07. barbie

227 36 8
                                    

Dengan rasa iming-iming ingin membalasnya, tentunya untuk itu, [Name] memperlukan sebuah rencana. Karena dari dulu, [Name] tidak seperti suaminya yang ceroboh dan gegabah itu. [Name] sedikit perfeksionis jika berhubungan dengan rencana. Tapi minusnya, saking banyaknya rencana yang dia buat, malah tak berjalan mulus. Hadeh.

Tapi tak apa—[Name] sudah bertekad untuk menyerang suaminya itu, pokoknya, tidak akan diam saja.

—album✩‧

Kala itu, surai lembut berwarna kecokelatan dengan pesona alami bumi-nya seorang lelaki, sedang duduk, menikmati pemandangan indahnya cakrawala pagi. Siapa, sih, yang nggak terpukau? menurut Duri, ini cukup untuk healing-nya sendiri. Tapi, kurang cukup kalau tidak ada Istrinya itu.

"Andai aja, [Name] gak ngaret gini bangunnya. Dasar kebo." ucapnya mendumel kepada diri sendiri, sambil mengejek istrinya yang terkadang suka sekali bangun siang.

Duri masih menatap pada awan awan, melamun. Tapi, tiba tiba saja tatapan Duri pudar dan terlihat hitam. Di kedua matanya juga merasakan tekanan kehangatan seseorang, seperti ada yang menutupi matanya dengan tangan, dari belakang.

Sosok pelaku yang di maksud itu terkekeh tak bersuara dari belakang suaminya, kelembutan di tangannya itu—mana mungkin Duri asing untuk mengenalnya. "... Kamu, ya."

Tangan [Name] masih tertahan di kepala suaminya, belum dilepaskan. Padahal, Duri sudah bisa menebak dari awal dan sudah mengucapkan satu kata itu. Namun [Name] masih bersikeras menutupi netra hijau tersebut.

"Jail banget, gak biasanya, sayang-ku." kata si surai kecokelatan itu, tangannya meraih tangan lembut milik [Name] di dekat kepalanya. Lalu melepaskannya, Duri langsung berbalik badan kepadanya. Menjadi berdekatan dengan jarak.

Duri menatap [Name], menipiskan matanya dan mulutnya yang seperti ingin menghodanya dengan pekat. "Baru aja aku mikirin kamu, eh, bidadari-nya datang beneran. Ini sulap atau sihir, ya?" ujar suaminya-sambil mendekatkan jarak insannya dengan sang istri.

Yep, ini adalah salah satu rencana [Name]. Bangun pagi, walau sulit untuk dilakukan, sih. Tapi, demi balas dendam suami. "Cuma kebetulan, liat suami-ku yang keren ini tiba tiba bengong di atas teras. Kok lucu, ya?" cetus [Name] tanpa pikir panjang, menarik tangan suaminya mendekati wajahnya.

Kini, manik mata mereka saling berhubungan satu sama lain. Oke, Duri baru saja dikejutkan dengan perilaku istrinya yang tersembunyi ini, pipinya reflek memerah, mulutnya membisu dan hatinya bergetar tak henti.

Melihat paras istrinya yang terlihat tajam ini, Duri tak tahan dengan wajah kemerahannya. Kali ini, dia kalah. Yah, padahal baru babak pertama.

"Kamu beneran.. istriku?"

"Hah? kok malah nanya begitu? ngeselin banget."

Walah, walah. Ternyata gitu maksud si nem, Duri terkekeh tipis melihat tingkah laku Istrinya, si lelaki itu pun memposisikan badannya bebaring di atas paha milik sang Istri di teras, sedangkan tangan [Name] sambil mengelus halus surai milik si lelaki.

"Abisnya, kukira barbie idup. Dulu aku suka main barbie, tau."

Mendengar itu, [Name] tak sedikit terkejut. Yah, tingkah laku uniknya ia wajari sampai sekarang. Faktanya, kalau Duri tidak unik, dia tidak akan menjadi suaminya seperti sekarang ini. Duh, dua pasutri ini.

"Btw, tumben banget kamu bangun pagi pagi? biasanya ngebo juga. Kenapa, nih?" tanyanya, dengan nada kepo berat.

"Ohh, hahaha." sedangkan sang istri hanya menjawab dengan kekehannya yang manis, Duri yang melihat dari angle di bawahnya itu mengerutkan alisnya, dirinya terasa seperti di ejek.

albumWhere stories live. Discover now