04. kamera

398 58 11
                                    

Di malam kemarin hari itu—pertama kalinya mereka memulai tidur bersama dalam satu malam.

Kini [Name] sekarang, sedang dipeluknya dari belakang oleh si lelaki. Tak enak ingin membangunkannya, justru wanita itu diam sebentar dan menikmati kedua tangan Duri melingkar di pinggulnya, seperti sedang memeluk guling.

[Name] pun mencoba sedikit bergerak, namun saja ada yang terjadi tiba tiba.

"Hngh.."

Deru nafasnya ada di leher [Name], bukannya lega, malah makin kencang pelukan tersebut di pinggul milik [Name]. Wajah si lelaki juga makin mendekat, hampir mencium leher gadis di depannya.

Padahal masih pagi, tetapi [Name] tak tahan dengan perilaku suaminya satu ini. Sudah dibuat merona duluan.

Tapi enak, sih. Gumamnya pelan, [Name] jadi bimbang mau melepaskannya atau membiarkannya. Nah, kan.

Dring! Dring!

Tak lama bunyi suara alarm di meja dekat kasur yang mereka atasi, mendengar itu, Duri reflek membuka matanya pelan.

Merasakan kehangatan yang sedang ia rasakan itu, membuat rebahannya sangat nikmat sampai badannya tidak ingin bangun.

Pelan pelan, karena tersuguhkan rambut milik [Name] yang mengenai wajah Duri—membuatnya tersadar. Bukannya langsung dilepas, tetapi tangan Duri malah mengecek-ngecek apa yang ia peluk itu, bahkan ke perut, sampai hampir salah pegang.

[Name] hanya diam, sambil berusaha menahan rasa gelinya.

"Loh..[N..Name?]"

Bicaranya dengan suara yang masih setengah setengah serak, tangannya masih ia letakkan di tempat yang sama.

"Iya?"

"Jam berapa..?"

"Jam tujuh."

"Ohh..hah? TUJUH?"

"Ya."

Karena reflek tersadar, Duri juga ikutan menyadari atas apa yang ia perbuat, yaitu memeluk [Name]. Duri langsung buru buru melepaskan pelukan itu, takut gadisnya risih atau gimana gitu.

"Sorrryyyyyyy, [Nameee!!] a-aku kira itu guling.."

"Mhm, gapapa. Btw, kamu telat? kok kaget gitu?"

"Kaget aja, sih. Emang tadi alarmnya bunyi berapa kali?"

"Tiga."

"TIGA?? KENAPA GAK BANGUNIN AKU?"

"Ehm, kamunya pules. Aku.. nggak tega aja."

Waduh, Duri jadi terkesima dengan [Name] yang lemah lembut ini. Walau ia tahu gadisnya itu memang sudah lemah lembut dari dulu.

"Ehehe, nggak tega? emang aku sepules itu, ya?"

"Iya, kayak bayi banget."

"Aku udah kerja, loh? kok harus bayi, sih??"

"Liat aja di sana, siapa yang ngoleksi minyak telon banyak banyak?"

"A—ITU TUU, BUAT ANAKNYA BANG UPAN.. KETINGGALAN!"

"Ih, alesan kamu. Udah sana kerja, katanya udah kerja."

"Ga penasaran nih kerja apa? hihi."

"Kalo dipikir-pikir kepo juga, sih. Kerja apa emangnya?"

"Apa hayoooo?"

Ledeknya dengan wajah yang menyebalkan, [Name] sedikit jengkel ketika di suguhkan. Lalu Duri beranjak keluar dari kamar dan menuju kamar mandi untuk bersiap-siap, sedangkan [Name] tadi yang berusaha menarik pergelangan tangan Duri tadi malah keburu kabur anaknya.

albumDär berättelser lever. Upptäck nu