chapter 46

3.3K 27 0
                                    

Tubuh besar hitam berotot mengungkung tubuh hangat nan licin bermandikan keringat  sang sekretaris. Sodokan-sodokan kasar dan keras menghantam dari belakang.

"Uuughhh.. ahh.. ahh.. emmph.. aaww.. adduhh. Adudududuh.. aaahh." Wanita itu terus merintih sakit tapi ada rasa nikmat di balik sekian banyak penderitaan.

Walau hanya separuh batang kejantanan yang bisa masuk ke dalam rongga peranakan, tapi sudah cukup untuk bisa merasakan kenikmatan dari lubang kenikmatan si wanita cantik.

Batang penis besar dan panjang mengaduk-aduk isi rongga peranakan, keluar masuk dengan irama yang teratur tidak terlalu cepat. Ia nampak menikmati setiap sodokan-sodokan yang memborbardir lubang kecil.

"Oh, aahh.. hsstt aahh. Oh my God. Kamu nikmat sekali nona."

"Ahhh.. emmmpphh.. aaahhh.. aahhh. Saa.. kiit. Aww.. ahhh" Semakin lama rintihan si wanita semakin jelas di telinga, terkadang ia meronta ingin segera mengakhiri persetubuhan yang amat menyiksa.

Rintihan dan tangisan si Nella malah membuat sensasi unik tersendiri bagi si pria hitam, menjadikannya sebagai acuan ritme permainan. Semakin merintih maka si pria akan menambah penderitaan si wanita. Terbukti dari cara ia menghentakkan badannya, semakin keras menusuk-nusuk lubang kecil milik si sekretaris.

"Plokk...!"
"Plokk...!"
"Plokk..!!"

Setiap hentakan keras terasa sampai menusuk hingga ke mulut rahim. Di setiap hentakan nya pula tubuh Nella selalu bergetar hebat tak kuasa dengan irama permainan sang pria perkasa.

Gesekan-gesekan di dalam rongga peranakan antara permukaan batang kejantanan dengan dinding rongga kewanitaan yang begitu sempit membuat rasa perih bagi si Nella, namun sangat nikmat buat si klien.

"Aahhh.. aaawww.. hikss.. ugghh. Hahh.. "
ia terus menerus membuat si wanita menjerit kesakitan.

Sudah sekian lama batang kejantanan pria perkasa itu mengobrak-abrik lubang kenikmatan, dan entah berapa kali si gadis mencapai puncak klimaksnya. Sehingga rongga peranakan terasa licin semakin memudahkan penis keluar masuk.

Si pria hitam itu juga ingin segera mendapatkan puncak kenikmatan yang ia tuju selama ini.
Ia meraih kedua tangan si wanita, menariknya dari belakang supaya batang kejantanan bisa lebih dalam masuk ke rongga kewanitaan.

"Ti.. ti.. tidak. Ja.. jangan pak. Aa.. aku mohon." Nella memelas.

Namun pria itu memegang erat kedua tangan menariknya ke belakang, lalu.

"SLLLEEBBB...!!!"

"Plokk plokk plokk plokk plokk plokk plokk plokk plokk plokk plokk.."
Si pria seperti kesetanan, dengan membabi-buta membenamkan hampir seluruh batang kejantanan lalu mengocok lubang kenikmatan si Nella dengan menusuk-nusuk kan batang kejantanannya lebih keras, dan lebih cepat.

Alhasil si wanita meronta-ronta, ia meraung-raung kesakitan. Seluruh tubuhnya kelojotan seolah tidak terima dengan benda asing nan panjang besar mengobok-obok vaginanya.

"Aaaaaaaarrrhhhhh,, aaarrkkkhh.. aahhhhh.. "

Suaranya begitu memekikkan telinga, hingga suaranya habis tak terdengar. Hanya tinggal tubuhnya saja yang kelojotan bergerak-gerak ke sana kemari.

Gesekan-gesekan kasar dan memaksa itu mengakibatkan luka lecet pada dinding rongga peranakan hingga berdarah. Betapa malangnya nasib yang di alami oleh si wanita cantik.

Lendir bercampur darah terciprat dari lubang kecil, sedang si pria hitam tidak menghentikan aksinya. Terus menusuk-nusuk lubang si wanita yang tengah berdarah.

"Ooouugghh.. ohh.. aahh. Ahh. Honey. Ohh.. . Ooooouugghhhh my God." Lenguh si pria hitam mendapatkan puncak klimaksnya, ia mengakhiri aksinya dengan menghujamkan batang jauh lebih dalam lalu menahannya sesaat sembari menarik kedua lengan.

