergi walau dia tidak bisa menahan dirinya untuk tidak menoleh ke denganku. Jadi aku membalasnya dengan senyum.

Sepanjang lorong begitu sunyi. Sekolah masih sepi saat itu karena aku berangkat dua jam lebih awal dibanding waktuku biasanya.

Alasanku? Untuk membersihkan semua kekacauan nya tentu saja karena aku tidak ingin ada yang tau lebih banyak. Cukup aku dan orang orang itu yang rela melakukannya ini. Aku akan menghadapinya sampai Ciel bisa membuktikan apa yang dia katakan.

Aku membersihkan mejaku yang penuh sampah dan menaruh barangku di loker dan tasku. Lalu pergi ke tempat spesialku.

Tempat spesialku dengan Mura yang hanya aku dan dia yang tau. Namun sebelum mencapai sana, seseorang menghadangku.

"Hei, kau mau kemana sendirian begitu? Mana lobak hijau yang selalu membantumu itu?"

Aku hanya menatap kumpulan wanita itu. Setelah kejadian aku ditolong Midorima itu, kelompok wanita di kelasku itu mengatakan omong kosong kalau aku memulai lebih dulu dan itu disetujui yang lain juga. Makanya sekarang jadi ada beberapa orang yang hobi mengangguku.

Seseorang merangkulku dan terkikik, "Jangan dingin begitu dong. Kan kami mau menyapamu. Apa kau ingat ada yang sampai lebam karenamu?"

Wanita berambut coklat itu mengangguk dengan senyum, "Ya, bukankah kita juga bisa menghiasi wajahmu?"

Hiasi saja wajahmu sendiri bangsat. Namun, sebelum aku membuka mulutku, punggungku terasa didorong dengan tapak sepatu hingga aku terjatuh. Terjatuh ke depan dengan posisi memalukan, tersungkur di bawah mereka. Aku bisa merasakan punggungku ditahan dengan kaki seseorang sementara tanganku diinjak oleh wanita berambut coklat itu.

"Aku ingin menghiasi wajahmu dengan cantik sampai mereka jadi ketakutan dengan kecantikanmu, Name," Wanita itu berjongkok dan menarik rambutku untuk membuat wajahku mendongak ke arahnya.

Tentu saja aku tau dia. Dia wanita paling populer di sekolah ini, dari kelas A. Dan dia juga yang dirumorkan punya hubungan spesial dengan seseorang di klubku. Kalian bisa menebaknya.

GTDA (Kuroko No Basuke x Reader)  ■ Season 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang