03. fang

391 51 4
                                    

Raut agak resah mereka tunjukkan di depan si pelaku yang bertanya, tetapi yang bertanya itu mulai ikutan resah mengikuti mereka. Seperti ada yang salah namun juga bimbang.

"Duh.." keduanya diam. 

Jawaban tak pasti mereka sanjungkan, sambil menatap gelisah satu sama lain. 

"Itu sih, bisa kapan aja, kok!" bicara sang lelaki dengan tegar.

Duri hanya tahu, kalau istrinya sedang sensitif jika ditanya begitu. Makannya, selama ia dibutuhkan dalam situasi ini, Duri bisa melindunginya. 

Lalu karena itu, [Name] jadi tak enak hati dengan Duri sendiri. 

Melalui banyak hal, [Name] mulai agak kepikiran.

Acara keluarga sudah terselesaikan sampai agak malam, sekiranya jam tujuh mereka bubar. Semuanya sudah pulang ke tempatnya masing masing. Kecuali dengan suprisenya ada seorang lelaki bersurai ungu kegelapan itu menemui mereka. Pakaiannya tertata rapih seperti terlihat tuan muda. Lelaki itu—Fang. Iya, teman sejati Duri sejak masih sekolah, sama dengan [Name].

Disitulah, Duri tersenyum lebar saat melihatnya. Dirinya berlari kencang begitu mobilnya sudah memasuki pagar besar yang ada. 

"Waaaaa! Fang!" panggilnya dengan kencang. 

Ketika mereka sampai betermu satu sama lain dengan tampilannya masing masing, reaksi Duri malah tiba tiba musam, tatapannya aneh ia lakukan kepada si lelaki berkacamata itu.

"Apa liat liat?" 

Padahal sebelum Fang bertemunya Duri tak segan menyambutnya, sekarang malah menatapnya lain. Kan, Fang jadi ngeri sendiri lihatnya. 

"Hadeh, tragedi fasion."

Ternyata padangan Duri tertuju pada pita kupu kupu yang berpolakan bulat bulat warna ungu putih dengan pola jamur di pakaiannya, norak, Duri membatin lesu. 

"Maksudmu?! ini mahal, asal lo tau."

Luarnya saja seperti membantah, tetapi bagian pipinya sudah diselimuti merah merah malu. Tak pertama kalinya Duri mengatakan itu kepadanya. 

"Pfft—masuk, gih. Fang udah telat, jadi makannya habis, hehe."

"Tch, padahal udah dibantu."

"Bercandaa! masih ada donat lobak merah, kok. Khusus Fang ajaa."

Fang tersenyum lebar saat mendengarnya, kebetulan, ia dilarang makan makanan kesukaannya itu di rumahnya. Katanya sih, demi pola makan sehat dan dirinya sebagai tuan muda. Tapi tetap saja Fang diam diam makan lobak merah itu, alhasil dirinya jadi dilarang makan selama sebulan ini. 

Sampainya mereka di tempat [Name] berada, yaitu ruangannya tadi. 

Hati gadis itu gundah ketika melihat Fang di depan matanya sendiri, mengingat masa kelamnya yang sempat dibilang menyedihkan. Tidak, sebenarnya hanya [Name] yang mengalami ini.

—————————

Dulu sekali, sejak awal masuk jenjang SMP, gadis itu telah memerhatikan Fang sesekali, walau saat SMP sama sekali belum pernah bertemu.

Lalu, takdir mengatakannya kalau [Name] dengan Fang masuk sekolah yang sama, mungkin Fang baru mengenalnya saat itu, tetapi lain dengan si gadis itu yang sudah mengenalnya selama tiga tahun. Bisa dibilang, first love [Name] itu ialah Fang sendiri. Jika ditotalkan pada saat graduation, sudah enam tahun [Name] menaruh hati padanya. Berniat ingin confess, tetapi dipatahkan oleh rumor tunangan yang Fang bilang sendiri. Banyak guru dan murid yang mengucapkan selamat padanya, termasuk Duri sendiri. 

albumWhere stories live. Discover now