"Cccrroooooottttt... cerrrrr.."

Beberapa saat Tubuh molek terangkat keatas, cairan kental sangat banyak memenuhi rongga peranakan sempitnya bercampur dengan darah. lalu terkulai dengan posisi telungkup di atas meja.

Nella langsung kehilangan kesadarannya, ia ambruk tidak kuat menahan kesakitan dan kepedihan yang mendera. Si pria segera mencabut batang kejantanan, dari lubang kenikmatan mengucur perlahan cairan kental bercampur darah.

"Nona.. nona, oh nona maaf jika saya terlalu memaksamu. Tapi kau begitu sangat menggairahkan." Ujarnya.

Pria itu segera mengenakan pakaiannya kembali, lalu pergi meninggalkan sang wanita yang telungkup di atas meja kerja sang bos.
Dari bibir vagina si wanita cantik itu masih mengalir sisa-sisa sperma berwarna kemerahan tercampur dengan darah dari dinding rongga kewanitaan.

Pria itu keluar dari ruangan tersebut dengan wajah berbinar, terpuaskan oleh kenikmatan yang diberikan oleh sang sekretaris yang malang.

"Let's go.!" Ajak si pria kepada rekannya. Mereka pun segera berlalu meninggalkan kantor tersebut.

Inez yang baru datang tak sengaja berpapasan di depan pintu kantor dengan kedua orang asing itu, mereka  berlalu di depan matanya begitu saja.

"Siapa mereka? Apakah tamu penting?"

Si gadis cantik berambut panjang berombak, tak terlalu memikirkan mereka ia melanjutkan langkahnya menuju meja kerja.

Tas kulit yang dibawanya ia letakkan di atas meja, menoleh ke kiri dan kanan. Mencari sahabatnya ke berbagai penjuru. Namun orang yang ia cari tidak menampakkan batang hidungnya.

"Kemana kak Nella ya? Ummmhh.. uhokk." Tangan menutup mulutnya sendiri, tiba-tiba ia merasa ingin muntah.

Dua hari setelah bercinta dengan sang bos besar, ia merasakan suatu keanehan dalam dirinya. Terkadang rasa mual selalu datang tiba-tiba. Dan kejadian di malam itu selalu terngiang-ngiang di pikiran.

Bukan hanya pikiran tentang pergumulan bersama sang bos besar, melainkan efek dari pergumulan intim itu sendiri. Ia mengkhawatirkan cairan kental putih puncak klimaks sang bos besar menjadi benih di dalam perutnya.

Sejak kejadian itu Inez mudah sekali merasa lelah dan capek, disertai emosi yang tidak stabil. Mudah sekali tersinggung dan terkadang suka marah-marah tidak jelas. Bahkan beberapa kali ia sempat memarahi pacarnya tanpa sebab yang pasti.

Inez segera menuju ke kamar mandi, rasa mual seolah tidak tertahankan lagi.

"Brolo. .uhukk uhuk.. aarrghh.."

Badannya kurang fit, lingkaran hitam seperti mata panda nampak melingkar di permukaan kulit sekitar mata indahnya. Ia agak pucat kurang berenergi.

Inez membasuh wajahnya,

"Sudah tiga hari aku seperti ini, apa yang sebenarnya terjadi dengan diriku? Apa jangan-jangan? Tidak-tidak aku cuma masuk angin" berusaha menyingkirkan pikiran-pikiran negatif menyangkal kenyataan bahwa dirinya memang tengah mengandung.

Inez tidak mau mengecek kondisi badannya ke dokter, ia sangat takut jika dirinya benar-benar hamil. Ia berencana untuk menggunakan tespek yang sudah ia sediakan. Namun ia tak kunjung menggunakan alat yang berada di kantong baju karena masih takut dengan hasilnya.

Selama ini ketika berhubungan badan dengan pacarnya Inez merasa biasa- biasa saja. Tidak ada gejala atau pun hal lain yang berkaitan dengan kehamilan. Makanya ia tidak mau percaya bahwa ia tengah hamil karena baru sekali berhubungan badan dengan sang bos besar.

"Apa aku harus mencobanya sekarang?" Ia mengeluarkan sesuatu benda dari sakunya.

"Tapi aku takut? Bagaimana jika aku benar- benar hamil? Siapa yang membuat aku hamil? Apa pacarku atau pak Arga?"

Asal Kalian PuasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang