chapter 29

3.8K 30 0
                                    

Inez tak memberikan jawaban atas pertanyaan dari bosnya hanya menganggap sekedar basa-basi. Menatap binar wajah pria kekar dengan bening indah bola matanya, membuka kaca mata menaruhnya di pinggir di atas meja kecil.

"Apa yang kau inginkan dariku pak?" Tanyanya lembut sembari tangan mengikat rambut panjang tergerai nya.

Baru kali ini pak Arga mendengar pertanyaan semacam ini, meskipun banyak wanita yang telah tidur bersamanya tapi tidak sampai menanyakan hal semacam itu.

"Apa aku harus menjawab pertanyaanmu? Cantik?"

"Kalau bapak terasa terganggu dengan pertanyaanku barusan, lupakan saja." Ketusnya santai.

"Baiklah, pertanyaanmu akan ku jawab setelah ini."

Pak Arga segera memulai aksinya, terlebih dulu ia melucuti pakaian yang di kenakan Inez. Membukakan kancing blues satu persatu, Inez ternyata memakai dalaman berupa tank top berwarna hitam, menutupi sampai bawah bongkahan bukit kembarnya. Dapat terlihat perut langsing putih mulusnya di hiasi pusar di tengahnya.

Kemudian pak Arga melucuti bagian bawah yang mengenakan rok mini ketat, pelan-pelan ia membukanya lalu melorotkan rok mini tersebut kebawah.

Matanya terbelalak tak berkedip, ia terkagum kagum dengan isi dalam roknya. Pinggul dan bongkahan bokong sintal nampak segar bugar, mulus dan lembut. Aroma wangi tubuh Inez menyerbak meruntuhkan akal dan pikiran sang bos besar.

Inez hanya mengenakan CD tipis berwarna pink berenda motif bunga. Akal sehat dan pikiran jernih pak Arga telah terkikis oleh kemolekan tubuh Inez yang aduhai, membutakan setiap mata lelaki yang beruntung dapat menyaksikannya.

Pak Arga sudah tidak sabar, ia sama sekali belum membuka satu pun pakaiannya. Tapi langsung menerjang tubuh Inez yang sangat indah bak gitar spanyol. tubuh bagian atasnya mengembang berhiaskan dua bukit sintal nan indah meski masih terbalut tank top, bagian perutnya begitu ramping namun pas menuju bagian bawahnya begitu padat mengembang.

Dari depan bagian organ kewanitaan milik Inez terlihat menyembul dari balik CD minimnya, bulu-bulu halus hitam sedikit mengintip dari celah CD.

Jakun pak Arga turun naik menatap kemolekan tubuh halus hangat milik Inez, ia segera mengambil posisi untuk melakukan pemanasan. Inez dalam posisi tidur telentang menghadap langit-langit, bos nya berada di samping dengan posisi menyamping menghadap Inez.

"Pelan-pelan saja yah cantik, aku ingin menikmati setiap inci tubuh mu yang begitu sangat menggairahkan."

Inez tersenyum dan mengangguk, lalu memejamkan matanya sesaat tanda ia siap dinikmati oleh bosnya. Pak Arga membelai wajah lembut putihnya, memberikan kecupan manis di bibir. Lalu menjalar ke leher jenjangnya.

Tangan mulai menggerayangi bagian dada, meremas bagian kiri buah dadanya yang membusung tertutup tank top. Jari tangannya terkadang memelintir puting kecil.

Inez menghela nafas, perlahan irama nafasnya mulai memburu merasakan puting susunya di mainkan oleh jari nakal sang bos besar. Pak Arga begitu menikmati setiap hembusan nafas yang tercium wangi dari bibir dan hidung Inez. Membuatnya terhanyut tak henti-hentinya mengulum bibir ranum lembut merah merona.

Bibir merah merona milik Inez seolah menjadi candu bagi si tuan besar,

"Sslluurrrpptt,"

Bunyi yang terdengar ketika bibir bos menyeruput lidah lembut, memagut lalu menghisapnya kuat-kuat sampai Inez merasakan ngilu di lidahnya.

"Emmmpphh" pekik inez memejamkan mata menahan ngilu di lidah yang sedang di hisap oleh bosnya.
Bibir Inez nampak belepotan oleh liur yang keluar dari mulut bos besar.

