PART EMPAT PULUH DUA

28 4 0
                                    

Seminggu kemudian

Archie bergerak tak nyaman dari tidurnya saat mendengar suara deringan ponselnya yang nyaring. Mata pria itu mengerjap pelan dengan cepat tangannya mengambil ponsel tersebut yang langsung terhubung dengan Damien. Tangan yang satunya lagi mengelus punggung kekasihnya dengan lembut menyuruh untuk kembali terlalap karena suara ponselnya mengganggu tidur kekasihnya.

"Hallo." Suara serak Archie terdengar di telinga Damien.

"Hallo, sir. Maafkan saya karena mengganggu waktu tidur anda. Orang-orang yang meneror rubi selama dua minggu terakhir ternyata berbeda, tetapi memang benar bahwa Alabama yang menyuruhnya dan seperti perintah yang anda minta kami sudah menangkap semuanya. Kami juga sudah memusnahkan tempat mereka bersembunyi." Kata Damien diseberang.

Helaan nafas lega bisa di dengar oleh Damien. "Terimakasih, Damien. Kalau begitu tugas yang saya suruh sudah diselesaikan. Pagi nanti tolong untuk temui saya dikantor." Kata Archie.

"Baik, sir."

Archie mematikan panggilan Damien dan langsung melihat pukul berapa saat ini. "Oh, pukul sebelas, ternyata belum terlalu malam." Gumam pria itu. Pria itu mengusap lembut kening Rubi, setelahnya mengecup kening tersebut dengan perlahan pria itu bangkit dari ranjang, mengambil kaca mata yang tergeletak disamping nakas tempat tidurnya dan langsung memakainya. Pria itu mengambil laptopnya dan berjalan menuju balkon kamarnya, tak ada salahnya melanjutkan kerjaannya sambil menghirup udara segar pada malam hari.

Sebelum menuju arah balkon, pria itu menyempatkan dirinya mengambil cerutu miliknya, barulah berjalan kearah balkon. Udara dingin langsung menyeruak menerpa kulitnya. Mata biru pria itu menatap suasana dibawah dari atas balkon. Sepi dan hening. Itulah yang ia rasakan saat ini.

Tentang kejadian yang menimpa kekasihnya. Ia belum bisa lega saat mendengar apa yang diberitahu Damien. Belum bisa dikatakan selesai karena orang yang asli belum bisa ia temui.

Archie duduk di salah satu kursi kecil yang sengaja Rubi letakan disana, biasanya wanita itu akan duduk santai sebelum tidur sambil menikmati coklat panas ataupun susu coklat yang Archie buatkan. Membuka laptop nya dan melihat emails yang baru masuk.

"Pertemuan dengan salah satu perdana menteri Rusia?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

Dirinya harus ikut pertemuan tersebut yang artinya dirinya yang menemui perdana menteri Rusia. Sepertinya tentang konflik yang sedang ramai di bahas beberap waktu lalu.

Archie menyenderkan tubuhnya mencoba merenggangkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri. Saat menoleh ke kirinya dirinya melihat ada seseorang yang memperhatikannya dan benar saja Nicole—wanita yang hampir dua minggu tinggal di rumahnya itu sedang memperhatikannya. Dengan cepat wanita itu langsung mengalihkan pandangannya dan memilih untuk kembali masuk ke dalam kamar yang ditempati wanita itu.

Archie tidak tersinggung dan tetap memaklumi reaksi wanita itu dan memilih melanjutkan untuk menikmati cerutunya dan angin malam yang dingin.

Sebuah tangan memeluknya, aroma strowberry yang saat ini menjadi aroma favoritenya menyeruak ke dalam indra penciumannya. Tangan kanan pria itu mengusap tangan yang melingkari pingganganya. "Sweetheart, kenapa keluar? Udaranya sedang dingin." Archie mengatakannya dengan lembut, suara pria itu mengalun indah di pendengaran Rubi yang masih mengantuk.

"Kamu meninggalkanku." Gumam Rubi pelan.

Archie mematikan cerutunya dan meletakan sampang cerutu miliknya di dalam asbak. Pria itu membalikan badannya dan kini wajah kekasihnya terbenam di dadanya, "Sweetheart, kita kembali ke dalam ya? Kamu terlihat masih mengantuk."

Meet In EdinburghWhere stories live. Discover now