01. cupid

1K 89 41
                                    

Entah bagaimananya, tiba tiba saja mereka—bisa dibilang sudah menjadi pasutri dalam satu rumah.

Sebenarnya simple, namun juga sulit kondisinya. Tapi karena hoki, Duri jadi bisa diterima lamarannya.

"Inget, ya. Aku gak mau ngurus rumah, atau apapun itu."

Oh, ternyata bukan karena hoki. Tapi, bisa saja [Name] terpaksa.

"Eeehhh, kok gitu? kita ini suami-istri, loh! [Name], [Name]~ eh, tungguu!"

"Cukup, Thorn!"

"Panggil Duri aja boleh, kok. Kan udah jadi keluarga."

"Keluarga sepihak, maksudnya?"

"Haish, [Name] segitunya nggak mau sama aku?"

"Nggak juga, sih. Tapi aku belum siap!"

"Tapi aku diterima?"

"YA, ITUKAN—"

album✩‧

Tep.

Tangannya cepat mengambil tombol di speaker, kemudian cepat cepat memegang mic dengan tali yang berkeliaran dimana-mana.

"Oke, tu, wa, ga.."

Mengetahui rumah kosong, inilah ruinitas sehari-harinya. Walau banyak tetangga yang sudah protes, tetap saja.

"A HOPELESS ROMANTIC ALL MY LIFE!!"

Bagus, sudah melewatkan satu kalimat. Kini dirinya mengincar beberapa bait lagi untuk mengakhiri lagunya.

"SURRENDED BY COUPLES AL THE TIME—huhuehUEUEHUEEEEE!!!"

Waduh, inimah nyanyi sambil nangis.

"Ai ges i should tek as si sain.."

"AM PILING LONELY!!!"

"OHHHHH!! I WISH I'D FIND A LOVER THAT COULD HOLD ME, AAMIIN."

"Now i'm crying in my room..huheue."

Seketika, lagu yang tadinya bernada santai itu berubah menjadi rock karena nada dan tempo serta harmonynya tak sengaja di modifikasi oleh dirinya. Jangan doakan pelakunya, doakan saja telinga tetangga yang berada disana.

Tok. Tok.

Bunyilah itu, ketukan keramat di rumahnya. Sebenarnya, saat itu Duri ditinggalkan sendirian. Ya, karena saudaranya sibuk sendiri dan sudah pindah rumah. Jadinya hanya ia sendiri berdiri di rumah itu, hadeh. Alias, di dahulukan menikah.

"Ya?"

"YA? YA APAAN? BERISIK ANJIR, KEDENGERAN AMPE LANTAI BAWAH SINI!"

"Lah, aku kira tetangga. Ternyata si janda."

"Janda? maksud lo?"

"Warna ungu, warna janda~"

Plak.

Yasudahlah ya, maklumi saja sebenarnya lelaki itu sedang stress.

Mereka berdua pun memasuki ruangan, dengan langkah sejenak lelaki bersurai kehitaman dengan kacamatanya. Lalu ke lantai dua bersama Duri, sambil mengobrol.

"Fang ngapain kesini?"

"Anggap aja di utus Abang sialan lo itu."

"Emm, Bang Hali?"

albumOn viuen les histories. Descobreix ara