Mulut dan lidah pak Arga mulai menjelajah lebih luas, perlahan merayap ke leher. Ia memposisikan kepala si Inez agar menengadah ke atas, dengan begitu leher jenjangnya dengan leluasa bisa di nikmati.

Mulut pak Arga menciumi leher yang nampak putih, menyingkapkan rambut yang menghalangi lalu berkali-kali menjilatinya sampai nampak basah mengkilap oleh liur. Pak Arga juga tak segan untuk menggigit kecil memberikan tanda merah di leher. Bukan hanya satu tapi beberapa tanda merah kecil nampak di leher sang gadis.

Ia merangsak ke bawah, pada bagian dada besar si gadis yang nampak membusung. Tangan menyingkap tank top dari bawah menggulungnya ke atas. Nampak dua buah bukit kembar yang ranum dengan putingnya berwarna merah muda.

Kedua tangannya memegangi dua gundukan kenyal tersebut, meremas perlahan lalu menekannya. Ujung pentil payudara terasa hangat kenyal di genggaman tangan bos besar, siap di lahap oleh mulut bos yang tengah bersiaga di depan pentil susu itu.

Lidah pak Arga mula-mula menjilati ujung puting merah muda bergantian dari yang sebelah kiri lalu ke kanan, Inez seakan malu menyaksikan puting payudara indahnya di jilati, ia memalingkan wajahnya seraya menggigit tipis ujung bibirnya sendiri.

"Ahh,, emmhh"

Desahan kecil keluar dari mulut si gadis ketika bibir bos menghisap kuat-kuat puting susu miliknya. Ketika pak Arga menghisap ujung puting sebelah kanan, tangannya tak berhenti meremas payudara sebelah kiri, begitu pula sebaliknya. Ketika payudara kiri yang di hisap dan di emut, payudara sebelah kanan yang di remas-remas.
Terus menerus remasan dan hisapan di lakukan oleh pria perkasa, hingga ia merasa puas dengan payudara montok milik stafnya.

Setelah beberapa saat pak Arga merasa pemanasan telah dirasa cukup. Sejenak ia menghentikan aksinya untuk membuka seluruh pakaian. Kini pak Arga telah telanjang bulat, otot-otot besar nan perkasa nampak di pelupuk mata sang gadis.

Ia tercengang mata beningnya melotot ketika melihat batang kejantanan milik bosnya yang begitu jauh lebih besar dan panjang di bandingkan dengan kejantanan milik pacarnya sendiri.

Tanpa di suruh si Inez bersiap memposisikan tubuhnya senyaman mungkin, meski masih agak malu-malu Inez tetap membukakan jalan untuk memuaskan hasrat sang bos besar.

Namun nahas,
Ada kejadian diluar dugaan mereka. Tiba-tiba saja ponsel milik Inez berbunyi, panggilan video call dari pacarnya masuk menghubungi Inez. Tatapan mereka kompak tertuju pada suara ponsel yang di taruh di meja kecil samping tempat tidur.

"Sebentar pak" Inez mendekati meja tempat ia menaruh ponselnya.

"Siapa Nez? Ganggu aja.!" Tanya pak Arga sedikit kesal, sedang tanggung-tanggung nya padahal ia hendak melesakkan batang kejantanannya.

Inez menatap ponsel yang masih berdering, lalu kembali menatap bosnya.

"Emmm, pacar aku pak."

"Pacar kamu? Jadi kamu sudah punya pacar?"

"Iya pak cuma pacar, tapi belum sempat tunangan sih."

Pak Arga sedikit kecewa dengan pernyataan Inez.  si Inez tak mau membuat bos besarnya kecewa karena ulahnya. Namun di sisi lain ia juga harus memberikan perhatiannya pada sang kekasih.

"Pak, lanjut aja yuk tapi Inez mohon bapak jangan bersuara dulu ya? Please pak."

"Hmmm, kamu ini mana bisa kayak begitu?"

"Ayo dong pak, Inez juga kepengen ngerasain punya bapak?"

Akhirnya pak Arga menurunkan egonya demi melanjutkan pergumulan intim yang tertunda. Inez kembali pada posisi, tiduran terlentang membukakan paha lebar-lebar sedangkan tangan kanan memegang ponsel yang berhenti berdering.

Asal Kalian PuasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang